Monday, January 31, 2005

Fa innama al usri yusron

Memang betul, kesulitan itu membawa berkah... dan harus lewat jalan keras buat bisa bener-bener berasa
(lima "b"!) pengalamannya. Hasil dari tragedi instalasi di rumah pak Sjarif kemaren tu' gw jadi tau soal keberadaan beberapa software yang berguna buat menyelamatkan data dari hard disk yang crash.

Alkisah, setelah gagal mengoprek hard disk nya mas Sarno, itu benda gw bawa ke kost buat di cek di
"Nengiteung", kompie gw tersayang (beda jenis sayangnya 'de, jangan cemburu).

Setelah memutar sekrup berulir dibagian belakang, sisi kiri CPU Nengiteung terbuka dengan mudah. Thanks God gw beli casing yang bagus, jadi ga usah ribet ngobeng sana-sini! Yang bikir repot, kompie gw ini dah already kekurangan colokan power jadi gw harus mencabut kabel data dan power dari CD Writer gw buat dipasang di hard disk tambahan ini. Plus placing nya juga jelek, karena kabel datanya kurang panjang... tapi all in all, ga terlalu ribet.

Kemudian kompie gw nyalain. Pada awal booting up, masalahnya sama dengan di komputernya pak Sjarif, loading up nya lama... dan waktu dah masuk Windows pun, tu disk bikin response lambat nian. Yang pertama gw kejar adalah membereskan sistem data si HD biar readable. Tools yang gw pilih adalah standar nya Windows sejak versi 3.0 dulu; CHKDSK ("Checkdisk"). Tools sederhana ini berhasil membuat HD kembali terbaca setelah belasan kali scroll up layar monitor. Cuma masalahnya, semua data yang dia
temukan ternyata cuma dikonvert jadi lost clusters, jadi ga menjawab masalah karena data-data tulisan harus bisa dikembalikan! So gw delete aja semua lost clusters itu. Ternyata directory structure nya juga ga bisa di revive, dan berhasillah gw bikin kapasitas HD jadi maksimal... padahal harusnya ada sekitar 1GB data... alamakk...

Bulatlah rencana gw buat ke Ratu Plaza dan nyari CD buat ngurusin hal ginian... Rencana balik ke pa Sjarif siang itu gw batalin, dan minta dijemput sorean dengan perkiraan gw bisa beresin proses ini gak lama kl dah ada toolsnya. Hati gw lumayan riang karena TV gw dah bersuara lagi, walau sangat gak stereo... mungkin cuma pengaruh dari "antene" nya (dua meter kabel telepon bekas, yg gw gunting dari deket tangga naek waktu gak ada orang di kost).

Kepikiran deh buat sekalian ke Carrefour buat liat-liat DVD player... he he he...

Singkat kata, di Raplas gw nemu satu toko yang punya ni' software yang dimaksud, dan gw nyoba punyanya iolo berjudul "Search and Recover v.2.0". Sayangnya (walau gak buruk), dia pake sistem disket, yang
berarti setelah instalasi gw harus reboot ulang, plus pindahin HD bermasalah jadi HD master... ribet... tapi sangat make sense sih... mengingat HD yang mati total normalnya tentu gak akan bisa diakses selain dari disket kan?

So, gw nyoba produk alternatif dari iolo juga, yaitu "System Mechanic v.5.0a". Nah gw ngga tau ini the best on field or not, tapi dari semua software yang gw search sebelumnya, cuma dia ini yang menurut penjaga tokonya can do the tricks.

Pilihan laen yang gw sempet temuin adalah "Lost and Found" nya Symantec, tapi tu software cuma ada di toko CD k*****t (keparat? kuprit? kampret?) yang gak mau ngasi bon pembelian. It is said that it can recover a "bare metal" disk! Alias hard disk yang mati total! Ntar gw cari reviewnya dulu di internet, siapa tau bisa buat ngidupin HD komputer lama di kantor gw yang mati total...

So, setelah instalasi System Mechanic yang simple dan bentar, gw coba test buat baca si hard disk yang bermasalah... Eng ing eeeng... Hard disk bisa dibaca dan keliatannya ada isinya.... Dan setelah beberapa menit berjalan gw liat ternyata data yang gw cari bisa kebaca!!! Ha ha ha ha! Thanks God!

Alhamdulillah, setelah beberapa belas menit berlalu untuk proses reviving ini, data-data vital yang gw cari ternyata bisa terselamatkan dan rata-rata masih dalam bentuk utuh! Fiuhh... another mileage traveled and
experience gained. Mission accomplished! (byms)

Bayu Mencari CD

INT. TOKO CD SOFTWARE - SIANG

BAYU mendekat ke counter kasir,
membawa empat buah CD yang ia cari susah payah. Di counter ada seorang
kasir wanita dan seorang anak muda berpenampilan grunge.

Bayu: "Satu disk nya berapa mbak?"
Kasir: "Duapuluh ribu pak"

Bayu mengangguk lega karena berarti ia masih bisa membeli CD lain yang ia butuhkan.

Bayu: "Oke kalau gitu, bisa minta bon?"
Kasir: "Oh gak bisa pak!"

Bayu mengerutkan kening, pertanyaan yang awalnya terlontar untuk basa-basi ternyata menjadi pertanyaan yang penting.

Bayu: "Hah?? Ngga bisa?
Kasir: "Kita sekarang GAK BOLEH ngasi bon pak"
Grunge: "Kalau ada apa-apa bawa aja balik kesini pak, nanti dituker"
Bayu: "Eh bukan gitu, saya perlu buat bukti ke kantor, bisa bikinin gak?"

Kasir tersenyum kecut, atau tersenyum kecil sambil melengos.

Kasir: "Ya tetep ga bisa pak, pokonya sekarang gak pake bon"
Bayu: "Yah, gimana dong?"

Grunge menggeleng-gelengkan kepala sambil menyeringai cuek.

Grunge: "Ga bisa pak"

Bayu cemberut, raut mukanya dingin. Bayu mengerutkan bibirnya, lalu kembali kearah display-display CD yang digantung. Ia berpikir untuk mencari toko CD lain untuk mencari judul yang sama. Namun ia juga berpikir seandainya tidak dapat, dan ia terpaksa harus kembali ke toko ini, maka jangan sampai harus melakukan pencarian ulang yang melelahkan.

Bayu lalu memikirkan cara untuk menyimpan pilihan-pilihan CD nya tersebut, tanpa harus meminta bantuan penjaga atau kasir karena ia sudah agak muak dengan peraturan baru yang aneh tersebut dan ketidakmampuan kasir untuk mencari jalan keluar.

Bayu lalu melihat ke sekeliling dan mencari judul CD yang tidak terlalu populer, untuk menyembunyikan CD
yang sudah ia pilih tersebut. Setelah melihat sekeliling lagi untuk mengecek apa ada orang yang memperhatikan, Bayu lalu beranjak untuk mengambil CD dari display, menyembunyikan CD pilihannya di bagian belakang, dan ditutup kembali dengan CD asli dari deretan tersebut. Beres. Bayu lalu beranjak keluar toko dan melanjutkan pencariannya.

INT. TOKO CD LAIN - SIANG

Bayu muncul dari pintu masuk dan agak terbelalak melihat ruangan yang agak kosong. Rupanya koleksi CD di toko ini tidak terlalu banyak.

Bayu lalu dengan berat hati beranjak menuju deretan display CD di salahsatu dinding sambil masih menyesali keadaan. Seandainya saja toko CD tadi menyediakan bon, tentu ia tidak usah bersusah payah mencari di tempat lain. Apalagi ia menyadari kalau di Ratu Plaza ini hanya terdapat sedikit saja toko yang menjual CD.

Di TV di salahsatu sisi ruangan, sedang menyiarkan acara siraman rohani bersama Aa Gym. Berdasarkan informasi yang Bayu dengar belakangan ini, pandangannya terhadap figur kharismatik ini agak menurun. Namun walaupun demikian, apa yang Aa Gym lakukan dalam berusaha mendidik ummat Islam tetap
mendapat acungan jempol dan respect.

Aa Gym (VO): "...coba ingat saja ayat ini..."

Aa Gym lalu membacakan salah satu ayat dari surat Al-Qur'an.

Aa Gym (VO): "Fa innama al usri yusron, innama al usri yusro... Fa idza faraghta fan(g)shob wa illa robbika farghob"

Bayu mendengarkan dengan serius, ia ingat betul arti ayat itu karena ayat itulah yang sering ia bacakan pada ibunya saat beliau letih menghadapi masalah yang muncul kian berganti.

Aa Gym (VO): "Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan, setelah kesusahan itu ada kemudahan. Jika telah selesai mengerjakan satu pekerjaan, lekas kerjakan pekerjaan yang lain. Ya, ibu-ibu dan bapak-bapak?..."

