Tuesday, August 9, 2016

Our own Winning Story outside OLX

At the moment there's a Winningstory campaign running in all OLX branches around the world, with nice rewards to those participating. Don't forget to join in!

While I do have some winning stories myself on using OLX, I found the one most meaningful happened before I become OLX user instead, and it become one of the key reasons why I decided to join OLX later on.

My #winningstory happened when my wife decided to bought, on her initiative, a new baby stroller for our youngest kid. While I do understand this newer model has smaller size, which fits nicely into our city car's tiny baggage space, we already have two strollers! So I asked her to keep one and sell the rest, and she then advertised it on some local newspapers.

Among the few responses we received, there's one from this lady who's really interested to have a look, and we made appointment to meet right away. When she came, we're quite surprised to find out that she was coming on a motorbike with both her husband, and her daughter.

However the reason why she bring her 5 y.o. daughter along is to see which of the strollers would fit her the best, as she has this special medical condition which makes her can barely moves.

After further conversation we discovered that the father works as a security guard, and the mother works as book keeper in a small hotel. Even though the medication costs of their daughter are covered by BPJS Kesehatan, Indonesia's national health insurance program, they have to wait like 4-6 hours in each visit to the hospital, sometimes even more. During the waiting their daughter would usually get tired (obviously), but she's already too heavy for her mother to carry, thus they need a good sturdy stroller for her to sleep on. That's also why, despite having only a motorbike, they prefer to bought our big strollers instead of the more compact version.

Seeing there's already three persons riding the motorbike, my wife and me decided we'd deliver the stroller to their place instead, the next day. Over the night however, looks like my wife and me have this change of mind about selling the stroller. Yes we could always use the extra money from selling the stroller, but it looks like there's a greater purpose awaits for the stroller (and the money).

So on the next day, we deliver the stroller into its new owner, and we even include a soft mattress pad for the stroller as free extra, something we previously think we wouldn't sell.

We then get into a discussion on how the family would be able to carry the stroller around on their motorbike, should they can't get/afford a car to carry the daughter for medical checks. We both think that a simple add-on construction to the bike, like those used by AC repairmen to carry their portable ladder, would also work for the stroller.

When it came to the payment time, and the family hand over the amount of money we initially asked for, we politely hand it back and say it's our contribution to help fund the motorbike modification work. They were speechless, but very thankful.

In the end, while we don't get any money from the transaction but I think we win something more precious. The whole episode itself feels like a wake-up slap to our face, where we experience first hand, that something less meaningful to us, could be someone else's treasure.

Having experience that, so when the offer to join OLX Indonesia arrived, and that OLX stands to facilitate the same kind of exchange I experienced in the story above, I gladly joined. (byms)

Monday, May 11, 2015

Anjing liar di Bali - to kill or not to kill

Baru-baru ini di salahsatu grup FB yang saya ikuti beredar satu kabar mengenaskan mengenai terbunuhnya seekor anjing di daerah Pantai Sanur karena secara sengaja diracun oleh manajemen hotel setempat. Rata-rata komentar mengutuk tindakan tersebut, karena dianggap biadab.

Beberapa waktu sebelumnya, di daerah Pantai Kuta pun beredar kabar yang sama: seekor anak anjing dipukuli dan disiksa beramai-ramai oleh warga lokal di pantai tersebut, gara-gara anak anjing tersebut menggigit seorang turis balita. Lagi, aksi inipun dianggap tindak biadab, khususnya oleh para turis yang sedang bersantai di pantai tersebut.

Adapun pihak lainnya yang sering dituduh sebagai biadab juga nggak lain adalah pemerintah daerah (pemda) Bali, karena mereka gemar merazia anjing jalanan untuk disuntik mati, sambil di sisi lain membatasi gerak organisasi penyayang hewan seperti BAWA untuk dapat merehabilitasi anjing-anjing tersebut.

Sewaktu diwawancarai oleh surat kabar setempat, warga lokal yang terlibat insiden Pantai Kuta berujar kalau tindakan anjing liar seperti itu bisa membuat turis takut untuk datang sehingga mengganggu kelancaran bisnis mereka. Bisnis seret, bisa-bisa dapur nggak ngebul.

