Monday, November 15, 2010

Rencana berolahraga, dan karakter 'performing friendly' nya Bali

Sedari kecil, salahsatu olahraga yang saya cukup kuasai adalah berenang, walaupun bisanya cuma gaya dada. Sayangnya terkait kesibukan dan kemalasan, selama sembilan tahunan tigggal di Jakarta nyaris nggak pernah berenang sama sekali; nggak ada temen, jadi nggak ada waktu. Lagian berbeda dengan olahraga jenis lain dimana kita bisa sekaligus bersosialiasi, maka saat berenang dan tidak bisa multi-tasking, maka beramah-tamah dengan sesama perenang cenderung rada lebih sulit secara teknis.

Semenjak pindah ke Bali, dan membiasakan Zayan untuk kenal dengan air, maka kegiatan mengunjungi kolam renang kembali menjadi suatu kegiatan cukup rutin, walaupun pada kesempatan ini saya lebih sering duduk di sisi kolam dan browsing di netbook, sementara isteri menemani Zayan bermain air.

Keadaan berbalik ketika kemudian isteri memutuskan untuk memakai hijab, dan "free pass" kami ke kolam renang salahsatu hotel di Denpasar ini hilang karena tetangga yang notabene adalah manajer di sana pindah kembali ke Jakarta. Untuk menjaga tingkat ketertarikan Zayan terhadap air maka kamipun mulai secara rutin mengunjungi kolam renang umum di pertokoan Tiara Dewata (satu-satunya kolam renang dalam area shopping mall di Indonesia?), dan sayalah yang kemudian berganti tugas menjadi pengasuh Zayan bermain air.

Satu-dua kali nemenin Zayan, rasanya cukup puas dengan ikutan maen aer saja. Namun lama kelamaan rasanya penasaran juga untuk nyebur dan berenang beneran. Kalau mantan presiden RI BJ Habibie saja konon melakukan 8 kali bolak-balik renang setiap pagi untuk menjaga stamina, dan efeknya positif, kenapa nggak coba ditiru?

Berenang kembali

Akhirnya saat itupun tiba; pada kali ke tiga atau ke empat menemani Zayan, setelah kelar memandikan Zayan sayapun meminta izin pada isteri buat betulan berolahraga dahulu sambil coba-coba apa bisa ngikutin Habibie dengan rutinitas 8 kali bolak-balik. Dan sayapun kembali berenang.

Hasilnya? Luar biasa... hancurnya! Untuk menempuh satu panjang lintasan pun (belum bolak-balik) badan rasanya copot onderdil disana-sini... napas ngos-ngosan, tenaga terkuras, dan rasanya sangat nggak nyaman!.... Namun demi kemajuan dan kesehatan maka akhirnya kali pertama itupun dipaksakan supaya bisa 4 kali bolak-balik sisi panjangnya kolam renang Tiara Dewata. Cukup 4 kali, itupun bukan non-stop tapi disela jeda sangat panjang antara sekali tempuh dengan lainnya. Kali pertama berenang itupun ditutup dengan keletihan fisik yang amat sangat, plus rasa tidak nyaman yang sangat mengganggu; otot lemas, badan sakit, sistem syaraf agak-agak "meriang" seperti kalau sedang demam, dan pusingnya seperti sedang migrain. Walhasil hari itupun seharian penuh rasanya nggak enak badan, seperti nyaris pingsan, dan lemesnya sampai dua - tiga harian.

Namun walaupun pengalaman pertama tersebut sangat tidak menyenangkan, minggu berikutnya kembali saya jajal berenang. Herannya kali ini, walaupun tetep diselingi waktu istirahat yang lama, namun 4 kali bolak balik ternyata tidak sampai membuat migrain; dan sayapun kembali menemukan ritme yang dibutuhkan untuk berenang dengan enak. Hari itupun saya akhiri setelah berhasil menempuh 6 kali bolak-balik berenang; masih dengan badan lemas, kehabisan napas, namun tanpa migrain atau sakit di otot.

Kali ke-tiga, 4 kali bolak-balik ditempuh dengan napas ngos-ngosan tapi minus ketidak nyamanan yang biasanya menyertai, makanya diteruskan lagi ke 6 kali bolak-balik, dan di lintasan terakhir malah sempat "sprint". Selain napas ngos-ngosan, nyaris tidak ada efek negatif lain yang muncul, malah rasa lemas pun hilang hanya dalam hitungan menit! Kemampuan energy recovery yang meningkat cepat ini ternyata dibarengi juga dengan peningkatan power, dan semangat positif; saya mulai bisa push-up lagi secara rutin, dalam kuantitas yang mengalahkan prestasi saya di masa masih rajin b'gaul dengan Ganesh di awal-awal masa kerja, atau semasa saya masih SMA dulu. 

Not much sih, cuma 25x satu sesi, tapi ini sudah prestasi besar untuk saya, secara sebelum2nya untuk bisa beres 20x pun sudah dengan perjuangan berat, dan lemesnya bisa sampai seharian susah ngangkat tangan. Kalau sekarang? 25x dan masih tetap bertenaga, lalu dikasih istirahat 15 menitan juga sudah bisa lagi untuk 25x set kedua! 

Apa yang terjadi? Sepertinya kondisi 'hampir pingsan' di saat kembali berenang di awal cerita ini telah bertindak sebagai "break in" gerbang penghambat energy flow saya; menyakitkan, tapi sangat bermanfaat.

Next Step

Next step? Rutin lagi pelemasan, dan latihan pergerakan dasar nya Aikido sambil latihan pernapasan. "Coming soon"nya adalah beli sand bag buat latihan power, dan aktif latihan lagi nunchaku buat memperbaiki timing dan feeling; kebetulan juga beberapa kali ke lapangan Bajra Sandhi ketemu dengan beberapa praktisi seumuran yang sedang latihan bersama piranti yang satu ini di sana, siapa tau bisa ikutan.

Untuk mulai latihan rutin lagi Aikido sepertinya masih belum... soalnya agak khawatir sama cedera punggung; dulu waktu badan nggak seberat sekarang aja gw dapet LBP (Lower Back Pain) gara-gara rutin jatuh duduk kala latihan. Apalagi sekarang saat lebih overweight lagi dibandingin dulu. Minimal olahraga rutin apa aja dulu buat memperbaiki stamina, kebugaran, dan kesehatan, nanti kalau berat badan dah turun baru dipikirkan lagi.

Performing Friendly

Oh iya, di taman Bajra Sandhi Denpasar ini, selain ada praktisi Nunchaku, kadang ada juga praktisi Capoeira yang latihan di sini, selain tentunya Yoga, Sepak bola, bulu tangkis, ketangkasan bersepeda (BMX), sampai ke cheer leaders, skate board, dan inline skate. Falun Dafa dengan aktivitas olah pernapasannya pun selalu hadir di sini. 

Satu fenomena yang menarik yang teramati, adalah mereka ini masing-masing asik dan terlihat santai saja dalam mempraktikkan dan berlatih skillnya tanpa ada rasa jengah atau feeling ingin show off... Para pengunjung taman yang melintas pun sepertinya tidak merasa kegiatan2 tersebut sebagai suatu keanehan; kalau suka ya silakan nonton, dan yang ditonton pun nggak jadi salting, sedangkan kalau nggak berminat ya tinggal lewat tanpa berkomentar, dan yang berkegiatan pun asik dengan kegiatannya sendiri. 

Mungkinkah attitude "performing friendly" ini muncul karena rata-rata penduduk Bali akrab dengan kegiatan kesenian dan pementasan? Jadi untuk performing di muka umum bukanlah lagi hal yang asing? Bisa jadi. Tapi apapun penyebabnya, yang pasti inilah salah satu sisi 'easy-going' kehidupan di Bali yang saya suka. (byms)

Zayan vs. Super Computer

Hari Minggu pagi kemarin, Zayan bangun beberapa saat setelah kami sholat Subuh. Sesudah kami ucapkan salam selamat pagi, Zayan pun lalu duduk sila, mengejap-ngejap matanya dan kemudian beranjak memanggil bapaknya dengan mesra; si bapak yang sedang bingung kenapa downloadnya semaleman mentok di 96% dan nggak bisa di-resume.

Z: "Bapaaaaaaaak"

B: "...Ya sayang?"

Z: "Satuuuuuu, duaaaaaaa, tigaaaaaa, empaaaaat, limaaaaa", katanya dengan merdu

Duh itu suara... indah terdengar di telinga, merasuk sampai ke hati...

Serempak saya dan isteripun bertepuk tangan menyemangati Zayan dan mengacungkan telapak tangan untuk toss. Zayan tersenyum gembira menyambut toss, walau masih dalam suasana kantuknya.

Itulah kegemaran Zayan akhir-akhir ini; berhitung, walaupun baru lancar sampai 5, tapi sekarang sudah benar urutannya. Sebenarnya sampai 10 pun sudah tahu, komplit sama versi English nya, tapi kadang masih suka lupa.

Lepas penguasaan flash card, selain berhitung Zayan juga sekarang dibiasakan oleh mamanya buat membaca tulisan generic yang ada di sekelilingnya; nomer rumah, poster, maupun menu hidangan di restoran -- walau masih terbatas pada koleksi kata yang sudah ia kenal saja.

Pelafalannya juga makin jelas dan spesifik; kalau dulu-dulu ia menyebut Upin dan Ipin sebagai "Upimi", maka mulai kemarin pagi ia sudah bisa berujar "Upin" dan "Ipin" dengan jelas. Atau "habis" instead of "abiss". 

Namun demikian Mr. Bean sepertinya masih ia sebut sebagai "Bicimi"; begitu juga halnya dengan kupu-kupu yang masih sering ia sebut sebagai "batteh" (butterfly, minus fly), atau "epel" untuk nanas (pineapple minus pine). Zayan juga masih sulit membedakan antara mana nanas mana durian, dan baginya (hampir) semua hewan dalam bahasa Inggris disebut "dog".

Tapi disamping kendala untuk pengucapan secara benar, yang mana saya anggap sangat normal untuk usianya, yang lebih penting dan mengagumkan sebenarnya adalah dalam kemampuan dia berpikir, dan baru setelah punya bayi sendirilah saya menyadari kalau kemampuan manusia untuk berpikir itu sungguh luar biasa. 

Di usianya yang belum dua tahun saja Zayan sudah seringkali mengejutkan dengan kemampuannya mengucapkan kata-kata yang tidak pernah kami ajarkan, termasuk juga dalam kemampuannya ber-asosiasi; mengenali sesuatu yang ia sudah kenal, pada hal-hal yang baru ia temukan -- suatu skill yang akan terus seseorang asah hingga di usia dewasanya kelak, dan menjadi dasar kekuatan ia dibandingkan mesin.

Disinilah salahsatu keunggulan utama manusia terhadap mesin, termasuk komputer, yaitu dalam hal berpikir lateral. Walaupun manusia akan sangat ketinggalan terhadap mesin dalam pemrosesan data secara formulaic, namun dalam kemampuan asosiasi dan pattern-recognizing manusia masih unggul. Google saja untuk bisa menyajikan hasil pencarian yang tidak hanya sesuai tapi juga relevan dengan kata kunci yang dimasukkan, harus bergantung pada rumusan yang rumit, pengumpulan data yang ekstensif, serta tenaga dari ratusan server berkekuatan tinggi; sedangkan manusia membangun kemampuan ini berdasarkan otak yang tidak seberapa hitungan kecepatan procesornya, kecil ukuran fisiknya, dan dimulai sedari dini.

Zayan mungkin belum tahu kalau ia (dan kita) memiliki suatu kemampuan yang lebih canggih dibanding kemampuan yang sama pada Super Computer buatan manusia yang berteknologi sangat tinggi sekalipun; kemampuan berpikir lateral, yang merupakan dasar dari kreativitas.