Bayu kemudian memikirkan mengenai seluruh kejadian di hari sebelumnya, kejadian yang menyebabkan ia berada di Ratu Plaza hari Minggu siang itu, saat seharusnya ia beristirahat di rumah.

Bayu berpikir untuk mencari hikmah dari masalah yang ia hadapi ini... Masalah yang muncul akibat keteledoran.


EXT. TOKO CD SOFTWARE "SHALOM" - SIANG

Bayu beranjak memasuki pintu toko dan kembali tergelincir. Hal yang sama persis dengan kejadian sebelumnya waktu Bayu pertama kali memasuki toko ini sekitar lima limabelas menit lalu.

Bayu berusaha terlihat cool dan tidak melirik kearah kasir yang mungkin saja tersenyum ditahan. Bayu lalu beranjak ke bagian DVD software.

Koleksi di toko ini sebenarnya tidak terlalu lengkap, namun dari sedikit toko di plaza ini, ternyata hanya toko ini yang memiliki alternatif software yang dibutuhkan, dan mungkin mereka mau menuliskan bon penjualan.

Setelah menimbang-nimbang dan mencari-cari, Bayu lalu beranjak ke kasir membawa sebuah DVD berisi rangkaian software antivirus, plus sebuah CD berisi rangkaian program maintenance komputer. Sambil menunggu kasir menuliskan bon, Bayu lalu membolak-balik bundel CD yang dipajang di meja kasir dan menemukan satu judul lain yang ia rasa perlu dibeli.

Bayu membolak-balik CD untuk mencari data tambahan dari software yang dimaksud. Setelah membaca beberapa kalimat deskripsi dibelakang CD, Bayu megangguk-angguk dan menunjukkan wajah puas. Bayu menunjukkan bundel CD yang dimaksud ke kasir.

Bayu: "Ini harus dibeli semua mbak?"

Kasir terbelalak, menunjukkan wajah serius.

Kasir: "Oh nggak pak, itu cuma dikelompokin berdasarkan jenis, gak usah semuanya dibeli pak"
Bayu: "Ooooh gitu..."

Kasir tersenyum menyeringai.

Kasir: "Tapi kalau mau dibeli semuanya juga gapapa pak"
Bayu: "Yeee.... kali aja, nggak koq, saya cuma butuh yang ini"

Bayu menunjukkan CD yang dimaksud. Kasir mendekatkan muka untuk melihat. Ia lalu mengambil bundel CD dari tangan Bayu dan menggunting judul CD yang Bayu pilih.

Setelah menuliskan bon terpisah, ia lalu menyerahkan kantong plastik hitam berisi dua CD dan satu DVD, seraya mengucapkan terimakasih.

Kasir: "Terima kasih pak"
Bayu: "Garansinya bisa lebih dari seminggu mbak?"
Kasir: "Seminggu aja pak"
Bayu: "Oh, oke, makasih ya"

Bayu lalu beranjak keluar toko dan memasukkan kantong plastik hitam berisi CD, kedalam tas pinggangnya. (byms)

Sunday, January 30, 2005

Seribujuta Topan Badai !!!

Ajegilee.. bujubunee... lumba-lumba! Tadinya besok mo istirahat ambil nyiapin bahan presentasi ke klien baru, malah harus balik lagi ke pak Sjarif.

Alkisah, beberapa bulan lalu gw dah beres belanja buat upgrade salahsatu komputernya pak Sjarif, tapi baru hari ini gw bisa kesono and do the work. Si Boss sendiri hari ini sibuk banget, harus beresin terjemahan dari material yang menurut dia luar biasa... ngeselin.

"Masa, ada kalimat ampe 70 kata???" Gitu protes beliau... Heh... ya wis... toh aku jadi bisa kalem kerja, daripada ngobrol terus ama boss yang gak akan ada abisnya...

So dengan optimis gw bongkar komputer kedua ini... let's say namanya "Gubi"... Sebelumnya gw bongkar dulu "Lorie" buat mindahin VGA card dia yang kalah canggih ama yang gw beli baru ini. Instalasinya smooth abis, sampe-sampe ga perlu install driver baru karena si Win-XP nya dah punya yang kompatibel ama ni model. Si Gubi lalu gw plug in tambahan 256 MB SD RAM, plus VGA card pindahan dari Lorie... Waktu start-up, gw cek VGA, lalu gw cek jumlah memori... lalu...... eh....... lho koq?....

Cepet-cepet gw restart komputer buat nangkep data soal jumlah memori ini... Ternyata yang kedisplay di monitor, cuma 128 MB, bukannya 256 MB... lha?!?.... Nah itu tu kurang dikit dari jam 4 sore, dan mood gw masih baek banget... apalagi pagi ini TV gw dah idup lagi suaranya setelah dibenerin. Rupanya masalah terletak di speaker, bukan di chip audionya seperti yang mas Heri suggest taun lalu (janji mo benerin lagi
tapi ga muncul-muncul).

Setelah gw coba beragam konfigurasi dan kombinasi, akhirnya gw nyerah pada konfigurasi 3X64 MB, karena keliatannya si DFI K-70 ini gak bisa detect memori lebih dari 128 MB di slotnya, karena waktu gw pindahin punyanya Lorie, tetep sama kasusnya. Dasar ladu...

In between, gw sempet juga install driver baru buat si VGA card baru ini. Tapi anehnya, tiap kali mau masuk Windows environment displaynya garbled. Berulangkali dicoba tetep sama... even setelah diobah lewat
"Safe Mode" or "Enable VGA", tetep ga bisa beres!!! $^@#%!!!

Gw pindah lagi lah ke display lamanya, PCI 8 MB... Eh ternyata lancar... walah... koq gini? Display ini kan bisa nyala di Lorie?... Karena terdesak target, gw mikir kali aja kl environmentnya Win XP bisa
nerima dia dengan baek, so, gw mulai lagi ganti VGA card nya. Ternyata?.... Wrong choice!

Kegagalan demi kegagalan akhirnya berujung di system crash, dan HD yang undetected, sementara isinya gak gw backup!!!

[insert maki-makian here]

...

[and here]

Waktu coba di retrieve di Lorie pun, ni HD ga kooperatif sama sekali... yang ada gw abis waktu 20 menitan cuma buat startup dan masuk ke Win XP... itupun tanpa bisa ngapa-ngapain setelahnya.... dan itu tuh
terjadinya gak lama berselang, sekitar jam 10 malem!!! Brengsek!

Rencana bakalan beres cuma dua jam dan balik Maghrib, trus nyantei, jadinya prolonged visit dan harus revisit juga! Aaaaarrgggghhhh!!!!! This is the part of the business that I hate! Serasa jadi orang purba
ngadepin kalkulator... dunno what to do though u've spent hours to find a way!

Makanya nih, despite all the things I got to do dan all the fun I can suppose have at my room (DVDs, TV, whatever) gw milih buat browse dulu dan mam indomie goreng... bae ah njir, da keur garing, paduli
teuing.... I need a reeeeeeesssssstttttttt !!!!! Huaaaaaaaa !!!! Capeeeeeeeee !!!

Tadinya mo nyari duit gampang... malah dapet utang... =( Teledorrssssss!!! (byms)

Saturday, January 29, 2005

Cemara 6 Gallery & Cafe Jakarta

Rating:★★★
Category:Restaurants
Cuisine: European
Location:Jl. Cemara No.6, Jakarta
Dulu pernah sekali kesini karena nyasar, nyangka kalau "Art & Curio" yang ngetop itu adalah tempat ini. Harap maklum, masa-masa itu masih baru merambah Jakarta jadi wawasan masih kurang.

But anyway, pengalaman dulu tu cukup berkesan, karena makanan yang ditawarkan gak mahal plus rasanya cukup oke. So, berbekal pengalaman ini, kemaren malem gw nyaranin Mamih, temen kuliah gw, buat ngumpul disini aja sekalian jajal ulang. Jadilah gw, Ade, Mamih, Ira "Paltok", dan Toni ketemuan disini buat reuni kecil.

Tempatnya masih seperti dulu, ada taman dengan pendopo di bagian belakang, dengan udara terbuka dan suasana yang rustic, antik. Bedanya, di lorong masuk kearah belakang itu sekarang dikasi pintu kaca plus AC, so ada pilihan selain udara luar plus kipas angin. Diluar sebenernya agak panas, tapi ketolong sama kipas angin gede yang tergantung di langit-langit. Ati-ati aja masuk angin...