Sedangkan alasan dari pemerintah Bali untuk meberlakukan aturan razia dan suntik mati, sejauh yang termuat di surat-surat kabar adalah karena dua hal:

  1. Bali saat ini merupakan daerah tertinggi secara nasional untuk kasus rabies
  2. Selama ini pemerintah Bali menjamin pengobatan gratis untuk kasus gigitan anjing, sekaligus biaya untuk vaksinasi rabies para anjing jalanan -- yang ternyata biayanya sangat besar karena tingginya kasus rabies 

Hal lain yang menurut saya berpengaruh, adalah seringnya muncul kabar mengenai warga, baik lokal maupun expat asing, yang luka parah hingga cacat permanen akibat diserang kawanan anjing liar.

Jadi dalam hal ini sebenarnya populasi anjing liar memang betul menimbulkan masalah di Bali, masalahnya ada dan nyata.

Solusinya?

Keberadaan organisasi semisal BAWA cuma mampu meminimalisir jumlah anjing liar, dan kalaupun semua anjing liar di Bali bisa direhabilitasi, apakah mereka bisa diserap seluruhnya oleh para adopter? Jadi bukan solusi yang tuntas juga, apalagi pertumbuhan populasi anjing liar di Bali tidak terkendali. Apalagi mayoritas warga Bali cenderung gemar memelihara anjing, jadi secara umum lebih permisif terhadap populasi anjing liar.

Di sisi lain aksi pemda mengendalikan populasi anjing liar di Bali dengan memusnahkan anjing liar pun dianggap biadab. Jadi solusi yang tepat sepertinya belum ketemu.

Ada yang punya saran? (byms)

Sunday, March 8, 2015

Jadi Panelis di diskusi Peluang dan Tantangan Kuliner Nusantara untuk Masuki Peta Kuliner Dunia



Alhamdulillah banget, minggu lalu dapet kepercayaan untuk jadi salahsatu panelis di diskusinya Kecap Bango Kuliner Nusantara "Peluang dan Tantangan Kuliner Nusantara untuk Masuki Peta Kuliner Dunia,” bertempat di Restoran Oasis, 5 Maret 2015.

Nggak woro-woro banyak karena event nya sendiri terbatas untuk undangan, itupun umumnya dari kalangan media massa. Antara menuliskannya sebagai berikut:

Blogger makanan memiliki peranan penting dalam mempromosikan ragam kuliner Indonesia ke kancah internasional, kata blogger Bayu Amus di Jakarta, Kamis. 

"Dalam Foodie Journey itu ada beberapa tahapan, yaitu discovery, onboarding, exploring dan mastery," kata pria di balik blog Epicurina itu. 

Blogger punya peran penting dalam promosi di dua langkah awal, ujar dia. Bayu memaparkan, discovery adalah tahapan saat seseorang mengetahui keberadaan makanan Indonesia.

Di langkah Discovery, food blogger memiliki peran krusial dalam mempromosikan makanan melalui media online.

Selain blog, promosi online juga dapat dilakukan lewat situs berita, YouTube dan media sosial. Promosi offline juga dapat dilakukan lewat mulut ke mulut dan acara seperti jamuan di kedutaan besar. 

Selanjutnya, di tahap Onboarding para pecinta kuliner di luar negeri akan memuaskan rasa penasarannya dengan mencoba langsung makanan Indonesia. 

Menurut Bayu, yang dibutuhkan adalah keberadaan restoran Indonesia di luar negeri. Di tahap ini, tempat makan di kategori makanan kaki lima (street food) juga bisa memuaskan keingintahuan pencinta kuliner. 

"Sayangnya tidak banyak restoran Indonesia di luar negeri," ujar dia. Bila sudah mencicipi langsung, para pencinta kuliner akan menuju tahap selanjutnya yaitu Exploring, mendapatkan wawasan lebih luas tentang makanan Indonesia. 

"Butuh restoran yang lebih sophisticated," ujar dia. Terakhir, mastery adalah tahap seseorang tergerak untuk membagikan pengalamannya kepada orang lain. "Langkah kita masih panjang," imbuh dia.



Monday, February 3, 2014

Aqua sengaja ditambahi Fluoride oleh Zionis untuk racuni ummat Islam?