Kita hanya perlu mengetahui dengan tepat bagaimana memanfaatkan dan mengembangkan kelebihan yang satu ini, alih-alih dari bersaing face to face dengan mesin. (byms)

Thursday, November 11, 2010

Hak Cipta Otomatis vs. Hak Cipta Terdaftar (contoh kasus pengadilan)

Kembali ke soal hak cipta, hari ini gw nemu kasus cukup menarik dari situs hukumonline.com mengenai kekuatan hukum dari pendaftaran hak cipta sebagai berikut:
"Melalui sidang, Rabu (21/7), yang tidak dihadiri pihak tergugat maupun kuasa hukumnya, empat gugatan Wen Ken dikabulkan sekaligus. Majelis hakim yang diketuai Nirwana dalam pertimbangannya mengungkapkan, Wen Ken terbukti sebagai pencipta dan pemegang hak cipta dari lukisan Badak yang dipersengketakan. Pengumuman terhadap lukisan Badak yang dilakukan oleh Wen Ken sudah ada sejak tahun 1937.
Pihak Wen Ken memang tidak mendaftarkan hak cipta miliknya. Namun, berdasarkan ketentuan, hak cipta tidak wajib didaftarkan. Perlindungan terhadap hak cipta timbul semenjak hak cipta itu lahir.
Karena itu, majelis hakim memerintahkan Direktorat Hak atas Kekayaan Intelektual untuk membatalkan pendaftaran lukisan badak, baik sebagai merek maupun hak cipta yang dilakukan oleh Budi Yuwono dan PT Sinde Budi Santosa.
Kuasa hukum Wen Ken, Agus Nasrudin menyambut baik putusan hakim. Menurutnya, hakim masih berpegang pada kebenaran. Pasalnya, jelas terdapat bukti yang menunjukkan munculnya lukisan Badak sebagai hak cipta sejak tahun 1937."
Tulisan selengkapnya click disini

Jadi walaupun pendaftaran membantu memperkuat posisi pencipta sebagai pemilik hak cipta/copyright, namun dengan berpatokan pada terciptanya hak cipta secara otomatis melalui publikasi umum pun sudah bisa dijadikan landasan hukum.

Pengennya sih mendaftarkan saja toh biayanya cukup terjangkau, apalagi dalam konteks bisnis; cuma repotnya, informasi di website Dirjen HAKI masih terlalu samar-samar untuk bisa diikuti. Untuk contoh kecilnya saja, dari alur prosedur diketahui bahwa pendaftaran baru sah kalau disertai biaya pendaftaran, namun tidak dijelaskan lebih lanjut bagaimana cara pembayarannya. 

Kalau kita lantas berasumsi bahwa pembayaran hanya bisa dilakukan di loket pendaftaran di kantor mereka di Daan Mogot, Jakarta, apakah ini berarti pendaftaran hanya baru bisa dilakukan secara fisik? Jika ya, maka berarti ada biaya lain yang sangat significant dalam pengurusan dokumen HAKI ini; ongkos dan waktu -- dua hal yang akan sangat memberatkan mereka yang berasal dari luar Jakarta. Alternatifnya adalah melakukan pengurusan melalui biro jasa, dengan resiko tanggung sendiri, dan biaya jasa layanan yang juga bervariasi.

Jadi walaupun daftar biaya resmi nya untuk pencatatan Hak Cipta ini cukup terjangkau, oleh masyarakat biasa sekalipun, namun pada aplikasinya biaya pengurusan bisa jauh membengkak, yang mana menjadikan pendaftaran HAKI ini masih cukup memberatkan, terutama buat pemilik hak cipta yang berada di luar Jakarta. (bay) 

Monday, November 1, 2010

Takut mati...

Berhubung ada rekan yang reply di tulisan "Death List" yang gw tulis awal tahun 2008 lalu, jadinya keinget lagi sama kematian.

Sebetulnya sudah cukup lama juga akhir-akhir ini sepertinya diingatkan kembali mengenai hal yang satu ini, berulang kali... semoga bukan pertanda akan terjadi musibah buat gw, keluarga, maupun keluarga jauh... Baca tulisan Death List juga, sepertinya koq masih belum siap ya saya buat mati?

Dan kalau dulu dengan beraninya gw bisa bilang nggak takut mati, asal di jalan yang benar.... sekarang setelah ada anak dan isteri koq jadi malah takut sama mati ya? Terutama setelah ada anak; bukannya nggak sayang isteri , tapi secara doi dah dewasa bisa lebih tahan banting lah... cuma itu lho... kalau liat Zayan lagi tidur, bercanda, atau lagi rewel sekalipun... koq jadi ada perasaan nggak rela gitu, kalau sampai dia atau saya suatu saat harus "pergi" duluan...

Jadi inget ortu dulu suka rada lebay dan over-worries sama gw dan saudara2 lain... and now here I am finding myself in the same postition. Check-mate dude.

Pantesan juga orang yang sudah berkeluarga biasanya lebih serius ya... soalnya udah bukan dirinya sendiri doang yang harus dipikirin...

Salut buat para ortu yang sudah menghadapi dan berhasil melewati masa-masa over worries tersebut dengan bijak. (bay)

Gambar dari Wikipedia

Thursday, October 28, 2010

Empat elemen kunci keberhasilan organisasi

Menurut Paul Maritz dari VMware, kunci keberhasilan dari suatu organisasi itu terpusat pada adanya sinergi dari empat pelaku inti:
"You need to have somebody who is a strategist or visionary, who sets the goals for where the organization needs to go. You need to have somebody who is the classic manager - somebody who takes care of the organization. You need a champion for the customer. Then, lastly, you need the enforcer.

Really great teams are where you have a group of people who provide those functions and who respect each other and, equally importantly, both know who they are and who they are not."

Paul Maritz, president and C.E.O. of VMware.
Dalam praktiknya, para entrepreneur biasanya memiliki lebih dari satu karakter yang dibutuhkan ini dalam dirinya. Namun demikian juga, para entrepreneur yang kemudian makin meningkat keberhasilannya, justru biasanya adalah mereka yang tahu dan mengerti kapan saatnya untuk mendelegasikan, dan mencari orang-orang yang bisa membantunya mengelola usahanya, terutama di sisi-sisi yang ia tidak terlalu kuasai. (bay)

Monday, October 25, 2010

Zayan dan gaya bahasa

Entah siapa yang ngajarin, tapi Zayan punya gaya berujar yang khas kalau manggil bapaknya:

"Bapaaaaa", dengan "aaaa" terakhir nadanya menanjak secara gradual dari nada rendah; merdu terdengar di telinga.

Kalau Zayan geregetan, maka yang biasa dia lakukan adalah menambahkan penekanan pada salahsatu konsonan dari kata-katanya, misalnya: "apa?" menjadi "apppppppppa?!", atau sama seperti memanggil bapaknya, menaikkan nada secara gradual di akhir kata hingga melengking tinggi, misalnya "pintu", menjadi "piintuuu!", atau kadang menambahkan imbuhan iseng pada kata yang diucapkan, misalnya "apa?" menjadi "apawawawawawawawa?!" dan ini biasanya diiringi dengan gerakan tangan penegasan naik-turun di depan dada nya.

Kebiasaan yang terakhir, biasanya muncul kala Zayan ditinggal beraktivitas sendiri sementara mamanya masak. Kebiasaan pertama mulai muncul kala Zayan gemar-gemarnya bertanya. Kebiasaan kedua, muncul baru-baru ini saja, misalnya kemarin sore pas Zayan dibiarkan makan sebuah misro yang sudah digigit bapaknya, menyisakan cairan gula kelapa manis di dalamnya...

Z: "Bapaaaaaa!"
B: "Ya sayang?"
Z: "ENNAKKK!" serunya nyaris tanpa perubahan ekspresi muka
B: [tersenyum dan cekikikan]

----------

Juga berbeda dengan ajaran mamanya, bapaknya Zayan kadang suka keluar isengnya kalau pas ngajarin anaknya sesuatu. Misalnya, bapaknya mengajarkan pada Zayan untuk selalu mengangkat tangannya membentuk pestol-pestolan sambil berteriak "dor!!" kalau ditanya terjemahan bahasa Inggris dari "pintu" itu apa; hal yang mana tentu saja membuat mamanya gusar dan khawatir hasil binaannya selama satu setengah tahun akan rusak di tangan pengajaran bapaknya selama lima menit. 

Dan kekhawatiran ini terbukti waktu kemarin sore Zayan iseng main-mainin pintu di toko tas;

"Bapaaaaaa! Piintuuuuu! DORRR!!!" katanya lantang

...Walaupun masih minus mengangkat tangan membuat pestol2an dengan jarinya, memang butuh waktu but we're getting there...

Adakah kebiasaan rada jail yang anda ajarkan ke anak anda? (bay)

Tiga pasang kacamataku

Semenjak nemu tukang reparasi kacamata patah deket kost di Denpasar sini, gw jadi hobby benerin kacamata-kacamata tua yang rata-rata penyakitnya sama: patah di sambungan tengah. Cukup dengan 35 ribu rupiah saja, kualitas las sambungan tempat langganan gw ini jauh lebih bagus dibanding yang gw dapet di Jakarta. Walhasil sekarang ini gw punya 3 set kacamata; satu yang baru beli (gara-gara frame lama tiba-tiba patah), dua dari masa silam. Yang baru ini yang dipake sehari-hari buat ngantor, cadangan satunya buat kalau di rumah, terutama menemani aktivitas nonton tv sebelum tidur. Kalaupun sampai patah lagi relatif nggak bikin nyesel.

Uniknya, walaupun kacamata baru dibuat berdasarkan perhitungan yang diperbarui, ternyata dia bikin ketegangan berlebih buat otot mata gw dan mengakibatkan munculnya pusing rutin di belakang kepala... pusing yang awalnya kirain gara-gara penyakit, sampai akhirnya terdeteksi sedemikian gara-gara nggak sengaja lupa ganti kacamata waktu berangkat ke kantor. Hari itupun walhasil pusing rutin gw ilang tak berbekas! Akhirnya si kacamata cadangan inipun "naik kelas" menggantikan posisi kacamata baru. Resikonya memang penampilan jadi rada kurang keren sedikit, karena frame si kacamata cadangan ini sudah ngelupas sana-sini. Biar tetep rapi dan keren menghadapi klien, biasanya pas harus presentasi atau meeting aja kacamata barunya dipake; penglihatan lebih jelas, looks neat, dan karena cuma sebentar jadi nggak sampe bikin pusing.

Cadangan kedua (kacamata ketiga) masuk jajaran alternatif waktu ngubek-ngubek koper bawaan mudik dari Jakarta beberapa waktu lalu, ternyata nemu dua set kacamata terselip di saku nya koper. Yang satu, yang paling baru (sebelum yang beli di Denpasar), sayangnya sudah nggak tertolong lagi karena engselnya sudah sangat berkarat, plus karat dari frame nya membuat noda di lensa plastiknya dan nggak bisa dibersihkan. Payah ni frame, padahal beli di Ambas dulu keluar biaya lumayan mahal, ternyata materialnya busuk dan mudah berkarat! 

Adapun frame satunya yang paling tua diantara mereka, ternyata bisa diperbaiki walau ada sedikit cacat di lensa kacanya akibat terbentur. Tapi minimal sekarang berarti punya dua kacamata cadangan; lebih aman buat mata bolor seperti punya gw, karena dalam kondisi minus seperti sekarang, kalau liat dunia tanpa kacamat itu seperti cuma ngeliat "overview" dari dunia yang sebenarnya; referensi dalam garis besar, minus detail.

Kalau kacamata utama disimpen di kantor, kacamata cadangan #1 dipakai sehari-hari, maka kacamata cadangan #2 ini gw simpen di kompartemen bagasinya motor; kalau-kalau ada masalah dengan kacamata yang gw pakai, minimal bisa nyampe pulang ke rumah dengan selamat.

Berapa pasang kacamata yang anda punya saat ini, dan dipakai rutin? (bay)


Wednesday, September 22, 2010

Ngapain punya nama domain sendiri?

Apa perlunya punya Nama Domain sendiri? Ada buanyaksss alasan kenapa anda sebaiknya memiliki nama domain sendiri, jika anda berencana untuk memiliki bisnis yang sukses di internet.

Kalau nggak berniat buat bisnis tapi mau menawarkan jasa dan skill? Perlu juga! Kalau merencanakan untuk jadi pakar di suatu bidang biar bisa dipanggil seminar disana-sini? Apalagi!

Kalau bener-bener nggak niat nawarin apa-apa cuma pengen eksis dan menunjukkan identitas diri? Ya sama!

Berikut ini beberapa alasan utamanya:

01. Identitas!

Nama domain tersendiri akan memberikan anda/bisnis anda identitas yang jelas di internet. Hal ini penting jika anda memiliki kebutuhan untuk "hadir" dan dipercaya di dunia internet. Tidak hanya untuk bisnis, tapi untuk kebutuhan personal sekalipun. Blog anda memiliki pengunjung fanatik? Berpotensi diliput media massa? Beri blog anda identitas yang lebih konsisten dengan memiliki nama domain yang tersendiri.