Sayangnya mereka masih ga nerima pembayaran pake kartu. Hari gini gitu lho... Plus pelayanan masih kurang baik, kurang assertive, kurang pengalaman, ama kurang orang! Bayangin aja, semaleman itu kita cuma liat mas-mas yang sama mondar-mandir sana-sini ngelayanin beberapa grup tamu. Untungnya semalem emang gak terlalu rame, jadi masih bisa perform service dengan kualitas average. Pelayanan disini gak berarti pelayannya gak sopan, tetep murah senyum dan penyabar koq, cuma kadang gak nyambung... seperti waktu kita bilang mau order lagi, dia malah ngangguk dan ngabur ke dapur, nyiapin main courses yang kita pesen, padahal masih ada yang belun order... things like that lah.

Dari segi makanan, Chicken Wings yang kita pesen kemaren hadir dengan salah kaprah. Lima potong sayap ini datang bergelimang saus, tapi kita gak dikasi alat makan. Padahal kalo mengikut tata makan Barat, kita ga boleh pake tangan untuk makan hidangan yang bakalan bikin kotor tangan. Tapi dari segi rasa sih ternyata oke, walau daging ayamnya agak keras, tapi sausnya... hmm... rasanya paduan antara asam manis plus pedas dari lada hitam yang mantep. Walhasil bumbu nya gw abisin sampe ke tetesan terakhir!

Tapi Calamarinya cuma dikasi 4.5 sama Mamih, sementara gw kasih 7. Kering dan kenyal kulitnya juga agak keras, tapi bumbunya berasa. Gw nilai 7 karena masih edible dan taste agak good, sedangkan menurut mamih, no excuse!

Btw, hidangan utama disini itu steak-steak an. Dengan harga antara 40 - 50 ribu, terdapat sedikit pilihan steak yang mungkin bakalan cepet bikin bosen kl keseringan dijajal. Diantara steak-steak tersebut kemaren kita nyoba tiga macem; Tenderloin, Hungarian, ama Chateau Briand with Champignon. Yang terakhir ini ternyata rasanya paling top! Gurih meresap kedalem plus saus yang komplementer. Setelah itu menyusul Tenderloin di posisi kedua dari segi rasa, tapi kalau dari segi unik nomer duanya tentu Hungarian dengan saus agak pedas, dan dua macem kentang. Sayangnya Hungarian ini rasa dagingnya agak bland... mirip kornet kurang bumbu...

Kejutan terakhir datang dari menu Kakap Fillet yang ternyata hadir dengan saus krim keju yang gurihhh banget!!! Sampe-sampe setelah Ira beres makan, mamih ama gw masih tekun menambang sisa-sisa saus yang ada... he he he...

All in all, not bad! Walau beberapa menu kosong, dan ada menu-menu yang bisa dianggap blunder (misalnya Calamari). Sayang saja servisnya kurang profesional, sampe-sampe di bon aja mereka gak nyantumin alamat or nomer telepon, or even nama! Kartu nama juga gak punya! Lha gimana kalo kita mau refer ke temen??

Monday, January 24, 2005

The Forgotten - Movie Review


Rating:★★★
Category:Movies
Genre: Mystery & Suspense
Awalnya seperti biasa gw baca review orang laen dulu soal film yang bakalan gw tonton. Ini wajib hukumnya, terutama buat film-film "kagok" yang belun tentu laik tonton atau nggak. So, tadinya film ini nggakan gw liat... sayang kan 2 jam wasted? Cuma ternyata dari temen-temen gw ada info kl film ini harus gw liat... Why?

Film ini bercerita tentang seorang Ibu yang dianggap gila karena terus bersedih atas kematian anaknya dalam suatu tragedi penerbangan. Namun anehnya, tak seorangpun bisa ingat kalau anak ini pernah ada! Bahkan suaminya pun lalu ikut menuduh isterinya memiliki kelainan jiwa, karena bersedih atas anak yang tak pernah mereka miliki.

Pada suatu kesempatan, si Ibu bertemu dengan seorang bapak yang juga kehilangan anak dalam tragedi yang sama. Mereka bercakap sejenak ditempat mereka biasa mengasuh anak-anak mereka.

Namun keanehan terjadi ketika pada pertemuan berikutnya, si bapak tersebut tidak bisa mengingat kalau ia memiliki anak! Bahkan ruangan tempat anaknya tidur sekarang telah tersulap menjadi ruangan kerja si bapak, yang menurutnya telah ada semenjak ia pertama pindah kesana.

Melihat keanehan ini, si Ibu lalu mencurigai adanya usaha penghapusan bertahap memori dari semua orang yang pernah mengenal anak-anak yang hilang tersebut, mulai dari penghapusan ingatan, hingga ke penghapusan bukti fisik!

Permasalahan bertambah rumit ketika Kepolisian setempat bingung melihat ketertarikan FBI pada kasus ini. Mengapa FBI tertarik pada kasus seorang Ibu yang diduga memiliki kelainan jiwa karena mengingat seorang anak yang tidak pernah ada? Mengapa ada usaha penghapusan memori jika benar anak-anak tersebut telah mati?

Pada tiga perempat cerita barulah ketahuan siapa dalangnya... dan kenyataan yang terbuka perlahan-lahan ternyata menyimpan kejutan besar!

Thursday, January 20, 2005

Bistro Jakarta

Rating:★★★
Category:Restaurants
Cuisine: French
Location:Plaza Senayan, Jakarta
Yang mau gw bahas disini sekarang tu soal Escargot.

Setelah beberapa kali ragu-ragu, beberapa waktu lalu akhirnya saya berhasil nyobain menyantap satu mahluk yang dulu saya benci banget; keong (a.k.a. "Escargot").

Sangat diluar dugaan, ternyata rasanya 'sopan' sekali. Tadinya saya pikir rasa dan tekstur nya bakalan lebih ajaib dari tutut (siput sawah), salah satu makanan lokal favorit saya yang kalo makan barengan keluarga bisa abis satu baskom kecil... I should have known better... ini resto Eropa bo'... Coba kl restoran Sunda atau Menado... dijamin "festival" deh rasanya...

Keong ini tekstur daging nya mirip banget sama lidah sapi, dari segi rasa juga nothing strange, it's an "everyone meal" yang nggakan sulit untuk diterima selera orang banyak. Kalau diliat dari segi sensasi rasa, jauh lebih sulit buat nerima rasa Sop Buntut Goreng yang sangat "daging", dibandingin this one.

Menu yang dihadirkan di Bistro, Plaza Senayan ini hadir dalam porsi kecil (12 pcs) yang masing2 ukurannya cuma sekitar setengah siung bawang putih super market. Bumbunya sangat2 garlic, dan dihidangkan dengan garlic bread juga. Harga sekitar 40K something.

So, ada yang tau tempat lain yang bisa direccomend buat Escargot? Apa ada yang tau cara masak keong? Ada yang punya resepnya? Keliatannya keong macan udah banyak dijual di Carrefour kan?

Tuesday, January 18, 2005

Dinamika Transport Jakarta

"Bay, ceuk si Ugi, mun rek neangan VCD mah di Glodok!" kata temenku yang sama-sama kreatif. Kalau diterjemahkan kurang lebih, "kata Ugi, kalau mau nyari VCD sih ke Glodok".

Informasi yang berbuntut pada pengalaman gw naek KA Jabotabek pertama kalinya, setelah sekian taun cuma bisa liat di layar kaca.

Eh kilas balik dulu dikit...

Iparku dari Batam berniat buat mengunjungi Jakarta, dan gw harus jemput doi di pelabuhan Tanjung Priok! Alamak... Denger-denger dari orang disini, itu tu daerah sangat rawan plus banyak preman.... Level sangar nya lebih tinggi daripada terminal Blok M atau Kp. Melayu....Mendadak gw ngerasa bakalan bagai anak kucing di tengah pasar...

Berbekal informasi mengenai rute bis dari temen, dan tinjauan peta gede di ruang rapat, gw berangkat menuju daerah notorious ini dengan agak deg-degan. But well... pasti ada saat pertama buat apapun kan?

Alhamdulillah perjalanan kesana lancar... dan gw berhasil nganter iparku sampe Gambir buat langsung ke Bandung. Dari Gambir balik ke kantor pake Bajaj. Waktu itu masih belum hapal jalan.

Kembali ke topik awal, perjalanan pertama pake KA Jabotabek dihiasi dengan waswas dan pandangan penuh curiga atas situasi sekeliling. Walaupun saat itu gw dah belajar sedikit banyak mengenai sikap yang penting ditunjukkin diatas kendaraan angkutan massal macem gini; berpakaian sederhana, perlindungan maksimal pada barang bawaan, jangan menempatkan diri di lokasi yang mudah dijepit, dan JANGAN pernah nunjukkin wajah innocent atau wajah mirip anak anjing yang lugu... Di angkot Jakarta banyak serigala, cuma sedikit manusianya...