Bukannya nggak percaya sama conspiracy theory, keberpihakan pihak penguasa, dll. cuma mbok ya kalau nerima berita itu di-cross check dulu sebelum jadi korban kuadrat.

"Kandungan fluoride dalam Aqua adalah upaya sengaja Zionis membodohkan ummat Islam?" Betulkah? Yuk kita kupas.

Pertama, fluoride itu kandungan alamiah dalam batuan Bumi, sehingga terdapat dalam semua sumber air tanah di dunia, jadi air 'asli' manapun yang anda minum, semua ada kandungan fluoride nya; tidak hanya terdapat dalam AMDK (Air Minum Dalam Kemasan) semacam Aqua atau merek lainnya.

Baca: http://www.env.gov.bc.ca/wsd/plan_protect_sustain/groundwater/library/ground_fact_sheets/pdfs/f(020715)_fin2.pdf

Kedua, referensi jurnal penelitian yang dikutip, adalah penelitian mengenai dampak kadar tinggi fluoride pada air tanah terhadap penurunan IQ anak-anak di daerah tercemar di China; dengan kadar hingga 10x lipat batas aman.

Baca: http://www.hsph.harvard.edu/news/features/fluoride-childrens-health-grandjean-choi/

Baca: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3491930/

Ketiga, kalau fluoride jadi tertuduh, berarti Air Zamzam itu air yang sangat berbahaya untuk diminum, karena kandungan fluoride nya cukup tinggi, hingga 0.75 ppm, sedangkan air ledeng di perkotaan umumnya mengandung hanya 0.2 - 0.3 ppm fluoride.

Baca: http://faculty.ksu.edu.sa/khounganian/Interns%20Seminar/Zamzam-waterpublicationarticle.pdf

Jadi kesimpulannya, fluoride itu secara alamiah terdapat dalam air tanah, yang mana dalam kasus AMDK masih sangat mungkin terdapat, jika si produsen AMDK tidak melakukan filtrasi total, yang mana reverse osmosis pun tidak sanggup lakukan.

Fluoride baru berbahaya kalau ia terdapat dalam air minum dengan kadar yang sangat tinggi, yang mana biasanya terjadi melalui pencemaran industri atau pertanian, atau dari sumber air alam di daerah tertentu.

Jika ingin menuduh pengusaha AMDK itu antek Zionis dan melakukan upaya sistematik membodohkan ummat Islam, tes langsung air minumnya dan buktikan bahwa kadarnya betul di atas ambang batas yang sudah ditetapkan dewan-dewan kesehatan. Bukan sekedar dengan baca label atau ngutip press-release.

Dan nggak usah direkayasa juga rasanya tanpa upaya pembodohan juga sudah sedikit ummat Islam yang mempraktekkan Iqra (membaca), jadi nggak usah repot-repot .

Monday, October 28, 2013

Pilihan lagu ABG, experimen, dan suasana hati


"Ih selera musik bapak sekarang kayak ABG" cetus isteri tersayang mengomentari koleksi lagu terbaru saya yang gencar saya promosikan sama dia dan Zayan; dua orang stakeholder penting di rumah. Yang terakhir itu yang lebih vital sih karena tidak bisa dibujuk: kalau maunya muter "Mika" maka sepanjang 1-2 jam jalan-jalan di mobil maka lagu itulah yang akan di-repeat infinitely, sementara isteri masih mau manut sama konsep "gantian."

Sebetulnya saya sendiri agak heran koq sekarang sukanya lagu-lagu yang hip dan upbeat, sementara bulan lalu masih betah bercokol di lagu-lagu epic, disusul lagu-lagu mellow. Kenapa ya?

"Tapi mending sih, dibanding lagu-lagu sebelumnya," lanjut isteri.

"Itu namanya eksperimen; kalau yang sebelumnya dianggap gagal, yang ini berarti eksperimen yang berhasil." Jawabku mencolek konsep "jangan takut bereksperimen."