Anda seorang multitalenta yang membutuhkan sentral informasi yang menginformasikan semua ketrampilan yang anda miliki? Jasa yang anda tawarkan? Buku yang anda tulis? Anda exist di beragam jejaring network, dan butuh tempat untuk mengkonsolidasikan profil anda? Nama domain tersendiri bisa menjadi sentral tujuan bagi para pencari informasi tersebut.

Kepemilikan nama domain juga membantu memproteksi identitas anda di dunia maya; jika anda sudah memiliki "cincaulaurau.com", maka andalah "The Cincau Laurau" yang akan dunia internet kenal, bukan "cincauhijau.com" atau "therealcincau.com" sekalipun.

02. Kemudahan

Nama domain tersendiri membuat orang lebih mudah untuk mengingat dan mencari anda. Misalnya, "www.bajamus.com" akan lebih mudah diingat dibanding "http://www.tokoonline.com/merchant/bajamusdomain/", dan "www.jiwamuda.org" akan lebih mudah diingat dibanding "http://www.facebook.com/pages/FansTeleTubbies/93481746128".

03. Profesionalisme

Akankah anda merespon baik pada penawaran barang/jasa dari bisnis dengan alamat email "batikgayasekali@mailservergratis.com", ataukah lebih percaya pada bisnis dengan alamat email semisal "sales@batiketnik.com"?

Akankah anda menganggap serius pelamar kerja dengan alamat "tompel_item@techjunkies.com", ataukah pelamar kerja dengan alamat misalnya "budi@budiman.com"?

Pemilikan nama domain yang tersendiri akan membantu meningkatkan persepsi profesional dan keseriusan dalam mewakili diri anda, karena anda terkesan telah melakukan usaha lebih dalam menjaga citra anda -- Terlihat bagus saat di-print di kartu nama anda juga.

04. Kredibilitas

Nama domain yang tersendiri juga membantu meningkatkan persepsi umum terhadap kredibilitas perusahaan anda, sebagai perusahaan yang memang serius mempersiapkan bisnisnya; bukan sekedar usaha iseng yang dibangun kemaren sore (walaupun sebenarnya iya)

05. Asset

Nama domain yang unik, bisa menjadi asset bernilai tinggi bagi orang/bisnis yang tepat. Sudah banyak kasus jutawan mendadak gara-gara memiliki nama domain cantik yang kemudian dibeli dengan harga tinggi oleh perusahaan multi-nasional. Walaupun kisah seperti ini sudah semakin jarang, namun status nama domain yang tersendiri sebagai suatu asset tetap berlaku, walaupun berbeda dalam penerapan. Hal ini terkait dengan SEO (Search Engine Optimization)

Walaupun penjelasannya agak rumit, tapi secara singkatnya bisa dibilang bahwa semakin tua umur suatu nama domain, semakin tinggi nilainya dalam mempengaruhi search engine results.

Dan jika anda mengurusi dengan baik nama domain yang anda miliki, maka pada saat ia memiliki pagerank yang tinggi maka ia akan mendatangkan keuntungan melalui program afiliasi iklan semisal Adwords dari Google.

Nama domain yang anda sudah miliki, juga bisa menjadi milik anda selamanya, asal anda terus perpanjang registrasinya tentu. Namun ini berarti dalam hal kepemilikan nama domain, jika anda membayangkan suatu nama yang ideal untuk bisnis/organisasi/personal branding, tapi nama domainnya keduluan dibeli oleh orang lain, maka kemungkinan anda tidak akan pernah bisa membeli nama tersebut, selamanya. Begitu juga sebaliknya.

06. Silaturahmi

Nama domain yang pasti, bisa juga berguna untuk membantu mempererat hubungan keluarga atau pertemanan, dengan memiliki nama domain khas untuk anda pakai bersama-sama, kesannya kompak begitu! Misalnya: suami@bayuamus.com, isteri@bayuamus.com, cikal@bayuamus.com, serta bungsu@bayuamus.com.

Atau unyil@sdsukamaju.org, ucrit@sdsukamaju.org dan cuplis@sdsukamaju.org

07. Meningkatkan kemungkinan anda muncul di Google search

Berdasarkan algoritma pencarian yang dipakai, Google akan menilai tinggi kesesuaian nama domain dengan kata yang dicari. Ini artinya www.belisnackonline.com relatif akan lebih mungkin muncul jika seseorang melakukan search dengan kata kunci "beli snack online".

08. Sarana branding

Baik untuk bisnis maupun untuk Personal branding, nama domain yang khusus adalah sarana branding yang ampuh! Nama ini akan melekat dengan anda/bisnis anda dan, mendorong orang untuk menggunakannya secara berkala.

Semoga cukup jelas dan membantu. Kalau ada pertanyaan silakan jangan segan-segan dicurahkan.

FAQ (Frequently Asked Questions)

Apakah nama domain itu mahal?

Cuma dengan biaya sekali - dua kali makan di mall maka anda bisa mulai memiliki nama domain anda sendiri, selama satu tahun!

Bagaimana cara memilikinya?

Daftarkan nama domain yang anda miliki melalui situs-situs registrasi nama domain. Jika pada masa lampau anda harus memiliki kartu kredit untuk bertransaksi internasional dengan registrar di luar negeri, maka kini anda bisa melakukan transaksi serupa cukup dengan transfer antar bank saja di Indonesia.

Hati-hati dengan reputasi registrarnya, karena tak jarang ada registrar nakal yang mendaftarkan nama domain yang dibeli di situsnya dengan menggunakan nama si penjual! Waspadalah! Jangan tergoda sekedar harga murah beda cuma sekian rupiah, tapi keamanan tidak terjamin.

Rajin-rajin memantau internet atau forum semisal Kaskus untuk mencari tahu reputasi si registrar, hati-hati, salah langkah bisa berakibat fatal.

Lah kalau saya nggak punya website lantas gimana dong?

Keberadaan website yang sesuai akan membantu eksistensi anda di dunia internet. Namun kalau merasa belum punya budget untuk minta dibuatkan website secara profesional, maka anda bisa menggunakan fasilitas pembuatan website gratis di internet dan mengarahkan nama domain baru anda kesana.

Kalaupun belum berniat untuk membuat website sama sekali, minimal nama domain anda bisa digunakan untuk alamat email yang unik dan personal.

Kalau malah sudah punya situs gratisan, misalnya toko online di multiply.com, atau blog di blogger.com gimana?

Manfaat dari segi profesionalisme, identitas, branding, dll. silakan baca ulang di paparan di atas. Sedangkan kalau masalah teknisnya, maka nama domain yang anda baru miliki ini bisa menjadi entry point yang baru dari situs yang anda sudah miliki.

Misalnya anda telah memiliki account "http://muzade.multiply.com". Dengan memiliki nama domain "muzade.com", maka teman-teman maupun konsumen anda bisa memilih untuk mendatangi situs anda dari alamat yang lama, atau alamat baru yang lebih singkat; dua-duanya akan mengarah ke situs yang sama! (Kecuali kalau anda memang menginginkan nama domain yang baru mengarah ke situs berbeda tentunya)

Trus beli nama domain sendiri bakalan langsung dapet email yang sama?

Jawabannya tergantung; ada registrar yang sudah menawarkan fasilitas email secara gratis, ada juga yang tidak, silakan cek dengan teliti fasilitas apa saja yang akan anda dapatkan dengan pembelian nama domain tersebut.

Kalaupun ternyata tidak difasilitasi, ada bisa mendapatkan fasilitas email ini dari tempat lain, sebagian dengan sistim berbayar, beberapa gratis.

Aduh saya nggak ngerti proses teknisnya dan ntar gimana ngurus segala sesuatunya?

Ada banyak panduan yang bisa anda pelajari di internet mengenai pemilihan nama domain, popularitas TLD, pengaturan DNS, setting A dan CNAME, serta setting MX record untuk e-mail. Panduan-panduan ini akan membantu anda belajar mengenai lika-liku pemilikan dan pengurusan nama domain ini. Sudah tentu akan perlu waktu dan usaha, tapi tidak terlalu rumit juga koq.


Adakah cara mudah buat beli domain ini?


Eng ing eng! Pertanyaan yang cerdas sekali! Kalau anda percaya sama saya maka saya bisa bantu pengurusan pemilikan nama domain. Kebetulan baru launching bisnis baru di http://domain.bajamus.com (atau http://bajamus.com juga sama) yang memang bergerak di bidang pendaftaran nama domain ini.

Loh jualan nama domain juga sekarang kang?

Berawal dari sakit hati kehilangan beberapa nama domain gara-gara beragam kendala (banyaknya kebodohan), dan pusing ngotak-ngatik setting nama domain biar sesuai kebutuhan, serta kebutuhan nama domain untuk keperlua pribadi yang makin meningkat, maka akhirnya kepikiranlah buat ngurus segala sesuatunya sendiri saja! Dan walhasil, dari belajar sendiri soal setting DNS dan lain-lain, tanya sana-sini, banyak berkeliling forum-forum internet untuk membuka wawasan, ditambah dengan pengalaman jungkir-balik modifikasi setting sendiri, maka sekarang saya sudah pede untuk berbagi pengalaman dan menawarkan bantuan bagi rekan-rekan yang butuh jasa pendaftaran nama domain.

Untuk lebih jelasnya silakan mampir kemari:
Bajamus Domain - http://domain.bajamus.com
Kalau anda mau melakukan sesuatu yang penting, dan sekiranya ada masalah atau butuh bantuan, anda akan merasa lebih tenang kalau orangnya anda percayai bukan? (ge-er mode: ON)

Sudah dapet free email? Fasilitasnya apa aja kang?

Beli nama domain di Bajamus sudah termasuk gratis email account! Kapasitasnya lumayan, 2 GB, ini bisa dipakai buat mailbox utama, atau sekedar di-forward ke account email anda yang kapasitasnya lebih besar; dua-duanya bisa.

Trus ada juga Unlimited Mail Forwards, DNS Management, Privacy Protect, Domain Forwarding, Domain Theft Protection, Bulk Tools, dan tentunya Easy to use Control Panel.

Deskripsi selengkapnya silakan baca-baca disini ya: http://domain.bajamus.com/content.php?action=free_services

Waduh tapi saya udah daftar nama domain di tempat lain kang!

Kalau servicenya memuaskan, maka jangan ditinggal! Tapi kalau memilih untuk ikutan bergabung di Bajamus Domain, siap-siap saja pas mendekati tanggal domain expiration buat transfer domain anda tersebut ke Bajamus Domain. Proses sudah pasti akan saya bantu.

Cukup jelaskah?

Btw, kalau sudah dibaca dari atas sampai bawah dan ternyata anda masih punya pertanyaan, silakan reply dimari, nggak usah segan.

Epilog

Statistik pengguna internet 2010

Dan sebagai penutup, sedikit fakta untuk membuat kepala anda sedikit pusing... 

Di era internet ini sebagian besar masyarakat sudah terhubung dengan dunia maya; baik itu dari henpun QWERTY tigaratus ribuan yang terhubung ke Facebook, koneksi internet via modem dari rumah, online disela kerja kantoran, hingga ke koneksi broadband yang bisa dipakai mendownload movie hanya dalam hitungan menit. Statistik menunjukkan bahwa pada tahun 2010 ini diperkirakan ada 825 juta pengguna internet di Asia saja, dan total ada 1,966,514,816 pengguna internet di dunia. Nyaris 2 milyar penduduk bumi, atau 40% dari penduduk dunia telah terhubung dengan internet!

Di Indonesia sendiri pada tahun 2010 ini diperkirakan ada sekitar 30,000,000 pengguna internet, dengan tingkat pertumbuhan mencapai 1,400% dalam 10 tahun terakhir!* Walaupun tingkat penetrasi internet kita baru sekitar 12,3% saja, bukan termasuk yang tercanggih di dunia, namun dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 240 jutaan, dan terus bertambah, internet merupakan suatu lahan baru yang berpotensi sangat tinggi.

Maka baik itu potensi bisnis, potensi pertemanan, atau potensi massal lainnya, sebenarnya bisa anda garap dari sekarang. Dimulai dengan memiliki nama domain tersendiri. (byms)

Wednesday, September 8, 2010

Friday, August 27, 2010

Menuliskan salam jangan disingkat jadi "Ass"

"Ass." is a poor abbrev for "Assalamualaikum" (peace be unto you), since "Ass." quickly reminds us of, well, an ass! "Salam" is much better. (byms)

Thursday, August 12, 2010

Zayan mendadak demam tinggi!