Yah singkat kata perjalanan KA ini jadi agenda rutin tiap akhir minggu. Diatas KA ternyata cukup nyaman kalau sedang kosong. Hiburannya beragam, dan yang paling memukau adalah Big Band dengan personel sampai enam orang, terdiri dari perkusi, bas betot (segede orang), vokalis, dua orang gitaris, satu orang basis, dan kadang gitarisnya pake gitar ber amplifier! Terlebih lagi mereka maen gak dengan iseng. Poll abis! Selain dari hiburan jenis ini, banyak juga hiburan lain yang lebih bikin miris, diantaranya penyanyi buta yang gendong mic ama tape, orang cacat ngamen pake kecapi atau suling, dan tentunya beragam jenis pengemis lainnya.

Eh btw, bicara soal pengemis, Ida nyinggung soal pengemis yang bagi-bagiin amplop dan terkesan sopan, menjaga privasi... Itu sebenernya ga gitu asalnya... Setauku dulu pertama kali liat pengamen macem ginian adalah dari genre pengamen anak-anak...

Dengan wajah innocent tapi tabah, dia bagiin amplop-amplop ke penumpang yang bingung koq malah dikasi amplop ama pengamen... Ternyata di sampul amplop-amplop tersebut terdapat tulisan tangan berbeda dari mereka yang kurang mampu dan memohon keridhoan kita buat menyumbang mereka demi keperluan sekolah. Tentu aja banyak diantara kita yang terenyuh dan terus nyumbang. Waktu anak kecil itu turun dari bis pun kita memandang dengan haru dan nanar...

Perubahan terjadi ketika pada hari-hari berikutnya pengamen semacem ini jadi merebak... dan gw jadi berpikir "oh, jadi trend baru toh?"... dan kadang masih suka nyumbang... walau gw ngga setuju anak-anak ini jadi plagiator...

Hingga akhirnya hanya dalam hitungan hari setelah hari pertama muncul trend macem ginian, gw menerima amplop dengan tulisan yang di fotokopi!!!

(masukan sound effect dari salahsatu film Warkop disini)

Jadinya malah terbersit serangkaian pertanyaan dikepala gw... "Lho koq jadi industrialis?", "kl adek ga punya duit, koq masih punya uang buat motokopi?","emang adek ada yang ngorganisir ya?", dan laen-laen...

Seketika itu juga gw ilfeel dan kembali mengelompokkan mereka kepada sekedar pengamen industrialis, yang secara sistematis dan terorganisir berusaha mencari uang dengan memanipulir perasaan penumpang.

Kembali ke soal transport, perubahan berarti terjadi ketika akhirnya gw pindah kantor setelah bercokol di Tempo hanya 4 bulan saja. Kantor gw berikutnya ini terletak di kawasan Kuningan, yang ternyata bisa ditempuh pake S-66 dari Manggarai dengan mudah.

Namun walaupun mudah, di kantor ini gw jadi teringat pesan teman-teman yang wanti-wanti kalau sampe kepaksa kerja di perusahaan punya India.... "Rasis banget" gw pikir... tapi ternyata pengalaman pertama gw tersebut berakhir buruk...

Disono, sebagai web desainer yang bekerja dibawah web programmer, gw ditempatin di meja lurus bertiga, tanpa laci, dan komputer buat gw kerja adalah komputer Pentium I (padahal dah jamannya Pentium III), monitor 14" (di Tempo gw pake 17"), tanpa referensi buku (di Tempo ada PERPUSTAKAAN!), tanpa akses telepon, tanpa akses internet (doh!), dan gaji yang ternyata masih dipertimbangkan, dan ditawar (setelah mereka sebelumnya agree). Jadinya cuma butuh waktu dua hari buat gw nelpon Victor (waktu itu belon jadi suaminya Lala), dan bertanya...

"Vic, lowongan ditempat elo masih ada?"
"Hah, bukannya elo dah dapet kerjaan?"
"Mmm... pengen tau aja sih" (kekekekekek)
"Ooo ya udah, dateng aja kesini ketemu MAHAR, bawa porto elo"
"Ooo, oke, tengkyu ya?!"

Sore itupun gw berangkat ke kantor Victor yang ternyata tempatnya cool banget, dan lokasinya di Sudirman yang emh... elit... he he he.

Kepada penerima tamu gw bertanya...
"Bisa ketemu dengan pak HARMAN?", yang mana disambut dengan kerut kening mbak sekretaris tsb.

Langsung deh gw tau gw salah sebut nama, tapi blank ga inget siapa nama yang harus ge sebut... pokonya familiar gitulah tapi rada unik...

Setelah gw jelaskan maksud kedatangan gw, barulah mbak sekre mengkoreksi nama ybs dan menyuruh gw nunggu disitu.

Jack kemudian muncul dan meminta gw masuk ruang direksi buat mempresentasikan portofolio gw sama dia dan Mahar, yang mana ternyata berkenan sangat baik di hati mereka.

Ajegile! (Ade pasti ngambek kalo tau aku pake kata-kata ini), setelah presentasi portofolio, Jack langsung bicara soal rincian gaji gw, dan nanya kapan gw bisa masuk kerja, yang mana bikin gw shock mengingat proses penerimaan karyawan di Astra yang sampe TIGA BULAN (gagal pula), lalu di Tempo dengan psikotest dan tes kesehatan dan wawancara yang semuanya juga nyampe TIGA BULAN, dan di kantor Kuningan yang harus melalui tiga kali wawancara. Sedangkan disini, ditanya ijazah aja nggak!

Tapi gw masih berusaha sadar diri dan bilang kl gw akan kontak balik mereka soon... dan Jack menerima ini dengan baik, yang mana bikin gw malah makin nambah respect ama kantor ini.

So, setelah akhirnya gw ngabarin mereka esok harinya soal kebersediaan gw, gw pun meninggalkan (kabur, tepatnya) kantor di Kuningan yang namanya tak pernah gw cantumin dalam CV gw tersebut, setelah bekerja selama tiga hari saja. He he he...

Eh?! Kan lagi ngobrolin transport bukan?

Nostalgia masa awal kerja di Jakarta (2000)

Sama seperti Ida, pengalaman gw pertama di Jakarta juga banyak dihiasi dengan kekaguman atas dinamika per-angkot-an disini. Tapi yang lebih awal lagi, ya tentunya soal hari pertama pindah ke Jakarta dong...

Jadi inget masa pertama kerja dulu... Dengan pedenya dari Gambir gw langsung dateng ke kantor hari Minggu siang, nitip koper di Satpam lalu mulai nyari kost di sekeliling kantor. Pertimbangan gw, daerah sini konon banyak tempat kost. Dan dengan lokasi yang deket ama kantor, gw nggakan ada masalah ama transport. Plus dengan bakalan banyak lembur, so ga guna juga nyari tempat yang cukup nyaman, toh sekedar cukup buat numpang mandi dan bobo-bobo dikit aja gitu lho... lagian tiap weekend masih rutin mudik buat nyuci baju.

Alhamdulillah setelah sekian jam hampir putus asa bolak balik menyusur gang demi gang diseputar Jl. Tambak dan Jl. Proklamasi, gw nemu tempat yang cukup cosy, dengan lingkungan yang cukup beradab (nggak ada tatapan mata penuh curiga, ato sisa-sisa botol bir berserakan). In fact, tempatnya sepi, entah kenapa, padahal kost di tempat laen selalu full-house.

Yang jaga kost awalnya jual mahal, mana namanya aneh pula... later ketauan kalo dia orang Nias, makanya namanya kedenger asing. Nias?.. Ya, ternyata di lingkungan gw ini banyak terdapat komunitas orang rantau... baik itu Manado, Ambon, Timor, Flores, ampe urang Garut!

Tapi setelah dia tanya gw lulusan mana dan kerja dimana ("ITB", "Tempo"), mendadak sifatnya berubah 145 derajat (berubah drastis tapi tetep norak -- yang terakhir ini bawaan orok kayaknya). So, ga jadi nginep di sodara malem itu, karena ternyata Alhamdulillah dah dapet kost.

Seiring minggu berlalu, baru gw tau kalau ternyata daerah yang gw tempati itu adalah kompleks Polisi, plus daerah bandar narkoba, plus daerah rawan tawuran (minimal seminggu sekali), baik antar kampung, atau antar anak sekolah yang nganggap pertigaan Proklamasi tempat strategis buat adu jotos... dan masa-masa itu (2000) sedang ricuh masalah tawuran komplesk AD di Berlan yang melibatkan senjata api dan anak panah, selain samurai dan parang... Alamak.....

Sering dulu kalau ada tawuran, gw ama temen2 kreatif dari lantai tiga, naek ke atep gedung Tempo dan nonton orang kejar-kejaran di pertigaan Tambak - Proklamasi. Waktu kebakaran di Berlan juga kita ngopi-ngopi diatas sambil nonton api di kejauhan... sambil beberapa dari kita nyumpahin hotel mesum disitu buat kebakar ampe angus...