Berikut ini list lagu-lagu yang saya tekuni bulan lalu:

  1. "Burn it down"nya Linkin Park
  2. "Harakiri"nya Serj Tankian (vokalis System of a Down)
  3. "Lady wants to know"nya Michael Franks (iya retro banget)
  4. "La Vie en Rose"nya Louis Armstrong (iya lebih jadul lagi)
  5. "Sweet Child O' Mine"nya Guns n' Roses (iya flashback)
  6. "The Temple Of The King"nya Rainbow (rock jadul)
  7. "Royal"nya Lorde 

Berikut ini list lagu-lagu yang saya tekuni sekarang:

  1. "Can't Hold Us" by Macklemore & Ryan Lewis
  2. "Get Lucky" by Daft Punk & Pharrell Williams (N.E.R.D.)
  3. "Mas Que Nada" Black Eyed Peas cover
  4. "Blurred Lines" by Robin Thicke & Pharrell Williams (N.E.R.D.) & T.I (yes the controversial song)
  5. "Goodbye Isaac" by Motohiro Hata
Kalau sekilas saya perhatikan sih memang ada kaitan erat dengan suasana hati belakangan ini... Bulan lalu kan lagi galau-galaunya soal kepindahan kerja, meninggalkan bangku empuk dan cubicle nyaman di Mitrais setelah empat tahun kurang satu bulan bercokol di sana; ke Somia Customer Experience yang saat ini masih nebeng kantor di Bullseye Digital. 

Walhasil masa-masa itu penuh dengan kebutuhan untuk feel comfortable dan salahsatu pelariannya adalah dengerin lagu-lagu menyenangkan dari masa-masa indah dulu di tahun 80-90an, saat makan tidur duit gak usah mikir pasti ada, cuma terbebani urusan NEM, IP, dan... pacaran.

Sekarang gimana? Walau fisik cape karena dalam sebulan terakhir aja traveling nya lumayan menguras stamina, tapi bisa belajar banyak dan pastinya terasa jauh lebih menarik daripada "dikandangin." Apalagi list of clients dan projectsnya bener-bener sesuatu yang udah sejak tiga tahunan lampau dimimpikan. Walhasil pilihan lagu-lagunya juga lebih bersemangat, uplifting, dan baru! 4 dari 5 lagu tersebut adalah keluaran 2013.

Atau ada yang mau berhipotesa lain?

Tinggal sekarang nyari dua lagu lagi special request isteri pas Salon Buyang (Sarapan Lontong Bu Sayang) kemarin: "Selamat Malam"nya Evie Tamala, dan "Setasiun Balapan"nya Didi Kempot, tapi yang versi Swing / Jazz. Ada yang punya? (byms)

Friday, February 15, 2013

Lika liku Ujian Masuk Fakultas Seni Rupa Desain ITB (FSRD ITB)

Jadi inget dulu, waktu jadi asisten buat mata kuliah Gambar Teknik 1 & 2 di FSRD ITB, dari sekian perbincangan dengan pak Harry Lubis, yang saat itu menjabat Dekan Fakultas, didapat informasi mengenai apa dan mengapa nya Ujian Masuk Fakultas Seni Rupa dan Desain (UMFSRD) ITB.

Berbeda dengan umumnya jalur masuk perguruan negeri saat itu (era '90an) yang melalui UMPTN, FSRD memiliki ujiannya tersendiri dengan materi berbeda: Test menggambar, psikotest, dan kemampuan Bahasa Indonesia juga Inggris.

Test Bahasa


Dari pak Harry lah saya tahu kalau ternyata ujian dua jenis bahasa itu penting, bukan semata-mata terkait kenyataan bahwa materi perkuliahan akan sebagian besar berupa buku bahasa Inggris, namun karena ternyata ia bisa mengindikasikan juga tingkat intelektualitas seseorang. Koq bisa?

Menurut pak Harry, hal ini dimungkinkan karena ada perbedaan yang cukup mencolok antara struktur bahasa Indonesia dengan Inggris, baik dari sisi tata bahasa/grammar, apalagi perbendaharaan kata/vocabulary. Dengan demikian, seseorang yang bisa berbahasa baik Indonesia maupun Inggris, sudah terbiasa untuk berpikir dengan struktur yang berbeda-beda, dan kemampuan tersebut adalah satu hal yang membutuhkan intelektualitas.