Selepas dari weekend yang seru, Zayan tiba-tiba sakit; panas tinggi sampai mengigau, pas bangun pun nggak mau lepas dari pelukan mamanya. Padahal pagi harinya masih asik berkeliaran di halaman dan ramai bermain dengan Gita, anak tetangga. Panas yang terukur hingga diatas 39 derajat ini tak urung membuat isteri khawatir. Akhirnya mereka berduapun berangkat ke RS Kasih Ibu Denpasar untuk memeriksakan Zayan, sementara saya baru menyusul pas jam makan siang.

Sampai di Rumah Sakit, kondisi Zayan terlihat memprihatinkan; anak yang biasanya lincah dan penuh kepenasaran ini kali ini tergolek lesu di pangkuan mamanya. Begitu melihat bapaknya datang, iapun kembali menangis tersedu dan minta digendong. Panas badannya langsung terasa, dan Zayan pun tidak henti menangis setelahnya. Dasar manja, mirip bapaknya.

Informasi dari dokter mengabarkan kalau mereka belum tahu penyebab dari sakitnya Zayan, soalnya ketika di-cek kondisi tenggorokan, tidak ada radang. Sedangkan untuk mengetahui apakah ini DBD, maka pemeriksaan darah baru bisa dilakukan tiga hari setelah pertama kali panas. Zayan pun akhirnya dipulangkan dengan hanya berbekal obat penurun panas (parasetamol), dan obat bantu pencernaan (untuk gangguan pencernaannya).

Sayangnya, tidak ada perkembangan berarti setelah kunjungan ke Rumah Sakit tersebut; panas Zayan masih tetap tinggi, dan obat hanya bantu menurunkan suhu sekitar 1 derajat saja. Besok harinya, setelah berkonsultasi dengan dokter anaknya, Zayan kembali dibawa ke Rumah Sakit Kasih Ibu Denpasar untuk pemeriksaan lebih lanjut. Kali ini ke dokter THT. Kondisi Zayan hari itu sebenarnya sudah lumayan membaik, buktinya waktu si bapak pertama kali nyampe parkiran pun, sudah ada teriakan khas Zayan "BAPAK YA?!?" dari balik pintu kamar. Tatapan matanya masih sayu, tapi sudah minta diajak maen di luar kamar, tanda perbaikan.

Di tempat prakter dokter pun, Zayan sudah mau lagi jalan dan berkeliaran di ruang tunggu, suhu badannya pun sudah menurun walau masih agak panas. Setelah menunggu beberapa lama, akhirnya giliran kamipun tiba dan Zayan diperiksa oleh dokter sambil dipangku mamanya. Dari hasil pemeriksaan lanjutan ini, ternyata tenggorokan Zayan yang bermasalah; meradang parah! Maka dari itu Zayan pun akhirnya diberi resep antibiotika (Cefat) dan decongestan. Selama diperiksa, Zayan yang memang dasarnya parno sama dokter mengalami masa yang cukup traumatik karena kepalanya dipegangin tidak boleh bergerak selama pemeriksaan, walhasil nangis rada heboh lah dia. Tapi tangisan heboh inipun lantas berhenti kala pemeriksaan selesai. Setelah itu kamipun menunggu resep di luar. 

Berhubung nama Zayan belum dipanggil kasir, isteri punya ide untuk sekalian memerintahkan si suami buat memeriksakan diri ke dokter THT tersebut, mungkin heran dengan kadar budek selektif suaminya -- terutama kalau menyangkut masalah pengen beli ini pengen beli itu. Dan diperiksalah si suami dengan dokter yang sama. Saat itu Zayan sudah berhenti menangis

Tidak berapa lama kemudian isteri menyusul masuk ruangan untuk mengingatkan untuk bertanya soal kebiasaan ngorok suami. Zayan yang tadinya sudah anteng kalem, melihat bapaknya duduk di kursi pemeriksaan dokter THT, mendadak memasang muka jebleh dan mulai menangis kembali! Disambut tawa sang bapak, ibu, dan dokter serta suster.

Sampai dibawa di luar ruangan, tangis Zayan masih terdengar sampai beberapa lama, memilukan tapi lucu.

Kembali ke rumah, Zayan pun langsung diberikan obat dari dokter, dan malamnya bisa tidur tenang. Alhamdulillah, paginya Zayan sudah terlihat normal seperti biasa, dan malah ikutan sahur bareng. Semoga lekas sembuh ya nak (bay)

Wednesday, August 4, 2010

Rp. vs KRp.

Kalau bener mau denominasi rupiah Rp. 1000 = Rp. 1, sekalian ganti mata uangnya jadi "KRp." (Kilo Rupiah); Tapi jangan dibaca "kerupuk" atau "korup" ya! (byms)

Tuesday, July 27, 2010

Tips Belanja Digital Camera

Sesuai rencana untuk upgrade perangkat kerja, awal semester II 2010 ini adalah waktunya untuk mengajukan budget pembelian digital camera! Hura!

Ini kesempatan yang menarik untuk riset di bidang perkameraan, sambil hitung-hitung latihan dan penjajagan sebelum nanti mikir-mikir juga saat waktunya beli kamera untuk keperluan pribadi.

Kriteria


Digicam ini rencananya akan digunakan untuk mendukung kegiatan Marketing dalam dokumentasi dan meliput acara, serta keperluan lainnya. Sebagai pertimbangan dasar, dipilihlah kriteria-kriteria sebagai berikut:
  • Quality (Q), alias kualitas dari hasil jepretannya. Tidak semata-mata terkait besar megapixel, tapi juga kualitas lensa, serta karakteristik dan kualitas sensor cahayanya. Untuk yang satu ini rada rumit buat ditelaah satu persatu, jadi langsung aja cari tau ke situs-situs review semisal dpreview.com, atau menyimak diskusi para fotografer di forum-forum komunitas fotografi
  • Versatility (V), alias keluwesan dalam melaksanakan aneka ragam tugas pemotretan; mulai dari bikin pas foto, dokumentasi acara, event, sampe ke stock photography, makin multi-fungsi maka makin luwes
  • Ease of Use (EOU), alias kemudahan pengoperasian; seberapa mudahnya kamera digunakan. Sebagai patokan, rata-rata pocket digicam mudah digunakan karena pemakai tanpa mengetahui seluk-beluk fotografi pun sudah bisa mengambil gambar yang lumayan. Sedangkan rata-rata DSLR walaupun bisa menghasilkan kualitas gambar yang sangat baik, pengoperasiannya butuh pembelajaran dan usaha lebih
  • Longevity (L), alias usia pemakaian. Ikut diperhatikan dalam hal ini adalah kemajuan perkembangan teknologi; apakah si kamera akan masih aktual teknologinya dalam beberapa waktu ke depan?
  • Serviceability (S), alias kemudahan perawatan. Terutama dalam lingkup after sales service; apakah kalau suatu saat kamera bermasalah maka masih bisa diperbaiki?
Berhubung mayoritas penggunaan adalah untuk liputan dan dokumentasi acara dalam ruangan yang berukuran relatif kecil (meeting rooms), maka kemampuan ISO tinggi dan lensa yang wide juga sangat diperlukan; kemudian sebagai pendukung, maka diperlukan juga adanya flash light beserta tripod, untuk digunakan kala situasi tidak memungkinkan untuk pengambilan gambar dengan ISO tinggi semata. Terkait adanya juga kebutuhan untuk pengambilan stock photography, maka idealnya kamera yang dibeli juga memiliki kemampuan zoom yang lumayan.

Kandidat


Karena belum "hapal" mengenai gaya belanja di kantor sini; berapa batas budgetnya, price over quality concerns, dll., maka disusunlah pilihan-pilihan kamera ini secara berjenjang, sesuai fitur dan harga. Berikut ini daftar kandidat produk setelah proses review dan seleksi awal (harga tercantum adalah standar harga pada Juli 2010):


(Click disini untuk memperbesar gambar)

Pilihan merk lantas ditetapkan Canon, karena dari hasil komparasi pemakaian antara Nikon nya si adik dengan Canon nya si mbot, maka walaupun Nikon memiliki banyak sekali tombol shortcut untuk advanced use, user interface nya Canon relatif lebih intuitif sehingga mudah dipahami. Komunitas fotografer di kantor juga kebanyakan pake merk yang satu ini dan rata-rata cukup puas dengan kinerja kamera maupun layanan purna jualnya.

Setelah melalui review dari atasan, maka diputuskanlah untuk mengajukan budget pembelian kamera jenis DSLR kepada boss besar; dengan demikian maka tahap berikutnya adalah menyusun proposal; studi perlengkapan dan vendor untuk pengadaan kamera Canon EOS 550D.

Pemilihan Vendor


Berhubung posisi kantor di Bali, maka proses pemilihan vendor ini menjadi kendala tersendiri, terutama karena pilihan vendor di Denpasar yang terbatas, dan adanya selisih harga yang biasanya lumayan dengan harga-harga di Jakarta.

Setelah berkonsultasi dengan rekan-rekan dari club fotografinya kantor, dan disarankannya untuk memesan ke Jakarta saja, maka perburuan online pun dimulai. Dari sekian banyak pilihan, ternyata hanya segelintir nama saja yang disarankan oleh para fotografer, baik internal kantor maupun di forum-forum internet. Mereka adalah: JPC Kemang, Tokocamzone, Oktagon, dan Focus Nusantara. Berikut ini ulasan singkat karakter dan kinerja dari masing-masing vendor berdasar komunikasi via e-mail:

Oktagon (JKT):
  • Paling cepat menjawab dan jawabannya cukup komplit, tapi biaya pengiriman tidak tercantum
  • Harga kamera bersaing, bahkan harga flash light dan tripod paling murah dibanding JPC dan Tokocamzone
  • Informasi pemesanan dan delivery jelas
  • Sayangnya, e-mail mereka di-filter mail server kantor sebagai junk mail, jadi baru dua mingguan setelah mereka kirim, saya baru tersadar kalau mereka sudah membalas! Barangkali karena alamat email yang mereka gunakan? Entahlah, tapi ini masalah yang cukup serius di pihak Oktagon, karena e-mail dari vendor lainnya sampai dengan selamat
  • Website: http://www.oktagon.co.id/

Tokocamzone (JKT):

  • Nomor tiga menjawab, dengan informasi singkat mengenai harga barang yang ditanyakan saja, namun tanpa informasi biaya pengiriman
  • Harga flash light dan tripod sedikit lebih mahal dibandingkan dua toko lainnya
  • Harga kamera paling murah, sayangnya waktu kemudian ditanyakan mengenai garansi, mereka hanya menyediakan garansi toko
  • Website: http://tokocamzone.com/

JPC Kemang (JKT):

  • Nomor dua menjawab, tapi jawabannya hanya mengabari bahwa stock sedang kosong dan nanti kalau sudah ada stock baru akan mengabari
  • Setelah diinformasikan bahwa saya perlu rincian harga dulu untuk mengajukan budget ke kantor, barulah mereka me-response dengan rincian harga, tapi itupun tetap tanpa informasi biaya pengiriman
  • Sales representativenya responsif dan cukup komunikatif
  • Selain dari ketiga barang yang dibutuhkan, Sales berinisiatif menawarkan juga perangkat fotografi lainnya yang dianggap standar kebutuhan; memory card, filter, lens hood, dry box, tas, spare battery, rechargable batteries buat flash light, dan cleaning kit. Smart move! Berhubung yang diinformasikannya betul, dan sayanya merasa terbantu, maka jadinya komponen-komponen tambahan tersebut  turut disertakan juga kedalam pengajuan budget ke kantor
  • Garansi resmi DS
  • Sayangnya, walaupun pembelian untuk satu paket, ternyata harga sudah tidak bisa ditawar lagi sama sekali, karena sudah harga special katanya
  • Tapi yang kemudian jadi deal-breaker adalah, ternyata mereka salah kutip harga untuk beberapa item, dan tidak bisa "mengunci" spec, ataupun menjanjikan harga bisa bertahan untuk lebih dari satu hari! Hal yang fatal untuk sistem pengadaan barang perusahaan! Akibat hal ini, maka sewaktu konfirmasi ulang pesanan jadinya giliran saya yang pusing karena harus mengubah pengajuan, padahal penawaran mereka sudah sampai ke boss besar dan di-approve! Bahkan perusahaan sudah membuatkan PO dalam artian tinggal bayar maka deal closed!
  • Terkait tidak bisa mengunci spec, ternyata ada beberapa komponen juga yang sedang kosong, dan jadinya mereka tawarkan alternatifnya. Jadinya saya yang kelimpungan dobel karena ada perbedaan harga dan juga spec; dua hal yang menyebabkan PO harus dibatalkan dan jadinya proses ulang dari awal lagi. Dan mengingat ketidak mampuan mengunci spec ini, apa jaminannya kalau PO saya proses ulang maka masalah serupa tidak akan terjadi lagi? Parno mode: On
  • Website: http://jpckemang.com/

