Tuesday, September 14, 2004

Calo Tiket Kampret!

Sehubungan dengan usaha PTKA untuk meningkatkan pelayanan, maka kini pemesanan tiket di Stasiun Besar Kota Bandung dilayani semenjak 30 hari sebelum keberangkatan.

Sayangnya, kapasitas tampung kereta yang ditawarkan masih tetap sangat terbatas. Hal ini menyebabkan kemudahan pemesanan tiket yang ditawarkan menjadi bumerang karena sebagian besar tiket justru jadi berpindah ketangan calo karcis.

Kemarin, di akhir akhir minggu panjang ("long weekend"), antrian pengantri terjadi sepanjang hari dimana seluruh loket keberangkatan hari itu (loket 1-4) memiliki antrian yang meliuk hingga keluar pintu depat stasiun. Saat loket tiket dibuka pun, ternyata dari waktu ke waktu keberangkatan hanya tersedia 60 tempat duduk untuk pengantri yang jumlahnya ratusan! Tentu saja tiket-tiket tersebut habis hanya dalam hitungan detik, karena dengan dua tiket per-pengantri di dua loket, berarti hanya lima belas orang saja per antrean yang berhasil membeli karcis!

Setelah berjuang bersusah-payah melalui jalan yang benar untuk memperoleh tiket, akhirnya saya dan teman-teman berhasil mendapatkan karcis kereta Parahyangan tujuan Jakarta untuk keberangkatan pukul 19:05, setelah mengantri dari pukul 13:00!

Hal yang menyedihkan, ialah jumlah calo yang luarbiasa banyak dan merajalela. Adiknya Ade; Dian, marah-marah dan komplain sama customer service karena kakaknya udah ngantri tiket berjam-jam sementara di dalam stasiun ia saksikan sendiri banyak orang mendapatkan tiket dengan membeli melalui calo. Dan kelihatannya tidak ada satupun petugas keamanan / pihak stasiun yang peduli akan hal ini karena customer service cuma menyatakan tidak tahu-menahu, tanpa gelagat akan menindaklanjuti keluhan konsumen.

Pada saat akhirnya kami hendak naik kereta api, setelah lelah berjam-jam mengantri (dan kelaparan), saya bertemu kembali dengan seorang teman yang tadi saya tahu tidak kebagian karcis di loket, dan percakapan berikutpun berlangsung:

Saya: "Lho, jadi ikut? Tiket berdiri...??"
Teman: "Nggak, duduk, dapet dari calo..."
Saya: ...{tersenyum kering)

Tidak tahu apakah harus berbahagia karena teman saya akhirnya mendapatkan tiket, atau harus marah karena merasa disepelekan oleh teman saya (dan orang lain) yang merasa dengan kelebihan uang tidak usah bersusah payah karena bisa membeli tiket melalui calo, atau sama PTKA yang membiarkan kekacauan ini berlangsung.

Bayangkan... saat seratus-duaratus orang mengantri tiket di loket berjam-jam (dan tidak kebagian), ada orang yang bisa langsung datang dan mendapat tiket dari sumber yang tidak resmi...

Masalah Calo Tiket merupakan masalah klasik yang menunjukkan adanya celah-celah dalam sistem pelayanan PTKA yang memungkinkan pihak-pihak tertentu untuk mengambil keuntungan sepihak dan merugikan orang lain. Tidak adanya sistem penanganan calo yang jelas atau prosedur yang rapi, menyebabkan tiket seringkali habis jauh-jauh hari, hanya dalam beberapa jam sejak tiket pemesanan dibuka, dan sebagian jatuh ketangan calo karcis.

Coba anda berhitung; jika suatu sindikat calo berhasil mendapatkan seratus tempat duduk, dimana masing-masing dijual kembali ke pembeli dengan lebih mahal duapuluh-tigapuluh ribu, berarti sindikat tersebut mendapatkan keuntungan haram antara dua hingga tiga juta rupiah. Bagi penumpang, ini adalah jumlah dana gelap yang harus ditanggung, sedangkan bagi PTKA, ini adalah jumlah kebocoran yang cukup besar untuk satu hari kerja.

Alangkah baiknya jika PTKA memandang serius masalah ini karena keberadaan calo karcis sangat mengganggu hak penumpang dalam mendapatkan karcis. Jangan dulu bicara soal pelayanan kereta yang tidak sebanding dengan harga, atau jadwal yang sering ngaret, tapi dimulai dari dasar dulu... kepastian bahwa tiket jatuh ke tangan mereka yang berhak.

Konsumen berhak mendapatkan perlindungan.

Maap kalau bahasanya rada baku, soalnya buat di post di pintunet

No comments:

Post a Comment