Test Menggambar


Sedangkan test menggambar digunakan untuk melihat kemampuan seseorang mengolah ide kreatif, bercerita, dan menuangkan ide secara visual, bukan penguasaan teknik! Makanya dulu banyak yang terkejut koq si A yang gambarnya keren nggak keterima, tapi si B yang biasa-biasa aja masuk? Pembedanya adalah ide.

Kemampuan mengolah ide kreatif maksudnya menemukan ide yang unik dan berbeda dari kebanyakan. Jangan lupa ini ujian masuk, dimana perhatian para pemeriksa tes akan lebih tertuju pada gambar-gambar yang stands out from the crowd.

Hal ini terjadi, karena para pengajar melalui pengalaman mereka mengetahui bahwa lebih mudah mendidik mereka yang intelek (bisa menyerap pelajaran dengan baik), dan kreatif (bisa mengolah ide yang unik dan berbeda), untuk menguasai hal-hal teknis seni & desain; dibanding mengajarkan mereka yang sudah bisa menggambar dengan gaya yang matang, atau melukis indah, untuk belajar konsep seni & desain.

Apalagi setelah menempuh perkuliahan saya baru tahu, kalau pengembangan kemampuan menggambar naturalis, photographic, tidak termasuk skill yang diajarkan. Alasannya, kalau mau photo-realistic, ya pakai potret saja jangan melukis! Dalam pakem para pengajar FSRD ITB, menggambar dan melukis adalah media penyaluran ekspresi, penuangan ide, bukan semata-mata mereplikasi karya alam semesta.

Pementingan pada ide kreatif pulalah yang menyebabkan para bimbingan UMFSRD yang dulu bertebaran, rata-rata lebih berfokus pada kemampuan seseorang untuk mengolah ide kreatif, bercerita melalui gambar, ditambah penguasaan dasar-dasar teknik agar secara estetik enak dipandang. Perhatian pada kualitas estetika ini dipilih diajarkan, karena pada dasarnya manusia menyukai hal-hal indah: jika terdapat dua ide yang sama-sama unik, yang terlihat lebih estetiklah yang akan dipilih.

Psikotest


Adapun psikotest lagi-lagi lebih ditujukan pada kualitas kreativitas seseorang dan pemahamannya akan logika. Tidak jelas apakah tes kepribadian juga termasuk yang diujikan, karena sepengetahuan saya rata-rata anak FSRD ITB tidak ada yang jiwanya benar-benar normal, angkatan saya (92) setidaknya. (byms)

Wednesday, February 6, 2013

Indonesia harusnya membiasakan pemakaian Bahasa Inggris

Dijajah Kumpeni

Indonesia adalah sedikit saja dari negara di dunia, yang apes dijajah selama ratusan tahun oleh suatu perusahaan. Ingat, perusahaan, bukan sebuah negara secara langsung, karena yang menjajah Indonesia selama hampir 200 tahun adalah Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC), bukan Kerajaan Belanda, yang baru campur tangan pada tahun 1800an.
Vereenigde Oostindische Compagnie (Perserikatan Perusahaan Hindia Timur atau Perusahaan Hindia Timur Belanda) atau VOC yang didirikan pada tanggal 20 Maret 1602 adalah perusahaan Belanda yang memiliki monopoli untuk aktivitas perdagangan di Asia. Disebut Hindia Timur karena ada pula VWC yang merupakan perserikatan dagang Hindia Barat. Perusahaan ini dianggap sebagai perusahaan multinasional pertama di dunia sekaligus merupakan perusahaan pertama yang mengeluarkan sistem pembagian saham.[1]
Berbeda dengan Inggris, yang modus penjajahannya di abad ke-20 berkembang menjadi persiapan pembentukan aliansi Negara Persemakmuran (Commonwealth), VOC & Belanda lebih menginginkan negara jajahannya tetap bodoh, sehingga akibatnya setelah sekian ratus tahun dijajah pun hanya segelintir saja orang Indonesia yang pandai berbahasa Belanda.

Walhasil karena pengisolasian ini maka selain dari penguasaan bahasa daerah, dan Bahasa Indonesia, banyak warga Indonesia yang tidak menguasai bahasa asing sama-sekali, termasuk di jajaran pemerintahan.