Focus Nusantara (JKT):
  • Ini "Kuda Hitam" dari proses pengadaan ini, karena saya baru tau mengenai vendor yang satu ini belakangan, pas semua options sudah dijajagi dan tidak ada yang memuaskan; baru di-approach setelah hampir jadi beli dari JPC dan batal gara-gara alasan yang dicantumkan sebelumnya
  • Response agak lama. Hari ke-dua saya hubungi via telepon barulah ada follow up. Menurut Sales rep yang tersambung, penawaran dipegang oleh satu orang dan saat itu sedang banyak pesanan. Good news anyway, berarti banyak yang percaya ya?
  • Harga paling murah! Dan karena sedang ada program promo gratis tripod dan memory card maka biaya bisa dipangkas cukup lumayan; karena walaupun terjadi down spec untuk kedua item tersebut, namun hal ini tidak menimbulkan masalah. Bahkan jadinya dengan tambahan satu filter kelas Pro-1, dan upgrade filter satunya lagi dari High Quality ke Pro-1 juga, harga total hanya beda tipis dengan proposal awal pengajuan ke boss besar!
  • Sebenarnya sempat ada kasus salah kutip harga juga, tapi berhubung sayanya saat itu sudah lumayan hapal harga pasar, jadi bisa langsung saya konfirmasikan dan dikoreksi
  • Dan sewaktu ditelepon langsung untuk konfirmasi harga, garansi dan lain-lain inilah, mereka malah memberikan diskon tambahan dari harga yang sebelumnya ditawarkan! 
  • Garansi resmi DS
  • Harga dan spec bisa mereka "kunci" untuk dua hari, bahkan dengan barang yang tidak ready stock sekalipun
  • Sales rep nya komunikatif, dan berinisiatif untuk menelepon ke kantor kami di Bali
  • Website: http://www.focusnusantara.com/
Sebagai tambahan, ada juga vendor lokal yang kemudian dijajagi, sebagai alternatif barangkali saja ada pilihan yang sebanding. Ini hasilnya:

Sinar Photo (DPS):
  • Response cepat
  • Tanpa diminta, penawaran bahkan menyertakan juga foto barang yang dimaksud, informatif
  • Contact personnya bersahabat, dan dengan senang hati menerangkan segala sesuatunya, termasuk menyarankan untuk mengganti beberapa item dari permintaan yang menurutnya dari kualitas kurang oke
  • Untuk harga masih kalah murah dibanding beli dari Jakarta plus ongkos kirim, tapi sebenarnya tidak terlalu besar juga dengan kemudahan bahwa tokonya lokal
  • Sayangnya untuk beberapa barang juga mereka tidak punya stock, jadinya ada beberapa komponen kurang crucial yang ditawarkan alternatifnya, dengan harga yang jadi ter-blow up rada lumayan
  • Website: http://www.sinarphoto.com/
Adapun beberapa toko lainnya yang sempat didatangi, rata-rata tidak memiliki stock dan tidak berani menjamin kapan barang akan ada.

Sebagai kesimpulan, dari ke-lima vendor ini, maka kelihatannya Focus Nusantara lah yang paling siap untuk menerima order dari perusahaan. Kenapa order dari perusahaan itu berbeda? Karena kalau pembelian personal maka yang dicari biasanya yang paling murah dan pembelian bisa dilakukan saat itu juga, maka secara umum order perusahaan itu agak berbeda dalam hal antara lain:
  • Perlu penawaran resmi yang mendetail, dan fixed
  • Pemrosesan pengajuan pembelian butuh waktu, jadi sebisa mungkin ada jaminan harga tetap untuk waktu secukupnya 
  • Jika pengajuan pembelian telah disetujui perusahaan, kecil kemungkinan spesifikasi barang boleh berubah, apalagi perubahan harga!
  • Harga tentunya jadi pertimbangan, tapi kualitas after sales service biasanya lebih dipentingkan
  • Termasuk jenis garansi jadi pertimbangan penting, dibanding penghematan biaya dari memilih barang jenis BM (Black Market) misalnya
  • Kadang garansi Internasional menjadi pilihan, jika rencananya kamera akan sering dibawa bepergian ke luar negeri dimana garansi distributor nasional bisa jadi tidak berlaku
  • Ketersediaan barang kadang boleh mundur (indent)
  • Kadangkala, tergantung kebijakan masing-masing perusahaan, pembayarannya juga mundur

Catatan Akhir


Akhir kata, ulasan maupun kesimpulan yang diuraikan di tulisan ini bukanlah harga mati atau jaminan pasti; bahwa kalau saya mendapat pengalaman kurang berkesan dari salahsatu vendor tersebut maka otomatis anda pun akan mendapat pengalaman yang serupa (ataupun sebaliknya). Tulisan ini hanyalah untuk berbagi sebuah pengalaman tunggal, mengenai suatu proses pengadaan yang pada praktiknya membutuhkan waktu hingga dua mingguan riset ke aneka forum internet dan survey ke beragam vendor (disela-sela kerjaan utama), jadi kelihatannya sayang banget kalau sekedar disimpan di dalam kepala saja, dan barangkali akan berguna juga bagi anda manakala harus melakukan proses yang serupa.

Ke-lima vendor yang dibahas disini, semuanya memiliki reputasi yang cukup tinggi diantara para fotografer Indonesia, dan para ownernya pun rata-rata memiliki hubungan serta kerja sama yang baik dengan beragam komunitas fotografi. Banyak yang juga menjadi penyelenggara dari beragam workshop yang berguna bagi para fotografer Indonesia; semuanya bagus. Semoga saja ulasan khususnya mengenai kinerja masing-masing vendor dalam tulisan ini bisa membantu peningkatan kualitas service di masa-masa mendatang.

Satu hal yang pasti dalam urusan pembelian, apalagi untuk perangkat yang harganya cukup mahal, jangan gentar untuk going into the tiny details dan rada "sadis" dalam membandingkan penawaran antara satu vendor dengan lainnya. Berikan waktu yang cukup untuk mempertimbangkan segala sesuatunya, karena tidak ada dua penawaran yang betul-betul sama, masing-masing selalu memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda. Carilah yang menurut anda paling pas dengan kebutuhan, budget, dan selera anda.

Ada yang punya pengalaman serupa berhubungan pemilihan kamera, atau dengan vendor-vendor digital camera di Indonesia? Silakan dikomentari. (bay)

Image Canon EOS 550D dari situs http://www.dpexpert.com.au

Tips Belanja Digital Camera

Sesuai rencana untuk upgrade perangkat kerja, awal semester II 2010 ini adalah waktunya untuk mengajukan budget pembelian digital camera! Hura!

Ini kesempatan yang menarik untuk riset di bidang perkameraan, sambil hitung-hitung latihan dan penjajagan sebelum nanti mikir-mikir juga saat waktunya beli kamera untuk keperluan pribadi.

Kriteria


Digicam ini rencananya akan digunakan untuk mendukung kegiatan Marketing dalam dokumentasi dan meliput acara, serta keperluan lainnya. Sebagai pertimbangan dasar, dipilihlah kriteria-kriteria sebagai berikut:
  • Quality (Q), alias kualitas dari hasil jepretannya. Tidak semata-mata terkait besar megapixel, tapi juga kualitas lensa, serta karakteristik dan kualitas sensor cahayanya. Untuk yang satu ini rada rumit buat ditelaah satu persatu, jadi langsung aja cari tau ke situs-situs review semisal dpreview.com, atau menyimak diskusi para fotografer di forum-forum komunitas fotografi
  • Versatility (V), alias keluwesan dalam melaksanakan aneka ragam tugas pemotretan; mulai dari bikin pas foto, dokumentasi acara, event, sampe ke stock photography, makin multi-fungsi maka makin luwes
  • Ease of Use (EOU), alias kemudahan pengoperasian; seberapa mudahnya kamera digunakan. Sebagai patokan, rata-rata pocket digicam mudah digunakan karena pemakai tanpa mengetahui seluk-beluk fotografi pun sudah bisa mengambil gambar yang lumayan. Sedangkan rata-rata DSLR walaupun bisa menghasilkan kualitas gambar yang sangat baik, pengoperasiannya butuh pembelajaran dan usaha lebih
  • Longevity (L), alias usia pemakaian. Ikut diperhatikan dalam hal ini adalah kemajuan perkembangan teknologi; apakah si kamera akan masih aktual teknologinya dalam beberapa waktu ke depan?
  • Serviceability (S), alias kemudahan perawatan. Terutama dalam lingkup after sales service; apakah kalau suatu saat kamera bermasalah maka masih bisa diperbaiki?
Berhubung mayoritas penggunaan adalah untuk liputan dan dokumentasi acara dalam ruangan yang berukuran relatif kecil (meeting rooms), maka kemampuan ISO tinggi dan lensa yang wide juga sangat diperlukan; kemudian sebagai pendukung, maka diperlukan juga adanya flash light beserta tripod, untuk digunakan kala situasi tidak memungkinkan untuk pengambilan gambar dengan ISO tinggi semata. Terkait adanya juga kebutuhan untuk pengambilan stock photography, maka idealnya kamera yang dibeli juga memiliki kemampuan zoom yang lumayan.

Kandidat


Karena belum "hapal" mengenai gaya belanja di kantor sini; berapa batas budgetnya, price over quality concerns, dll., maka disusunlah pilihan-pilihan kamera ini secara berjenjang, sesuai fitur dan harga. Berikut ini daftar kandidat produk setelah proses review dan seleksi awal (harga tercantum adalah standar harga pada Juli 2010):

(Click disini untuk memperbesar gambar)

Pilihan merk lantas ditetapkan Canon, karena dari hasil komparasi pemakaian antara Nikon nya si adik dengan Canon nya si mbot, maka walaupun Nikon memiliki banyak sekali tombol shortcut untuk advanced use, user interface nya Canon relatif lebih intuitif sehingga mudah dipahami. Komunitas fotografer di kantor juga kebanyakan pake merk yang satu ini dan rata-rata cukup puas dengan kinerja kamera maupun layanan purna jualnya.

Setelah melalui review dari atasan, maka diputuskanlah untuk mengajukan budget pembelian kamera jenis DSLR kepada boss besar; dengan demikian maka tahap berikutnya adalah menyusun proposal; studi perlengkapan dan vendor untuk pengadaan kamera Canon EOS 550D.

Pemilihan Vendor


Berhubung posisi kantor di Bali, maka proses pemilihan vendor ini menjadi kendala tersendiri, terutama karena pilihan vendor di Denpasar yang terbatas, dan adanya selisih harga yang biasanya lumayan dengan harga-harga di Jakarta.