Tapi yah, karena 99% waktu gw pulang ke kost adalah lewat tengah malem, atau pagi-pagi sesudah Subuh, jadi gak banyak pengalaman aneh di jalan. Lagian... ngapain pulang ke kost kl di kantor ada internet 24 jam ama TV satelit?

Seiring waktu berjalan dan gw terlibat ulang dengan temen-temen kampus yang ada di Jakarta, mulailah muncul masalah kedua; transport.

Jaman awal dulu, dari kantor ke PIM aja bingung harus pake apaan. Masa-masa rookie itu dihiasi dengan banyaknya naek taxi Blue Bird kesana kemari, walau budget sebenernya cuma buat Metromini.

Tapi ternyata masalah ini berangsur-angsur tertanggulangi dengan makin seringnya gw kepaksa naek angkot karena ga punya duit... Dan ternyata sistim angkot di Jakarta lebih jelas dan reliable... Kita tinggal nyari daerah penting di sekitar alamat yang kita tuju buat nentuin trayek bis yang harus kita pake (misalnya "Blok M", "Kp. Melayu", "Senen", dll.), sebelum akhirnya meneruskan dengan angkot level lebih kroco (mikrolet/bajaj/ojek).

Masa-masa awal ini juga dihiasi dengan "financial-shock" saat melihat daftar menu di cafe-cafe tempat anak-anak kampus biasa ngumpul... "Hah? Coca Cola sebotol 10 rebu??? Itu kan bisa makan siang tiga kali di kantin Salman???"...

Tapi lepas dari masalah "Jakarta" nya, masa-masa kost adalah masa gw mulai bener-bener mikir dan "do something"... Karena disini gw ga bisa ngandelin orang rumah or sodara or even temen buat ngejaga diri gw... semuanya harus bisa dihandle sendiri. Ga punya duit? Ya ga makan... Sakit? Ya ke dokter sendiri... Bete? Ya cheer up on ur own... Ada masalah? Ya adepin sendiri... Menyakitkan sih... but that's life... dan justru karena tuntutan inilah gw ngerasa skill gw meningkat...

Next... dinamika perjalanan pake angkot di Jakarta... (byms)

Wednesday, January 12, 2005

Sakana Jakarta


Rating:★★★★
Category:Restaurants
Cuisine: Japanese / Sushi
Location:Mid Plaza, Basement
Sebenernya tempat ini udah nggak asing lagi dikalangan anak Epicurina, terutama karena harganya yang reasonable, suasana enak, dan makanan yang cukup oke, padahal terletak jantung kawasan bisnis perkantoran (seberang Chase, sebelah Da Vinci, menara Drakula tu').

Setting interior nya tradisional - casual. Ada banyak meja untuk bersila, menjulurkan kaki di kolong, atau duduk di kursi. Banyak yang dateng sini orang Nipon abis kerja, duduk santai sambil minum sake atau shochu dari botol pribadi mereka. Botolnya ini disimpen sama Sakana, didisplay di bagian ruang reception sekaligus tempat penitipan alas kaki (masuk ruangan harus nyeker, jadi kalau tentara lagi dinas ga bisa mam disini).

Makanan favorit sudah pasti "Okonomiyaki", (tanya aja mbak2nya kalau gak percaya): Sepinggan hot-plate "martabak Jepang" (liat foto bagian kiri tengah), berisi aneka sayuran dan potongan sea-food, dihiasi serpihan kertas yang menari-nari milip cacing laut... he he he... Dijamin 100% kalau yang baru pertama mesen pasti kaget!

Menu disini termasuk kumplit dan all-round, jadi buat sushi-haters dan sushi-lovers bisa gaul disini tanpa harus ada kubu yang kecewa. Sushinya lumayan walau bukan the best, bento set nya dahsyat, dengan harga 50rb an dah dapet barang bagus beragam deh (liat foto). Menu lainnya, good quality dan affordable. Kl mo diambil rata-rata, berdua abis dibawah cepek masih bisa dan puas. Kl mo diambil gilanya, gw ama dua temen pernah mesen ampe sebelas macem menu disini dan dikasi bill cuma 70rb an per orang. Gile gak tuh?

Selain dari oom oom pulang kerja, pengunjung lain dateng kesini dengan tujuan beragam, mulai dari nge-date, ampe bawa keluarga tetangga plus anak-anaknya yang bikin onar... so jangan harap suasananya romantis ya... seperti gw tulis tadi... "casual".

Kl mo dateng banyakan, apalagi weekend, jangan lupa reserve dulu ke 021 574 6452, mereka buka cuma waktu lunch (11:30 - 14:00), dan dinner (17:30 - 22:30).

Ittadakimaaaasss!!!

Monday, January 10, 2005

Update Artikel BETA-UFO.org

Update artikel baru di www.beta-ufo.org

Dashkin Kamen

Kata "Kamen" dalam bahasa Rusia berarti "batu", namun Dashkin Kamen bukanlah sembarang batu, karena pada permukaannya terpatri peta tiga dimensi dari dataran tinggi Ufa, yang dibuat dengan keakuratan yang tinggi. Yang menjadi masalah, pada bahan pembuat Dashkin Kamen ini terdapat fosil berusia 120 juta tahun, yang walaupun tidak menunjukan kaitan langsung terhadap usia Dashkin Kamen, namun memberikan indikasi bahwa peta ini berasal dari masa silam, mungkin usianya lebih dari 2000 tahun, dan dibuat oleh peradaban yang tidak dikenal.

Komputer Antikythera

"Komputer" yang dimaksud adalah alat yang bisa dipakai untuk menggambarkan dengan tepat pergerakan benda-benda langit, terdiri dari serangkaian gigi gerigi logam yang tersusun dalam kotak kayu. Komputer ini ditemukan dari lepas pantai Antikythera, dalam sebuah puing kapal laut yang diperkirakan berasal dari masa Yunani kuno. Hanya saja, jejak teknologi yang terdapat di alat ini diperkirakan tidak berasal dari teknologi Yunani kuno.

Helikopter Abydos

Dr. Ruth Hover pada sebuah kunjungannya ke kuil Abydos, Mesir memotret salahsatu bagian dinding yang runtuh dimana terdapat hieroglif aneh dibalik permukaan tembok yang luruh. Salahsatu diantaranya memuat gambar yang sangat mirip dengan helikopter. Mengapa ada gambar helikopter pada hieroglif yang berasal dari masa Mesir kuno?

Burung Saqqara

Burung Saqqara adalah miniatur dari kayu sycamore, yang ditemukan bersama peninggalan lain kebudayaan Mesir Kuno di makam Neferherenptah. Benda ini kemudian diperkirakan sebagai model pesawat terbang bersayap tetap dari masa Mesir Kuno. Hal ini bisa jadi menunjukkan bahwa pada masa lampau, Mesir telah menemukan teknologi penerbangan. Mungkinkah?

Gliptoliths Ica

Temuan Gliptoliths dari daerah Ica, Peru, ternyata menggambarkan mengenai beragam proses medis dan teknologi, yang seharusnya belum bisa dicapai oleh masyarakat Indian Peru masa prasejarah. Penemu batuan ini akhirnya dipaksa pemerintah Peru untuk mengaku kalau semua ukiran tersebut ia buat sendiri, atau diancam dengan kasus anti pelestarian benda prasejarah.

Tengkorak Kristal Mitchell-Hedges

Dari reruntuhan sebuah kuil di Belize, ditemukan sebongkah kristal berbentuk tengkorak manusia yang diperkirakan berasal dari masa berkuasanya kerajaan kuno Maya. Hasil penelitian lebih lanjut melalui peralatan modern di instalasi Hewlett-Packard menunjukkan kalau tengkorak ini tidak mungkin dibuat oleh teknologi Indian kuno. Kalaupun mungkin, waktu yang diperlukan akan melebihi 300 tahun jam-kerja.

Google Ranking "bayu" 2005


Setelah ngerti apa yang dimaksud Iwan di multiply nya, iseng-iseng gw nyobain juga gimana hasilnya kl gw enter nama gw di google...

Ternyata hasilnya lumayan... buat keyword "bayu", situs gw bajasite v.2.0 muncul diurutan kesepuluh dari 98.200 results! Sedangkan buat keyword "bayu yunantias" terang aja gw paling atas lha... apalagi "bayu yunantias amus".

Tapi dari search awal tadi, page gw di multiply ini ga muncul-muncul, even ampe halaman ke 13, yang mana berarti webpage gw yang satu ini masih kurang ngetop....