Pengguna Bahasa Indonesia terbanyak ke-7 di dunia

Walaupun Bahasa Indonesia adalah bahasa ke-7 terbanyak digunakan di dunia, namun pada kenyataannya pengguna bahasa ini hanyalah 180 juta an masyarakat Indonesia, sedikit penduduk negara asing yang belajar Bahasa Indonesia, serta negara tetangga Malaysia dan Brunei terkait kemiripannya dengan Bahasa Melayu [2].

Adapun bahasa yang paling banyak dipakai di dunia, adalah Bahasa Inggris, Mandarin, dan Hindi. Bahasa Mandarin sebenarnya unggul dengan sekitar 1.5 milyar pengguna, namun Bahasa Inggris dipergunakan sebagai bahasa resmi di 53 negara dan 10 organisasi internasional, dibandingkan Bahasa Mandarin yang hanya digunakan sebagai bahasa resmi di lima negara: RRC, Hongkong, Taiwan, Macau, dan Singapura.

Bahasa Inggris bahasa pengetahuan

Ditambah dengan keunggulan negara-negara berbahasa Inggris di bidang teknologi, maka bisa dipastikan temuan-temuan ilmiah terbaru, terobosan teknologi terbaru, dan aneka hal terbaru, akan muncul dalam bahasa Inggris.

Kalaupun tidak dalam Bahasa Inggris, maka akan dengan cepat suatu publikasi ilmiah akan diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris, karena rata-rata ilmuwan asing dari negara non-English pun memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang baik; atau memiliki sejawat yang mampu berbahasa Inggris baik. Dengan demikian, keunggulan Bahasa Inggris dalam dunia ilmu pengetahuan tidak akan pudar, setidaknya dalam waktu ratusan tahun ke depan.

Sebagai konsekuensinya, kalau mau berada di garis depan perubahan, dan pencerdasan, belajarlah Bahasa Inggris!

Membiasakan penggunaan Bahasa Inggris 

Sayangnya, di luar dari kenyataan sedikitnya warga Indonesia yang menguasai Bahasa Inggris, lebih sering kita dengar anjuran pemerintah untuk melestarikan Bahasa Indonesia, daripada dorongan untuk berbahasa asing.

Memang sudah tugas pemerintah untuk menjaga kelangsungan pelestarian Bahasa Indonesia, apalagi ini bahasa nasional kita, namun untuk percepatan kemajuan bangsa, adalah suatu keharusan untuk masyarakat negeri ini belajar Bahasa Inggris secara aktif.

Caranya? Dimulai dari lembaga-lembaga pemerintah dan pendidikan, untuk wajib mencantumkan nama-nama jabatan, organisasi, lembaga, dalam dua bahasa: Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris, apalagi nama-nama lembaga pemerintahan ini sangat rawan mengalami salah terjemahan. Misalnya:

Kementrian Dalam Negeri
Ministry of Home Affairs

... bukan "Ministri of Inner Country"

Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal
State Minister for Acceleration Development Backward Regions

... bukan "Ministry Country Development Region Left Behind"

(Catatan: Untuk daftar terjemahan nama-nama kementrian Indonesia ke Bahasa Inggris selengkapnya, silakan click link ini.)

Langkah selanjutnya, wajibkan penggunaan dua bahasa dalam materi-materi publikasi resmi dari lembaga pemerintahan dan pendidikan, tiga bahasa kalau dirasa perlu, dengan menambahkan bahasa daerah setempat. Hal ini akan sangat membantu masyarakat dari semua kalangan untuk terbiasa dan mengenal istilah-istilah dasar dari Bahasa Inggris, sejak seawal mungkin, dari lingkungan yang biasa mereka tinggali sehari-hari.

Jangan meminum mobil




Terakhir, jangan puas dengan kenyataan banyaknya warga Jepang yang kemampuan Bahasa Inggrisnya juga pas-pasan, karena nyatanya mereka negara yang sudah sangat maju, banyak menelurkan inovasi-inovasi teknologi yang canggih, temuan-temuan keilmuan yang bermanfaat, sedangkan kita bangsa Indonesia masih harus banyak belajar. (byms)