Setelah berkonsultasi dengan rekan-rekan dari club fotografinya kantor, dan disarankannya untuk memesan ke Jakarta saja, maka perburuan online pun dimulai. Dari sekian banyak pilihan, ternyata hanya segelintir nama saja yang disarankan oleh para fotografer, baik internal kantor maupun di forum-forum internet. Mereka adalah: JPC Kemang, Tokocamzone, Oktagon, dan Focus Nusantara. Berikut ini ulasan singkat karakter dan kinerja dari masing-masing vendor berdasar komunikasi via e-mail:

Oktagon (JKT):
  • Paling cepat menjawab dan jawabannya cukup komplit, tapi biaya pengiriman tidak tercantum
  • Harga kamera bersaing, bahkan harga flash light dan tripod paling murah dibanding JPC dan Tokocamzone
  • Informasi pemesanan dan delivery jelas
  • Sayangnya, e-mail mereka di-filter mail server kantor sebagai junk mail, jadi baru dua mingguan setelah mereka kirim, saya baru tersadar kalau mereka sudah membalas! Barangkali karena alamat email yang mereka gunakan? Entahlah, tapi ini masalah yang cukup serius di pihak Oktagon, karena e-mail dari vendor lainnya sampai dengan selamat
  • Website: http://www.oktagon.co.id/

Tokocamzone (JKT):
  • Nomor tiga menjawab, dengan informasi singkat mengenai harga barang yang ditanyakan saja, namun tanpa informasi biaya pengiriman
  • Harga flash light dan tripod sedikit lebih mahal dibandingkan dua toko lainnya
  • Harga kamera paling murah, sayangnya waktu kemudian ditanyakan mengenai garansi, mereka hanya menyediakan garansi toko
  • Website: http://tokocamzone.com/

JPC Kemang (JKT):
  • Nomor dua menjawab, tapi jawabannya hanya mengabari bahwa stock sedang kosong dan nanti kalau sudah ada stock baru akan mengabari
  • Setelah diinformasikan bahwa saya perlu rincian harga dulu untuk mengajukan budget ke kantor, barulah mereka me-response dengan rincian harga, tapi itupun tetap tanpa informasi biaya pengiriman
  • Sales representativenya responsif dan cukup komunikatif
  • Selain dari ketiga barang yang dibutuhkan, Sales berinisiatif menawarkan juga perangkat fotografi lainnya yang dianggap standar kebutuhan; memory card, filter, lens hood, dry box, tas, spare battery, rechargable batteries buat flash light, dan cleaning kit. Smart move! Berhubung yang diinformasikannya betul, dan sayanya merasa terbantu, maka jadinya komponen-komponen tambahan tersebut  turut disertakan juga kedalam pengajuan budget ke kantor
  • Garansi resmi DS
  • Sayangnya, walaupun pembelian untuk satu paket, ternyata harga sudah tidak bisa ditawar lagi sama sekali, karena sudah harga special katanya
  • Tapi yang kemudian jadi deal-breaker adalah, ternyata mereka salah kutip harga untuk beberapa item, dan tidak bisa "mengunci" spec, ataupun menjanjikan harga bisa bertahan untuk lebih dari satu hari! Hal yang fatal untuk sistem pengadaan barang perusahaan! Akibat hal ini, maka sewaktu konfirmasi ulang pesanan jadinya giliran saya yang pusing karena harus mengubah pengajuan, padahal penawaran mereka sudah sampai ke boss besar dan di-approve! Bahkan perusahaan sudah membuatkan PO dalam artian tinggal bayar maka deal closed!
  • Terkait tidak bisa mengunci spec, ternyata ada beberapa komponen juga yang sedang kosong, dan jadinya mereka tawarkan alternatifnya. Jadinya saya yang kelimpungan dobel karena ada perbedaan harga dan juga spec; dua hal yang menyebabkan PO harus dibatalkan dan jadinya proses ulang dari awal lagi. Dan mengingat ketidak mampuan mengunci spec ini, apa jaminannya kalau PO saya proses ulang maka masalah serupa tidak akan terjadi lagi? Parno mode: On
  • Website: http://jpckemang.com/

Focus Nusantara (JKT):
  • Ini "Kuda Hitam" dari proses pengadaan ini, karena saya baru tau mengenai vendor yang satu ini belakangan, pas semua options sudah dijajagi dan tidak ada yang memuaskan; baru di-approach setelah hampir jadi beli dari JPC dan batal gara-gara alasan yang dicantumkan sebelumnya
  • Response agak lama. Hari ke-dua saya hubungi via telepon barulah ada follow up. Menurut Sales rep yang tersambung, penawaran dipegang oleh satu orang dan saat itu sedang banyak pesanan. Good news anyway, berarti banyak yang percaya ya?
  • Harga paling murah! Dan karena sedang ada program promo gratis tripod dan memory card maka biaya bisa dipangkas cukup lumayan; karena walaupun terjadi down spec untuk kedua item tersebut, namun hal ini tidak menimbulkan masalah. Bahkan jadinya dengan tambahan satu filter kelas Pro-1, dan upgrade filter satunya lagi dari High Quality ke Pro-1 juga, harga total hanya beda tipis dengan proposal awal pengajuan ke boss besar!
  • Sebenarnya sempat ada kasus salah kutip harga juga, tapi berhubung sayanya saat itu sudah lumayan hapal harga pasar, jadi bisa langsung saya konfirmasikan dan dikoreksi
  • Dan sewaktu ditelepon langsung untuk konfirmasi harga, garansi dan lain-lain inilah, mereka malah memberikan diskon tambahan dari harga yang sebelumnya ditawarkan! 
  • Garansi resmi DS
  • Harga dan spec bisa mereka "kunci" untuk dua hari, bahkan dengan barang yang tidak ready stock sekalipun
  • Sales rep nya komunikatif, dan berinisiatif untuk menelepon ke kantor kami di Bali
  • Website: http://www.focusnusantara.com/
Sebagai tambahan, ada juga vendor lokal yang kemudian dijajagi, sebagai alternatif barangkali saja ada pilihan yang sebanding. Ini hasilnya:

Sinar Photo (DPS):
  • Response cepat
  • Tanpa diminta, penawaran bahkan menyertakan juga foto barang yang dimaksud, informatif
  • Contact personnya bersahabat, dan dengan senang hati menerangkan segala sesuatunya, termasuk menyarankan untuk mengganti beberapa item dari permintaan yang menurutnya dari kualitas kurang oke
  • Untuk harga masih kalah murah dibanding beli dari Jakarta plus ongkos kirim, tapi sebenarnya tidak terlalu besar juga dengan kemudahan bahwa tokonya lokal
  • Sayangnya untuk beberapa barang juga mereka tidak punya stock, jadinya ada beberapa komponen kurang crucial yang ditawarkan alternatifnya, dengan harga yang jadi ter-blow up rada lumayan
  • Website: http://www.sinarphoto.com/
Adapun beberapa toko lainnya yang sempat didatangi, rata-rata tidak memiliki stock dan tidak berani menjamin kapan barang akan ada.

Sebagai kesimpulan, dari ke-lima vendor ini, maka kelihatannya Focus Nusantara lah yang paling siap untuk menerima order dari perusahaan. Kenapa order dari perusahaan itu berbeda? Karena kalau pembelian personal maka yang dicari biasanya yang paling murah dan pembelian bisa dilakukan saat itu juga, maka secara umum order perusahaan itu agak berbeda dalam hal antara lain:
  • Perlu penawaran resmi yang mendetail, dan fixed
  • Pemrosesan pengajuan pembelian butuh waktu, jadi sebisa mungkin ada jaminan harga tetap untuk waktu secukupnya 
  • Jika pengajuan pembelian telah disetujui perusahaan, kecil kemungkinan spesifikasi barang boleh berubah, apalagi perubahan harga!
  • Harga tentunya jadi pertimbangan, tapi kualitas after sales service biasanya lebih dipentingkan
  • Termasuk jenis garansi jadi pertimbangan penting, dibanding penghematan biaya dari memilih barang jenis BM (Black Market) misalnya
  • Kadang garansi Internasional menjadi pilihan, jika rencananya kamera akan sering dibawa bepergian ke luar negeri dimana garansi distributor nasional bisa jadi tidak berlaku
  • Ketersediaan barang kadang boleh mundur (indent)
  • Kadangkala, tergantung kebijakan masing-masing perusahaan, pembayarannya juga mundur

Catatan Akhir


Akhir kata, ulasan maupun kesimpulan yang diuraikan di tulisan ini bukanlah harga mati atau jaminan pasti; bahwa kalau saya mendapat pengalaman kurang berkesan dari salahsatu vendor tersebut maka otomatis anda pun akan mendapat pengalaman yang serupa (ataupun sebaliknya). Tulisan ini hanyalah untuk berbagi sebuah pengalaman tunggal, mengenai suatu proses pengadaan yang pada praktiknya membutuhkan waktu hingga dua mingguan riset ke aneka forum internet dan survey ke beragam vendor (disela-sela kerjaan utama), jadi kelihatannya sayang banget kalau sekedar disimpan di dalam kepala saja, dan barangkali akan berguna juga bagi anda manakala harus melakukan proses yang serupa.

Ke-lima vendor yang dibahas disini, semuanya memiliki reputasi yang cukup tinggi diantara para fotografer Indonesia, dan para ownernya pun rata-rata memiliki hubungan serta kerja sama yang baik dengan beragam komunitas fotografi. Banyak yang juga menjadi penyelenggara dari beragam workshop yang berguna bagi para fotografer Indonesia; semuanya bagus. Semoga saja ulasan khususnya mengenai kinerja masing-masing vendor dalam tulisan ini bisa membantu peningkatan kualitas service di masa-masa mendatang.

Satu hal yang pasti dalam urusan pembelian, apalagi untuk perangkat yang harganya cukup mahal, jangan gentar untuk going into the tiny details dan rada "sadis" dalam membandingkan penawaran antara satu vendor dengan lainnya. Berikan waktu yang cukup untuk mempertimbangkan segala sesuatunya, karena tidak ada dua penawaran yang betul-betul sama, masing-masing selalu memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda. Carilah yang menurut anda paling pas dengan kebutuhan, budget, dan selera anda.

Ada yang punya pengalaman serupa berhubungan pemilihan kamera, atau dengan vendor-vendor digital camera di Indonesia? Silakan dikomentari. (bay)

Image Canon EOS 550D dari situs http://www.dpexpert.com.au

Monday, July 19, 2010

Kemampuan Extra Sensory Perception (ESP) - Perlukah Dipelajari?

Tadi pagi nggak sengaja liat salahsatu acara di AXN Beyond, mengenai kontes paranormal di AS sana. Jadi sistemnya pake eliminasi mirip idol-idolan; tiap episode merupakan pembabakan mulai dari penyisihan, semi final, dan final. Untuk masing-masing episode terdapat tantangan yang berbeda-beda; mulai dari mencari seorang anak yang bersembunyi di padang yang luas, menebak dari lima ruangan, ruangan mana yang nggak ada orangnya, dan merasakan koneksi antara kedua orang.

Dari empat psychic yang jadi kontestan, ternyata masing-masing punya "tools" yang berbeda-beda dalam menjawab tantangan, tapi masing-masing memang punya bidang tertentu yang mereka paling kuasai.

Misalnya ada satu peserta wanita yang mengandalkan intuisi dan visualizing; mencari informasi berdasarkan perenungan (mirip dukun menunggu wangsit turun), dan dia bisa menebak dengan tepat ruangan mana yang kosong berdasar penglihatan yang ia terima waktu meditasi sebelum tes dimulai. Ia juga bisa membaca dengan cukup baik koneksi antara kedua orang yang dijadikan obyek pembacaan, melalui perenungan dan menunggu informasi datang kepada dirinya.

Ada juga peserta lain yang mengandalkan kemampuannya membaca karakter seseorang dari sentuhan; yang mana kurang berhasil diaplikasikan pada saat tes ruangan kosong, karena ia kurang bisa menangkap baik feeling dari para subyek yang ditempatkan di ruangan-ruangan tersebut. Ia berhasil menebak satu ruangan memiliki isi, dari perasaan "joyful" yang dimiliki orang di dalam ruangan tersebut (yang memang diatur moodnya supaya gembira dengan mendengarkan musik-musik yang riang melalui ear phone). Namun ia salah menebak ruang mana yang kosong; adapun ruangan yang kemudian ia pilih, ternyata berisi seseorang -- yang memang mengatur emosinya supaya "kosong" dengan cara bermeditasi!

Ada juga satu peserta lainnya yang gagal menangkap impresi yang kuat dari masing-masing ruangan, dan akhirnya ia mencoba melakukan teknik "remote viewing" dengan membayangkan dirinya melayang diatas kelima buah ruangan tersebut dan menerawang isinya (ruangan2nya memang tanpa atap); ia sempat menangkap kesan kosong yang mirip antara ruangan 1 (jawaban benar) dan ruangan 4. Namun karena tidak yakin dengan teknik yang baru kali itu ia pakai tersebut, maka ia memilih jawaban bukan dua-duanya, padahal nyaris benar.