Duh... padahal ikonnya dah keren gini?? He he he he

Antara Bayu, Ade, dan Film Horror - The Grudge (Korea) movie review

Udah beberapa minggu terakhir ini Ade pengen nonton "The Grudge", dimulai sejak trailer ama posternya nongol kali... Kl gw sendiri sih ga terlalu niat karena lebih ngebet pengen nonton "Kungfu Hustle" (ga pake "r") nya Stephen Chow.

Tapi karena menurut Ade barangkali aja dia bisa ngerasa serem, so gwnya juga penasaran apa emang mungkin... So yah, walaupun DVD judul aslinya dah ada yang 2 in 1, akhirnya hari Minggu kemaren kita jadi nonton film ini di Puri Indah Mall.

Dan karena acara traktir kemaren hari gagal, jadi kali ini Ade yang bayarin nonton, walau doi belun gajian (tega ya gw).

Sebelum film mulai, gw masih bisa melucu-lucu dan bilang Ade kl serem ntar peluk aja aa nya (aiihhh). Tapi segera setelah film dimulai, keadaan nyaris berbalik.... Berkali-kali gw harus memicingkan mata biar gak bisa liat jelas apa yang muncul di layar bioskop... takut ngeliat sambil gak mau ketinggalan juga ngikutin apa yang terjadi... logika hewani ala kucing... kalo kita ga ngeliat, berarti hantunya gak bisa liat kita balik...

Sepanjang film sesekali gw jawab pertanyaan Ade plus ngasi komentar balik. Anehnya, doi kalem-kalem aja sepanjang film berjalan. Waktu gw minta konfirmasi pun doi keliatan bengong...

"Ihh... serem!?" kataku sambil miris.
"oh... masa?" sambutnya dengan muka polos.
"aa takut?" lanjutnya dengan muka penuh tanda tanya...
lalu dengan menelan gengsi gw jawab... "iya, emang kamu nggak?"
"ah biasa aja..." kata Ade sambil kembali bersandar.
"ntar kalo serem pegang aja tanganku keras-keras ya a" sambutnya...
"..." gw speechless dan memandang muka dia sambil rada sinis...
Ade nyengir di remangnya bioskop...

Beberapa saat kemudian ketika ada bayangan melintas di layar, deretan bangku gw goyang keras, dan gw melihat kesamping gw. Beda satu kursi, ada orang lagi meringkuk ketakutan dan membalas tatapan gw dengan senyum kering. He he he...

Dilain pihak, Ade dengan gembiranya berujar...

"Ih, kaget ya a?" katanya sambil berseri
"ih, bukan aa koq, tuh yang disebelah" kata gw sambil menggelengkan kepala kearah mbak-mbak yang tadi loncat dari duduknya.
"oh, kirain aa" sambut Ade sambil tetap ceria
Yang tentu saja dibales ama pandangan bete gw...

Walhasil sepanjang film berjalan, jadinya malah gw yang banyakan mirisnya... Ade mengakui sih, ada beberapa adegan yang bikin serem, tapi rata-rata sih biasa aja menurut dia.... suatu pendapat yang jauh lebih enak kedenger dibandingin waktu kita nonton "Dead End" yang menurut dia gak serem sama sekali.

Mungkin urat serem Ade udah putus... atau mungkin cara kita berimajinasi emang bener-bener beda... atau beda pengalaman pribadi juga, karena seperti gw ulas di review... tergantung gimana kita mengasosiasikan diri dengan cerita...

Oh well, sewaktu Buffy nan perkasa kalah abis-abisan disini, dan diakhir cerita ternyata hantunya masih ngikut, hal yang membuat gw lega dan bisa tetep jaga gengsi terjadi waktu gw nengok kekanan saat film dah abis.... ternyata yang duduk selang sebangku ama gw, yang tadi loncat ampe bangku bergoyang heboh... adalah mas mas....

He he he he he he

Us men do have a weird habit of finding confident in other's disgrace... (byms)

Gokana Jakarta

Rating:★★★
Category:Restaurants
Cuisine: Japanese / Sushi
Location:Puri Indah Mall, Food Court
Konsepnya merupakan paduan antara Hokben (Hoka-Hoka Bento), dengan resto non-fast food. Menu yang disajikan rata-rata dimasak kilat dulu sebelum diberikan ke customer, makanya antrean rada panjang, walaupun karena kokinya pada cekatan, waktu nunggunya gak lama.

Pilihan menu hadir dalam beberapa belas variasi (iya, belasan), yang semuanya merupakan kombinasi dari main dishes dari jenis ayam dan sapi yang dimasak ala teriyaki, yakiniku, katsu, dll., dan side dishes dengan varian beragam dan item yang mirip banget sama punyanya Hokben, spicy chicken, shrimp roll, kani roll, dll.

Harga cukup murah, rata-rata berkisar seputar belasan ribu rupiah saja untuk satu set makanan komplit (minus minuman), dengan porsi, kualitas, dan rasa yang cukup memuaskan. Ambil contoh misalnya Beef Teriyaki yang saya pesan, irisan dagingnya cukup tebal, dan kualitasnya baik, jadinya mirip makan steak komplit dengan harga cuma 20 ribuan.

Tempatnya sendiri cukup kecil, namun dari pengalaman waktu itu, kita gak kesulitan dapet tempat duduk karena cuma makan berdua. Kalau banyakan, siap-siap bersabar, karena tempat ini selalu penuh sesak sama pengunjung. Bukti penerimaan yang baik dari para tukang makan.

The Grudge (Korea) - movie review


Rating:★★★
Category:Movies
Genre: Horror
Film ini merupakan film horror Asia generasi baru, yang juga dibuat ulang oleh sineas Barat, mencoba mengikuti jejak sukses "The Ring". The Grudge yang aslinya bertajuk judul "Ju-On: The Grudge" berkisah mengenai sebuah rumah terkutuk yang dihuni oleh setan (setan, bukan sekedar arwah) yang terlahir akibat aksi pembunuhan yang terjadi sebelumnya.

Setan ini mulai beraksi dari menit pertama dalam mencari mangsa, dengan cara yang cukup membuat deg-degan. Banyak tampilan wanita bermuka pucat disini, plus tubuh yang merangkak-rangkak dan mendekati kita (penonton) dengan perlahan tapi pasti. Film mengandalkan ketegangan dengan memperpanjang moment of suspense, memberi clue sedikit-sedikit, yang tokoh cerita ikuti dengan antusias, walau dalam hati kita dah tereak-tereak ngasi tau dia supaya jangan kesana... Pengambilan gambar cukup mencurigakan, banyak frame yang memungkinkan munculnya "sesuatu" dilatar belakang, suara yang seringkali hening tapi menyimpan ketegangan. Film juga seringkali memperlihatkan penonton, mengenai apa yang tokoh di film tidak ketahui.

Pikiran ini secara tak sadar juga mengasosiasikan kejadian di film dengan kejadian di dunia nyata... misalnya waktu lagi sendirian di rumah tiba-tiba ada suara dari loteng... Atau waktu lagi mandi koq ngerasa ada yang nemenin... dll., resep horror Jepang yang terbukti cukup bikin merinding... imajinasi kita disuruh untuk mereka-reka sendiri kengerian yang akan dimunculkan, lalu kengerian itu diberi nama... atau tepatnya muka...

Secara logis, no way! banyak hal yang ga reasonable, bahkan untuk logika film hantu... tapi secara visual, cukup membius... terutama karena faktor sadistis nya.

Saturday, January 8, 2005

Out of Reach - movie review


Rating:
Category:Movies
Genre: Action & Adventure

Sensei Seagal Yth,

Filmnya sudah cukup baik, sudah kembali ke tema asal yang gebuk-gebukan. Cuma sayang plot cerita masih lemah, terlalu banyak tempelan, kurang seru, dan pengambilan gambar aduhai buruk bak film ***** (sensor).

Trus kenapa sensei makin sini makin gemuk sih? Kan gagahan dulu di Above The Law, atau Under Siege. Semoga bukan karena penyakit.

Salam hormat,

Bayu-san

National Treasure - movie review


Rating:★★★
Category:Movies
Genre: Action & Adventure
Karena ada yang bilang kalo "Alexander" itu film gay sepanjang tiga jam, dan "Ocean Twelve" rada-rada kebayang gimana ceritanya, gw dan Ade lalu milih buat nonton "National Treasure" aja.

Perlu diakui muncul rasa kecewa waktu sebelum title screen keluar ada muncul logonya "Walt Disney Pictures"... Pasti deh pilem keluarga yang no blood dan hasilnya harus happy ending... huhu....

Tapi ya udah, toh denger-denger dari review cukup seru....

Pilem berkisah mengenai ambisi seorang ahli sejarah AS, Ben Gates (Nicolas Cage) atas mitos mengenai adanya harta rahasia yang disembunyikan oleh The Founding Fathers (penandatangan naskah kemerdekaan Amerika). Harta ini sendiri konon memiliki jejak yang sangat jauh hingga kejaman prasejarah, dan dijaga turun-temurun oleh kelompok Kesatria yang merasa harta sebanyak itu terlalu besar jumlahnya untuk dikuasai oleh raja manapun.

Dan petualangan pun dimulai dengan berkelana kesana-kemari mencari petunjuk yang mengarah pada petunjuk lainnya. Petualangan dibuat ala Indiana Jones, banyak petualangan dan terselip adegan lucu, hanya saja dibuat dengan setting yang lebih modern.

Ada yang bilang film ini cukup baik buat selingan sebelum film "The Da Vinci Code" dirilis, karena temanya mirip walaupun minus bunuh-bunuhan. Kalau kata saya sih... ya lumayan lah.... enjoyable.

Wednesday, January 5, 2005

Citi:cuts Jakarta

Rating:★★★★
Category:Other
Karena masih terbayang wajah gw di cermin tadi pagi, dan siang harinya di cermin lift, gw bertekad bulat untuk nyempetin diri cukur rambut hari ini.

Soalnya rambutku tersayang nan lebat ini kalau dikasi usia panjang cenderung ngembang ala sikat temennya karbol... which is really not a sight of beauty.

Berbekal pengalaman jalan-jalan diseputar Sarinah dan gedung AsiaWorks yang misterius itu, gw tau kalau di deket parkiran motor ada sebuah bangunan baru yang nyediain jasa potong rambut, and so I went there during the lunch hour.

(Setelah ngisi perut pake Nasi Padang tentunya...)

Nah, waktu mendekat ke bangunan yang dimaksud, barulah sekarang gw merhatiin dengan detail segala sesuatunya... "Rp. 20.000", itu yang pertama keliatan, setelah itu baru tulisan "Cukur Dewasa" diatasnya... Sipp, on the budget... tadinya kalau kemahalan mau nekad aja ke salon deket liftnya Sarinah (salon konvensional yang hair dressernya rada gender-ambique dengan rambut warna crong).

Begitu menarik pintu kaca yang ada tulisannya "pull", gw perhatiin suasana didalem keliatan cukup nyaman, rapi dan minimalis. Dua orang barber yang lagi duduk baca koran lalu merhatiin, dan mbak yang jaga di kasir menyambut dengan ramah.

Terdapat sekitar lima kursi cukur disisi kiri bangunan, dengan beberapa bangku tunggu dari plastik di sisi kanan. Ruangannya kecil, tapi apik, bersih, dan cukup sejuk. Kursinya bagus, nyaman, dan full-featured (swing, swivel, up/down). Interior ruangan terang karena sebagian besar dindingnya adalah kaca buram yang tentunya tembus cahaya. Hal ini membuat ruangan terasa hangat dan bersahabat.

Barbernya memakai seragam kemeja putih dan apron hitam. Di hadapan kursi pelanggan ada cermin besar dan rak kaca untuk menyimpan barang bawaan pelanggan. Peralatan cukur semuanya ditempatkan dalam satu boks aluminium yang terletak disisi kanan rak, dilabeli dengan nama dari Barber yang bertugas, cool! Perlu diakui faktor suasana dan passive experience nya aja udah memberikan nilai plus...

Barbernya nggak banyak cakap, dia cuma nanya waktu pertama kali, gw mau dicukur seperti apa, setelah itu sunyi sepanjang acara cukur... Ini cukup melegakan buat gw karena kalau di salon konvensional atau barbershop standar, suka ada perasaan rada bego atau kurang ramah kalo gak ngobrol ama hair dressernya. Thanks God for the silence.

Pertama-tama mbak yang jaga ngeluarin pakaian cukur (jubah?) dari dalem plastik, didepan pelanggan. Warnanya item silky dan looks neat... semua detail pelayanannya sampe saat itu dah ngedukung tagline Citicuts: "barbershop, barbershow". Enak gitu lho ngeliat penampilan gw sendiri di cermin.

Lalu barbernya mulai beraksi dengan cukup terampil. Well potongan yang gw minta sih cuma "pendek", shouldn't possess too much challenge. Kejadian selanjutnya, karena pengaruh suasana tenang diseling suara halus dari clipper elektrik plus background lagu-lagu ambient yang menenangkan bikin gw terkantuk-kantuk dan beberapa kali hilang kesadaran...

Mbak yang tadi lalu membawakan segelas aqua cup untuk diminum (iya lah, masa nyuci mobil?). Setelah sesi gunting rambut selesai, tibalah sesi cukur cambang dan rambut-rambut pendek. Pisau yang dipakai adalah jenis yang mata pisonya bisa diganti-ganti. Dan tadi pake mata piso baru, gak tau karena emang satu pelanggan satu piso, atau sekedar karena dah tumpul. Beda dari pengalaman gw ditempat lain, disini untuk melicinkan kulitnya dipakai gel bening warna biru yang kerasa smooth, dan refreshing. So selain kulit kerasa seger, hasil cukurannya pun gak bikin iritasi parah.

Setelah cukur selesai, eh ternyata masih dilanjutkan ama sesi pijet... great! Kirain kl modern barber macem gini dah ninggalin servis plus ini. Untuk bantu melancarkan pijatan, barbernya ngulasin minyak yang nyaris tak berbau, dan gak lengket. Walau mijetnya gak se-enak barber langganan gw di pasar Jembatan Merah, tapi it's oke lah, kepala, leher, ubun-ubun, pundak, dan sampe ke tulang belikat di rambah semua. Plus abis pijet badan jadinya gak bau minyak sinyongnyong.

Mbak tadi lalu balik lagi membawa segulung handuk panas yang baru disterilisasi. Barber yang bertugas lalu menyiapkan handuknya, diperes untuk ngeluarin air berlebih, lalu diangin-anginkan sejenak untuk mengurangi panasnya. Setelah itu, dia ngelap muka (muka gw, bukan muka die), pundak, leher, kuping, dan bagian yang dikutak katik selama gunting-cukur-pijet tadi. Lalu terakhir, barbernya bersihin sisa rambut yang masih nempel di rambut dan baju, lalu bawa cermin buat nunjukin dan konfirmasi apa hasil karyanya di bagian belakang kepala gw dah cukup memuaskan.

Setelah itu, barulah jubah item gw dilepas, dan sesi gunting rambut selesai!

Interesting, rasanya 20 rebu yang gw bayarin bener-bener worthed.

Trus mereka punya juga kartu member yang berfungsi ala gerai makanan; kl dah cukur 20X dapet free souvenir.

Definitely worth a regular visit.

citi:cuts
barbershop, barbershow
- Gedung Sarinah Thamrin, AsiaWorks Parking Lot
Jl. MH Thamrin kav.11, Jakarta. Phone: 021 7074 0390
- Cinere Mall Lt.3
Jl. Cinere Raya No.1, Jakarta Selatan. Phone: 021 7090 7251 / 0811 148041

Monday, January 3, 2005

Dasar Jahil!

Waktu lagi browse dan post tulisan, Ade nelepon... So gw pon balik dan kita pun ngobrol... Lain dari kemaren-kemaren, moodnya lagi agak baek walau pembicaraan dimulai dengan...

"Aa ga kangen aku yaa?"... (glek)

Setelah ngobrol agak lama, doi ketawa-ketawa sendiri yang langsung gw curigai ada sesuatu yang salah... Waktu gw tanya kenapa, doi bilang gapapa... Tapi lalu sekelebat bayangan muncul didepan pintu kaca kantor; Ade lagi cengar-cengir karena berhasil ngerjain gw....

Dasar anak nakal....

Tapi kemudian pesan yang tersampai bikin hati gembira...

"A... aku mulai kerja Rabu besok"

Alhamdulillahhh !!!! What a good surprise =)

"Tapi gajinya ga seperti yang diharapin"... sambung Ade...

"Tapi artinya kamu gak akan terlalu uring-uringan lagi besok-besok kan?" sambutku sambil nyengir.

Dan doi tersenyum (untunglah, gak ngegebuk atau apa gitu).

Well... congrats dear.... semoga jadi awal yang baik dari taun yang baru ini...

Luv u =X

Ulasan Film: Musa (2001)


Rating:★★★★★
Category:Movies
Genre: Action & Adventure

Gw dapet film ini waktu lagi liat-liat DVD di ITC Ambasador. Tadinya gw ragu karena khawatir ini cuma another so-so Chinese/HK's duplication dari film megah sekelas Crouching Tiger Hidden Dragon (CTHD). Ternyata waktu baca sinopsisnya, film ini buatan sineas Korea, dan berkisah mengenai misi diplomat kerajaan Coryo (sekarang Korea) yang berkunjung ke kekaisaran Ming pada masa abad ke-14.