Beberapa hal yang menarik dari pertunjukan tersebut:
  1. ESP ada dalam beragam bentuk, dan ada beragam cara maupun pendekatan untuk memecahkan masalah yang sama
  2. Rata-rata cenayang (psychic) merasa memiliki kemampuan ESPnya secara alamiah karena bakat, bukan pembelajaran
  3. Bahkan yang mengaku cenayang terlatih sekalipun, tidak selalu bisa membaca informasi yang mereka terima dengan akurat, atau menggambarkan dengan baik situasi yang terjadi sebenarnya
Terkait butir nomor 1, pada manusia kebanyakan maka ESP ini bisa jadi muncul dalam bentuk firasat, ilham, atau suatu dorongan yang kuat untuk melakukan suatu hal atau memilih suatu pilihan; sebagian kita mengenalnya sebagai "insting", sebagian lagi sebagai "feeling", tapi yang pasti sebagian besar mereka tidak bisa menjelaskan kenapa-kenapanya tapi merasa pilihannya sudah tepat. Pernah merasa demikian dan terbukti keputusan anda benar? Saya yakin anda pernah mengalaminya, setidaknya sekali - dua kali sepanjang hidup anda.

Terkait butir nomor 2, melihat karakteristik manusia kebanyakan yang tidak sama satu dengan lainnya; ada yang mancung, ada yang pesek -- dan walaupun mungkin bisa diakali dengan operasi plastik tapi secara genetik tidak ada perubahan -- maka kemungkinan besar kemampuan ESP seseorang juga sangat terkait dengan kualitas dari "sesuatu" dalam dirinya tersebut. "Sesuatu" yang masih misterius dan gampangnya diistilahkan sebagai "indera ke-enam" oleh masyarakat umum. Pada mereka yang memiliki kemampuan ESP yang kuat, maka dianggap ia memiliki indera ke-enam tersebut. Padahal kalau mengacu pada butir nomor 1, berarti setiap orang sebenarnya memiliki indera ke-enam ini, hanya kualitasnya berbeda-beda satu sama lain.

Terkait butir nomor 3, ada indikasi kuat bahwa informasi di dunia ESP ini bentuknya masih sangat abstrak dan belum terpetakan maupun tersimulasikan. Ini mirip seperti kisah ketika seorang raja di masa lampau membawa tiga orang ahli pikirnya ke dalam suatu ruangan gelap pekat dan dari posisi yang ditentukan diminta mengambarkan seperti apakah hewan asing yang ada di dalamnya itu; ahli pertama bilang, bentuknya seperti pohon kelapa; bulat menjulang tinggi, ahli kedua bilang bentuknya seperti ular, meliuk dan elastis, sedangkan ahli ketiga bilang, mahluknya tipis seperti daun! Padahal mereka semuanya menggambarkan gajah yang sama, hanya karena gajah bukanlah hewan yang mereka ketahui maka informasinya jadi simpang siur.

Jika gambar bisa diproduksi salinannya dengan cukup akurat, suara juga, bau, rasa, dan bahkan tekstur juga bisa direplikasi dengan cukup tepat, maka tidak demikian halnya dengan feeling atau perasaan. Kita rasanya sudah mengenal baik perasaan-perasaan semacam gembira, sedih, marah, takut dan lainnya terkait perasaan; karena masing-masing memiliki ciri yang khas. Namun demikian tak jarang juga kita salah mengartikan atau salah "membaca" perasaan orang lain karena satu dan lain hal, atau bingung membaca perasaan sendiri.... misalnya, "gue sebenernya cinta nggak ya sama dia?", atau "what is this feeling that I have?", yang menunjukkan bahwa sebenarnya kita sendiri terkadang tidak mampu membaca dengan baik suatu informasi, jika informasi tersebut bukan sesuatu yang biasa kita hadapi.

Jika dengan perasaan diri sendiri saja terkadang kita masih merasa asing, maka bagaimana misalnya dengan bentuk informasi eksternal yang lebih kompleks? Informasi mengenai lokasi seseorang / suatu barang yang hilang misalnya? (yang obyeknya memang ada tapi lokasinya tidak diketahui si cenayang). Yang mana informasinya mungkin saja sudah diterima si cenayang, tapi tidak mampu ia kenali dan terjemahkan? Maka salahsatu challenge paling besar dari ESP adalah bagaimana kita bisa mengenali, membaca, dan menginterpretasikan arti dari informasi-informasio misterius yang masuk lewat jalur "indera ke-6" kita tersebut.

Maka dari itu pula banyak ramalan, yang paling terkenal dari Nostradamus sekalipun, selalu dibuat tidak dengan akurasi yang tinggi namun melainkan hanya serangkaian informasi yang "open ended" dan terbuka untuk interpretasi -- yang kemudian rawan perekayasaan hingga pemanipulasian oleh pihak tidak bertanggung-jawab karena sifatnya yang multi interpretatif tersebut.

Apakah kemampuan ESP ini bisa diasah? Sudah tentu, hanya saja tidak berarti otomatis kemampuan anda akan berkembang drastis. Seperti tertera pada butir nomor 3, mereka yang cenayang professional pun seringkali menemui kesulitan dalam mempraktikkan kemampuan yang mereka terus latih secara rutin tersebut. You might get better, but not necessarily mean good enough.

Apakah belajar meningkatkan kemampuan ESP itu buang-buang waktu? Buat mereka yang harapannya tidak realistik, iya! Dalam artian, jika mereka berharap dengan mengandalkan ESP maka masalah hidupnya tiba-tiba lenyap, tidak usah belajar buat lulus sekolah tinggal nebak-nebak jawaban a/b/c/d di lembar jawaban, atau berharap bisa mengetahui masa depannya sehingga tidak akan pernah bernasib buruk, dan selalu tepat nebak togel, maka mereka akan menghadapi masalah besar. Nostradamus bukan milyarder, dan banyak dukun kaya justru karena imbalan "jasa konsultasi" dari pada client yang percaya dengan interpretasi-interpretasi si dukun akan wangsit-wangsit yang konon diterimanya. Secara umum dan telah terbukti, keberhasilan hidup manusia itu jauh lebih erat hubungannya dengan usaha keras, bukan dengan wangsit.

Jadi apakah memiliki kemampuan ESP itu perlu? Lah... pada kenyataannya tiap-tiap dari kita sudah punya kemampuan ini secara alamiah koq?! Tinggal bagaimana kita menyikapinya.

Yang paling baik, karena pada kenyataannya kita diberikan banyak indera-indera oleh Yang Maha Kuasa, semuanya untuk digunakan secara simultan; selain panca indera ada juga akal pikiran plus hati (inikah indera ke-6 kita?), dua-duanya bekerja baik kalau digunakan secara simultan. Ilmu dan iman, knowledge dan hunch, informasi faktual dan insting, jika kedua komponen konkrit-abstrak ini berjalan berdampingan, maka biasanya akan muncul hasil yang luar biasa... karena manusia adalah mahluk yang multi-dimensi. (byms)

Image dari: http://science.howstuffworks.com/esp.htm

Kemampuan Extra Sensory Perception (ESP) - Perlukah Dipelajari?

Tadi pagi nggak sengaja liat salahsatu acara di AXN Beyond, mengenai kontes paranormal di AS sana. Jadi sistemnya pake eliminasi mirip idol-idolan; tiap episode merupakan pembabakan mulai dari penyisihan, semi final, dan final. Untuk masing-masing episode terdapat tantangan yang berbeda-beda; mulai dari mencari seorang anak yang bersembunyi di padang yang luas, menebak dari lima ruangan, ruangan mana yang nggak ada orangnya, dan merasakan koneksi antara kedua orang.

Dari empat psychic yang jadi kontestan, ternyata masing-masing punya "tools" yang berbeda-beda dalam menjawab tantangan, tapi masing-masing memang punya bidang tertentu yang mereka paling kuasai.

Misalnya ada satu peserta wanita yang mengandalkan intuisi dan visualizing; mencari informasi berdasarkan perenungan (mirip dukun menunggu wangsit turun), dan dia bisa menebak dengan tepat ruangan mana yang kosong berdasar penglihatan yang ia terima waktu meditasi sebelum tes dimulai. Ia juga bisa membaca dengan cukup baik koneksi antara kedua orang yang dijadikan obyek pembacaan, melalui perenungan dan menunggu informasi datang kepada dirinya.

Ada juga peserta lain yang mengandalkan kemampuannya membaca karakter seseorang dari sentuhan; yang mana kurang berhasil diaplikasikan pada saat tes ruangan kosong, karena ia kurang bisa menangkap baik feeling dari para subyek yang ditempatkan di ruangan-ruangan tersebut. Ia berhasil menebak satu ruangan memiliki isi, dari perasaan "joyful" yang dimiliki orang di dalam ruangan tersebut (yang memang diatur moodnya supaya gembira dengan mendengarkan musik-musik yang riang melalui ear phone). Namun ia salah menebak ruang mana yang kosong; adapun ruangan yang kemudian ia pilih, ternyata berisi seseorang -- yang memang mengatur emosinya supaya "kosong" dengan cara bermeditasi!

Ada juga satu peserta lainnya yang gagal menangkap impresi yang kuat dari masing-masing ruangan, dan akhirnya ia mencoba melakukan teknik "remote viewing" dengan membayangkan dirinya melayang diatas kelima buah ruangan tersebut dan menerawang isinya (ruangan2nya memang tanpa atap); ia sempat menangkap kesan kosong yang mirip antara ruangan 1 (jawaban benar) dan ruangan 4. Namun karena tidak yakin dengan teknik yang baru kali itu ia pakai tersebut, maka ia memilih jawaban bukan dua-duanya, padahal nyaris benar.

Beberapa hal yang menarik dari pertunjukan tersebut:
  1. ESP ada dalam beragam bentuk, dan ada beragam cara maupun pendekatan untuk memecahkan masalah yang sama
  2. Rata-rata cenayang (psychic) merasa memiliki kemampuan ESPnya secara alamiah karena bakat, bukan pembelajaran
  3. Bahkan yang mengaku cenayang terlatih sekalipun, tidak selalu bisa membaca informasi yang mereka terima dengan akurat, atau menggambarkan dengan baik situasi yang terjadi sebenarnya
Terkait butir nomor 1, pada manusia kebanyakan maka ESP ini bisa jadi muncul dalam bentuk firasat, ilham, atau suatu dorongan yang kuat untuk melakukan suatu hal atau memilih suatu pilihan; sebagian kita mengenalnya sebagai "insting", sebagian lagi sebagai "feeling", tapi yang pasti sebagian besar mereka tidak bisa menjelaskan kenapa-kenapanya tapi merasa pilihannya sudah tepat. Pernah merasa demikian dan terbukti keputusan anda benar? Saya yakin anda pernah mengalaminya, setidaknya sekali - dua kali sepanjang hidup anda.

Terkait butir nomor 2, melihat karakteristik manusia kebanyakan yang tidak sama satu dengan lainnya; ada yang mancung, ada yang pesek -- dan walaupun mungkin bisa diakali dengan operasi plastik tapi secara genetik tidak ada perubahan -- maka kemungkinan besar kemampuan ESP seseorang juga sangat terkait dengan kualitas dari "sesuatu" dalam dirinya tersebut. "Sesuatu" yang masih misterius dan gampangnya diistilahkan sebagai "indera ke-enam" oleh masyarakat umum. Pada mereka yang memiliki kemampuan ESP yang kuat, maka dianggap ia memiliki indera ke-enam tersebut. Padahal kalau mengacu pada butir nomor 1, berarti setiap orang sebenarnya memiliki indera ke-enam ini, hanya kualitasnya berbeda-beda satu sama lain.

Terkait butir nomor 3, ada indikasi kuat bahwa informasi di dunia ESP ini bentuknya masih sangat abstrak dan belum terpetakan maupun tersimulasikan. Ini mirip seperti kisah ketika seorang raja di masa lampau membawa tiga orang ahli pikirnya ke dalam suatu ruangan gelap pekat dan dari posisi yang ditentukan diminta mengambarkan seperti apakah hewan asing yang ada di dalamnya itu; ahli pertama bilang, bentuknya seperti pohon kelapa; bulat menjulang tinggi, ahli kedua bilang bentuknya seperti ular, meliuk dan elastis, sedangkan ahli ketiga bilang, mahluknya tipis seperti daun! Padahal mereka semuanya menggambarkan gajah yang sama, hanya karena gajah bukanlah hewan yang mereka ketahui maka informasinya jadi simpang siur.