Ada kembang mata diantara pemainnya yang memang terbukti bikin film Asia laris manis di pasaran: neneng Zhang Ziyi. Tapi selain dia, semuanya nama-nama asing, so bisa diperkirakan ini bukan semata-mata film yang ngandalin nama tenar tapi penggarapan rada bikin pusing (House of The Flying Dagger, Hero, etc.).... Ditambah dengan dua penghargaan di festival film Asia dan Asia-Pasifik, so I guess it worth to see lah...?

Ternyata, sejak awal film berlangsung, atmosfernya terasa sangat meyakinkan. Settingnya bagus, kostum bagus, ceritanya bagus, akting pemainnya bagus, sehingga kita mau gak mau kebawa kedalam suasana Cina kuno, dan ngerasa yang diceritain itu memang real... Karakter-karakter yang diceritain pun rata-rata bertindak logis dan "benar". Nggak kayak film-film Mandarin yang sering masang karakter yang "kartun" (House of The Flying Dagger, rata-rata film Jet Li)

Jendral Choi-Jung digambarkan sebagai seorang pemimpin muda yang kurang berpengalaman, namun keras, angkuh, dan dingin. Keputusannya lah yang kemudian menempatkan sisa-sisa pasukan Coryo untuk berhadapan dengan pasukan Yuan (Mongol) yang sangat kuat, semata-mata demi menyelamatkan puteri kerajaan Ming agar mereka bisa kembali ke Coryo tanpa menanggung malu.

Secara bertahap kita akan dituntun juga untuk berkenalan dengan tokoh-tokoh film yang masing-masing memiliki karakter yang kuat namun manusiawi. Tidak ada karakter yang sempurna disini, setiap karakter hadir dengan kelemahannya masing-masing sehingga membuat film ini malah memiliki jalinan cerita yang erat dan dramatis. Aksi dan reaksi datang silih berganti menciptakan suspense dan alur yang sulit ditebak.

Setelah serangkaian perang dan drama... Di akhir cerita gw bengong.... dan dah cukup lama gw ga bengong abis nonton film...

Sampe kemudian gw paksain liat-liat clip di Special Feature DVD nya, just to make sure that it's just a movie and all the players are allright =P

Buat gw, ini film luar biasa yang sekelas ama CTHD, Last Samurai, Gladiator, Dances With Wolves, dan Braveheart. (byms)

Pulang dari Bandung

Pagi ini gw terbangun suara alarm dari Siemens s-45 gw yang diset pake dering lagu kabaretnya Las Vegas.... TV nya Dea masih nyala, dan lampu masih padam. Mamah dan Dea pun masih pulas namun mulai terbangun. Mamah beranjak paling dulu... ngambil wudhu terus sholat Subuh. Dilanjutin ama gw, yang setelahnya kembali tiwas ditempat tidur sambil nyender ke bantal dibelakang punggung mom yang lagi merhatiin liputan Aceh. Suasana kamar berpendar-pendar sesuai tampilan yang ada di TV...

Tadi malem waktu mau ngambil wudhu, sempet rada ragu karena imajinasi kreatif gw dengan sukacitanya menggambarkan kira-kira seperti apa keliatannya, dan dimana bakalan munculnya, seandainya "Sadako" ada di rumah ini.... Hmmhh.... gini nih kalo otak ga kompak.... mbok ya bayanginnya ketemu Titi Kamal gitu lho....

Pada jam tujuh pagi, diantara tidur ayam gw, Dea masuk kamar udah pake pakean kerja, siap buat ngantor... mendadak gw inget kalau rencana awalnya, jam segini gw dah harus berangkat buat ngantri tiket kereta di Kebon Kawung! Ah well... ya sudah, take it one step at a time lah...

Sambil mata masih susah melek dan nyawa belon ngumpul semua, gw mandi dan bercukur... siap-siap kembali ke Jakarta buat mencari nafkah.

Setelah pamitan sama mamah yang masih mau tinggal, gw lalu pamitan sama ibu kost Dea dan anaknya, neng Intan, lalu bareng Dea berangkat keluar untuk nunggu angkot.

Walaupun angkot jalan cukup ngebut, ternyata sampai Kebon Kawung tetep aja dah gak kebagian tiket... tadinya mau ngantri buat Argo yang jam 9:20, tapi dipikir2 sayang juga buang waktu sejam buat nunggu... mendingan berjuang aja buat dapet ruang duduk di belakang gerbong eksekutif biar dapet adem nya walaupun bayar karcis sekelas bisnis.

Saat-saat seperti ini gw nyesel kenapa waktu berangkat gw lupa bawa bangku lipet, padahal dah direncanain. Bangku kaki tiga dari ACE hardware itu dah dua taunan ada di kamar, tapi sekalipun belun pernah dipake dan masih dalam kondisi mint...

Setelah sempet rada napsu ama bapak2 India yang sok penting, gw berhasil dapet tempat di deretan paling belakang bangku eksekutif yang cukup lapang buat bersila, dan out of the way jadi gak keganggu ama orang-orang yang lewat. Selagi jaga tempat sambil nunggu kereta berangkat, gw perhatiin ada wajah familiar melintas diluar gerbong, ceuceu!

Gw lalu siap2 mau ngagetin, tapi ternyata doi ga muncul2 dan tau2 dah duduk di bangku depan... Segera setelah kereta berangkat dan posisi gw aman, barulah gw samperin doi didepan.

Ceuceu sekarang kerja dibidang percetakan buku, dan hari ini adalah salahsatu trip insidentalnya ke Jakarta buat ngawasin percetakan.

Balik ke belakang, gw sms-an ama Ade soal mimpi tadi pagi... Gw bilang kl gw liat dia pake baju putih dan kain batik dan looks so beautiful.

Dia bales... "Ih ngeri amat!"... Yang tentu aja bikin kening gw berkerut lebih parah dari biasanya.

Waktu gw tanya kenapa, dia bilang "kan baju putih ama kain batik itu pakean mayat!!". (gubrak!)

Lalu gw jelasin kalau baju putih yang dimaksud adalah mirip dengan kebaya putih yang dipakai waktu kawinan Pipiek di Sahid... dan gw bilang kalau dia tu mikirnya jangan NEGATIVE.... Baru deh dia jawab sambil ketawa ketiwi.... duh Opin.....

"Opin?"... Ya, gw bilang Ade kalau wajahnya itu smiling face, jadi mo lagi diem juga keliatan kayak lagi senyum, makanya lantas gw identikkan dengan muka Lumba-lumba alias Dolphin... Awalnya sih dia protes... "koq lumba-lumba? emang aku kayak ikan yah?"... tapi akhirnya sih pasrah dan malah seneng dipanggil demikian...

Sepanjang perjalanan, berkali-kali anak balita di bangku tengah sana bengong ditengah jalan sambil memandang kearah gw duduk. Ibunya si upik lantas ikutan ngelirik kearah gw yang duduk pas ditengah2 dinding belakang kereta dan jadi ngeh apa yang diperhatiin ama anaknya; mas-mas keren (self-proclaimed) yang badannya gede (true) plus rambut gondrong (true), yang lagi asik bersila sambil dengerin sesuatu yang menggantung dilehernya (true), dan calon orang ngetop (amiiiiin!). Alhamdulillah, si Ibu senyum... berarti gw nambah pahala dah bikin orang seneng kan?

Cuma sayang aja yang terbengong-bengong tuh hanya anak-anak balita dan bukan adek-adek gadis dari medio umur 20-an...

Setelah kereta berjalan dan gw mulai terpengaruh goyangan lembut pantat kereta, gw mulai ngantuk dan tidur ringan.... ditemani lagu-lagu eighties yang gw download dari komputernya Dea, yang cukup kuat buat menutup background suara dinamo kereta dan aneka keributan lainnya.

Waktu ampir nyampe ke Jakarta dan cuci muka, gw terlalu berusaha keras buat ngambil saputangan di saku celana gw yang dah superstretched, berakibat dengan kembali dobolnya garis-garis pertahanan sisi celana gw, menghasilkan lubang sepanjang 5 cm-an yang dengan jelas memperlihatkan boxer short dibaliknya.... Ternyata robek lama di celana gw kembali muncul... mungkin lain kali harus gw jait pake benang kevlar... atau minta tisik ama desainer bajunya "The Incredibles", atau..... gw harus ngurusin badan kali ya? OH NO!!

Oh well... sekian sekilas info, sekarang taun yang baru, semoga gw makin sadar diri dan makin bisa jadi orang yang bermanfaat buat masyarakat dan dunia. Dan makin deket kearah hal-hal yang dicita-citakan.... amiiin....

Kembali ke medan tempur...