Jika gambar bisa diproduksi salinannya dengan cukup akurat, suara juga, bau, rasa, dan bahkan tekstur juga bisa direplikasi dengan cukup tepat, maka tidak demikian halnya dengan feeling atau perasaan. Kita rasanya sudah mengenal baik perasaan-perasaan semacam gembira, sedih, marah, takut dan lainnya terkait perasaan; karena masing-masing memiliki ciri yang khas. Namun demikian tak jarang juga kita salah mengartikan atau salah "membaca" perasaan orang lain karena satu dan lain hal, atau bingung membaca perasaan sendiri.... misalnya, "gue sebenernya cinta nggak ya sama dia?", atau "what is this feeling that I have?", yang menunjukkan bahwa sebenarnya kita sendiri terkadang tidak mampu membaca dengan baik suatu informasi, jika informasi tersebut bukan sesuatu yang biasa kita hadapi.

Jika dengan perasaan diri sendiri saja terkadang kita masih merasa asing, maka bagaimana misalnya dengan bentuk informasi eksternal yang lebih kompleks? Informasi mengenai lokasi seseorang / suatu barang yang hilang misalnya? (yang obyeknya memang ada tapi lokasinya tidak diketahui si cenayang). Yang mana informasinya mungkin saja sudah diterima si cenayang, tapi tidak mampu ia kenali dan terjemahkan? Maka salahsatu challenge paling besar dari ESP adalah bagaimana kita bisa mengenali, membaca, dan menginterpretasikan arti dari informasi-informasio misterius yang masuk lewat jalur "indera ke-6" kita tersebut.

Maka dari itu pula banyak ramalan, yang paling terkenal dari Nostradamus sekalipun, selalu dibuat tidak dengan akurasi yang tinggi namun melainkan hanya serangkaian informasi yang "open ended" dan terbuka untuk interpretasi -- yang kemudian rawan perekayasaan hingga pemanipulasian oleh pihak tidak bertanggung-jawab karena sifatnya yang multi interpretatif tersebut.

Apakah kemampuan ESP ini bisa diasah? Sudah tentu, hanya saja tidak berarti otomatis kemampuan anda akan berkembang drastis. Seperti tertera pada butir nomor 3, mereka yang cenayang professional pun seringkali menemui kesulitan dalam mempraktikkan kemampuan yang mereka terus latih secara rutin tersebut. You might get better, but not necessarily mean good enough.

Apakah belajar meningkatkan kemampuan ESP itu buang-buang waktu? Buat mereka yang harapannya tidak realistik, iya! Dalam artian, jika mereka berharap dengan mengandalkan ESP maka masalah hidupnya tiba-tiba lenyap, tidak usah belajar buat lulus sekolah tinggal nebak-nebak jawaban a/b/c/d di lembar jawaban, atau berharap bisa mengetahui masa depannya sehingga tidak akan pernah bernasib buruk, dan selalu tepat nebak togel, maka mereka akan menghadapi masalah besar. Nostradamus bukan milyarder, dan banyak dukun kaya justru karena imbalan "jasa konsultasi" dari pada client yang percaya dengan interpretasi-interpretasi si dukun akan wangsit-wangsit yang konon diterimanya. Secara umum dan telah terbukti, keberhasilan hidup manusia itu jauh lebih erat hubungannya dengan usaha keras, bukan dengan wangsit.

Jadi apakah memiliki kemampuan ESP itu perlu? Lah... pada kenyataannya tiap-tiap dari kita sudah punya kemampuan ini secara alamiah koq?! Tinggal bagaimana kita menyikapinya.

Yang paling baik, karena pada kenyataannya kita diberikan banyak indera-indera oleh Yang Maha Kuasa, semuanya untuk digunakan secara simultan; selain panca indera ada juga akal pikiran plus hati (inikah indera ke-6 kita?), dua-duanya bekerja baik kalau digunakan secara simultan. Ilmu dan iman, knowledge dan hunch, informasi faktual dan insting, jika kedua komponen konkrit-abstrak ini berjalan berdampingan, maka biasanya akan muncul hasil yang luar biasa... karena manusia adalah mahluk yang multi-dimensi. (bay)

Image dari: http://science.howstuffworks.com/esp.htm

Wednesday, July 7, 2010

Bali Dress Code

Pertama kalinya datang ke kantor Mitrais Bali untuk lapor, berhubung belum paham mengenai dress code disini maka saya ngambil jalur aman: berpakaian "komplit". Bukan berarti biasanya saya kemana-mana cuma pake kaos kutung dan kolor, namun komplit disini artinya mengikuti dress code sesuai standar business attire yang formal; kemeja lengan panjang dimasukkan ke dalam celana kain ber-ikat pinggang, kerah terkancing plus dasi corak konservatif, sepatu kerja jenis loafers dress shoes, dan jaket semi jas berbahan kain berwarna hitam.

Disambut dengan receptionist yang ternyata hanya berseragam kaos kerah dengan warna corporate color nya Mitrais, sayapun langsung mengkonfirmasikan mengenai dress-code ini. Ternyata berhubung ini Bali maka standar casual saja sudah cukup; kemeja lengan pendek dan celana panjang is good, tapi kaos polo/berkerah dan jeans serta sepatu keds juga diperbolehkan.

Makanya hari pertama ngantor, sayapun nggak lagi dress up tapi lebih casual saja, dan memang rata-rata staff di kantor Mitrais pun bekerja dengan penampilan santai saja. Namun karena ternyata ditempatkan di kantor baru di daerah Suwung - Sanur, di lantai tiga pula, tempat the bigg bos Mr. David Magson berkantor, maka seperti ada peraturan tidak tertulis mengenai standar minimum berpakaian disini, terutama buat para staff yang levelnya sudah tinggi sehingga rutin ikut rapat atau bahkan bertemu client; dalam hal ini maka diterapkan standar yang lebih tinggi namun masih tetap relatif santai dibandingkan Jakarta.

Para Project Manager misalnya, cenderung lebih suka mengenakan kemeja lengan pendek yang dikeluarkan, dan celana jeans, dalam berhadapan dengan client sekalipun. Walaupun untuk standar formalitas berada dibawah Jakarta, namun standar seperti ini sudah diterima baik untuk rata-rata pebisnis di Bali dimana kebanyakan terkait erat dengan bidang pariwisata. Hal ini tercermin dari standar berpakaian mereka sendiri. Selama sembilan bulan di Bali ini, malah saya belum pernah menemukan client yang datang ke meeting dengan penampilan rapi atau formal, apalagi pake dasi; paling banter ya mirip Project Manager kami inilah: kemeja lengan pendek, dan celana kain. Bahkan tak jarang mereka datang dengan pakaian yang lebih cocok buat jalan-jalan ke pantai, termasuk celana capri dan sendal Crocs; ini terjadi terutama pada client dari luar negeri yang memang datang ke Bali selain untuk bisnis adalah untuk berlibur juga.

Adapun saya sendiri, berhubung sering berhadapan langsung dengan si boss, dan koleksi kemeja lengan pendek saya minim, jadinya seringkali mengantor mengenakan kemeja lengan panjang, tapi lengannya digulung pendek, dan dipadu dengan bawahan jeans yang rada plain dan konservatif. Adapun kala kadang kalau harus berhadapan dengan client dari dunia fashion, maka mengacu pada style favorit semenjak masa kuliah dulu, saya mengenakan setelan "all black": kemeja hitam berbahan "jatuh" dengan lengan panjang tidak dikancing, dibiarkan tidak dimasukkan ke celana juga, dan dipadu dengan celana jeans hitam, sabuk hitam, dan sepatu serta kaos kaki hitam. Sejauh ini, gaya inilah juga yang jadi favorit isteri di rumah; "ganteng" katanya.

Adapun di waktu-waktu tertentu, kala sedang mood santai misalnya (atau kehabisan baju bersih) kadang saya mengenakan Polo shirt berkerah saja, tapi dimasukkan celana. Kalaupun terdesak harus ikut meeting agak penting, maka jaket semi jas saya selalu siap stand-by di kantor untuk hal-hal mendadak seperti itu.

Di Australia sendiri, tempat mayoritas client kami berada, maka untuk kota-kota besar terutama di daerah selatan, dress code yang berlaku adalah formal business attire, dalam artian fully dressed, sampai ke dasi dan dress shoes. Sedangkan di daerah yang lebih utara, Perth di pantai Barat misalnya, maka dress code nya jauh lebih santai dan mirip yang berlaku di Bali sini.

Bagaimana dengan di tempat anda? (bay)

image dari: http://centralstation.centralpenn.edu/

Bali Dress Code

Pertama kalinya datang ke kantor Mitrais Bali untuk lapor, berhubung belum paham mengenai dress code disini maka saya ngambil jalur aman: berpakaian "komplit". Bukan berarti biasanya saya kemana-mana cuma pake kaos kutung dan kolor, namun komplit disini artinya mengikuti dress code sesuai standar business attire yang formal; kemeja lengan panjang dimasukkan ke dalam celana kain ber-ikat pinggang, kerah terkancing plus dasi corak konservatif, sepatu kerja jenis loafers dress shoes, dan jaket semi jas berbahan kain berwarna hitam.

Disambut dengan receptionist yang ternyata hanya berseragam kaos kerah dengan warna corporate color nya Mitrais, sayapun langsung mengkonfirmasikan mengenai dress-code ini. Ternyata berhubung ini Bali maka standar casual saja sudah cukup; kemeja lengan pendek dan celana panjang is good, tapi kaos polo/berkerah dan jeans serta sepatu keds juga diperbolehkan.

Makanya hari pertama ngantor, sayapun nggak lagi dress up tapi lebih casual saja, dan memang rata-rata staff di kantor Mitrais pun bekerja dengan penampilan santai saja. Namun karena ternyata ditempatkan di kantor baru di daerah Suwung - Sanur, di lantai tiga pula, tempat the bigg bos Mr. David Magson berkantor, maka seperti ada peraturan tidak tertulis mengenai standar minimum berpakaian disini, terutama buat para staff yang levelnya sudah tinggi sehingga rutin ikut rapat atau bahkan bertemu client; dalam hal ini maka diterapkan standar yang lebih tinggi namun masih tetap relatif santai dibandingkan Jakarta. Para Project Manager misalnya, cenderung lebih suka mengenakan kemeja lengan pendek yang dikeluarkan, dan celana jeans, dalam berhadapan dengan client sekalipun. Walaupun untuk standar formalitas berada dibawah Jakarta, namun standar seperti ini sudah diterima baik untuk rata-rata pebisnis di Bali dimana kebanyakan terkait erat dengan bidang pariwisata. Hal ini tercermin dari standar berpakaian mereka sendiri. Selama sembilan bulan di Bali ini, malah saya belum pernah menemukan client yang datang ke meeting dengan penampilan rapi atau formal, apalagi pake dasi; paling banter ya mirip Project Manager kami inilah: kemeja lengan pendek, dan celana kain. Bahkan tak jarang mereka datang dengan pakaian yang lebih cocok buat jalan-jalan ke pantai, termasuk celana capri dan sendal Crocs; ini terjadi terutama pada client dari luar negeri yang memang datang ke Bali selain untuk bisnis adalah untuk berlibur juga.

Adapun saya sendiri, berhubung sering berhadapan langsung dengan si boss, dan koleksi kemeja lengan pendek saya minim, jadinya seringkali mengantor mengenakan kemeja lengan panjang, tapi lengannya digulung pendek, dan dipadu dengan bawahan jeans yang rada plain dan konservatif. Adapun kala kadang kalau harus berhadapan dengan client dari dunia fashion, maka mengacu pada style favorit semenjak masa kuliah dulu, saya mengenakan setelan "all black": kemeja hitam berbahan "jatuh" dengan lengan panjang tidak dikancing, dibiarkan tidak dimasukkan ke celana juga, dan dipadu dengan celana jeans hitam, sabuk hitam, dan sepatu serta kaos kaki hitam. Sejauh ini, gaya inilah juga yang jadi favorit isteri di rumah; "ganteng" katanya.

Adapun di waktu-waktu tertentu, kala sedang mood santai misalnya (atau kehabisan baju bersih) kadang saya mengenakan Polo shirt berkerah saja, tapi dimasukkan celana. Kalaupun terdesak harus ikut meeting agak penting, maka jaket semi jas saya selalu siap stand-by di kantor untuk hal-hal mendadak seperti itu.

Di Australia sendiri, tempat mayoritas client kami berada, maka untuk kota-kota besar terutama di daerah selatan, dress code yang berlaku adalah formal business attire, dalam artian fully dressed, sampai ke dasi dan dress shoes. Sedangkan di daerah yang lebih utara, Perth di pantai Barat misalnya, maka dress code nya jauh lebih santai dan mirip yang berlaku di Bali sini.

Bagaimana dengan di tempat anda? (bay)

image dari: http://centralstation.centralpenn.edu/