Saturday, July 12, 2008

Business Art With Mario Teguh di O'Channel


Rating:★★★★★
Category:TV Show
Salahsatu acara paling "super" di TV Jakarta, karena memberikan apa yang jarang sekali didapatkan dari acara-acara lainnya di TV: motivasi.

Saksikan setiap Kamis malam di:
TV O'Channel (33 UHF)
Jabodetabek
Pukul 21.00 - 22.00

Re-run:
Sabtu pukul 20.00 - 21.00
Minggu pukul 13.00 - 14.00

Website: http://www.mtsuperclub.com/

Friday, June 13, 2008

Ngumpulin kata mutiara, kadang terasa cheesy tapi perlu

Dulu jaman masih sekolah dan dunia lebih mellow dari sekarang, gw punya kebiasaan ngoleksi kalimat penyemangat, atau istilah jadoelnya "kata mutiara". Kata mutiara ini kemudian gw kumpulin di halaman-halaman loose leaf berdasarkan kategori yang sesuai; misalnya untuk membangkitkan semangat berjuang, untuk menghadapi persaingan tidak sehat, sampe ke untuk mengobati masalah kasmaran. Hehe

Kata mutiara yang paling sering gw kumpulin adalah dari para tokoh-tokoh oriental tempo doeloe, termasuk para guru Zen. Selebihnya, ya dari buku-buku yang gw baca sambil lalu, mulai dari topik Agama, Bela Diri, sampe ke Public Relations. Nyokap dulu praktisi sekaligus pengajar materi PR di aneka kursus dan pelatihan, dan gw sering minjem buku-buku referensinya buat dibaca sendiri. Salahsatu yang paling gw suka adalah bukunya R. Dilenschneider yang ngebahas prinsip-prinsip PR dari pengalamannya belasan tahun berkutat di dunia PR, termasuk ketika harus menangani krisis-krisis skala internasional. Sangat membuka wawasan.

Anyway, aneka rupa kata mutiara yang gw kumpulin tersebut akhirnya ngedon di lemari entah yang mana, gw merasa sudah terlalu cheesy buat ngoleksi hal-hal sedemikian di usia gw yang udah kepala tiga. Tapi gara-gara baca bukunya "The Secret" versi Donald Trump*, mau nggak mau gw dihadapkan kembali kepada kata-kata mutiara ini karena ternyata Donald gemar mengkristalkan pengajaran-pengajarannya dalam format seperti ini.

[* Isi materi bukunya maupun pengajarannya sendiri sebenernya nggak out of the world atau top secret, atau berisi rahasia-rahasia heboh! Karena rata-rata mereka yang berhasil di dunia bisnis bisa mencapai prestasinya tersebut karena prinsip-prinsip yang sederhana dalam level yang terkadang "itu sih anak SD aja tau". Cuma bedanya, kebanyakan dari kita gagal menerapkannya dengan benar].

Kata mutiara memiliki keunggulan dalam hal format. Karena bentuknya yang sangat ringkas, maka pesan yang terkandung pun bisa tersampaikan dengan jelas dan benar, sehingga mudah untuk diingat. Dan jadilah gw kembali mencatat kata-kata mutiara yang gw anggap perlu, sambil sekalian aja gw buat jadi wallpaper di desktop PC gw!

Jadi penasaran... ada dimana yah koleksi kata-kata mutiara yang dulu gw kumpulin? (bay)

Sunday, March 2, 2008

Tradisi Sains dan Teknologi Dalam Islam

Nemu tulisan terkait sains dan teknologi dalam perspektif Islami, menarik untuk dikaji. Terlebih ada beberapa pointers di bagian akhir yang berguna buat dijadikan titik awal penelitian.

Sains dan Kemandirian Muslim

Agus Purwanto, DSc.*)

Pendahuluan
        Sejarah ilmu pengetahuan mencatat bahwa dunia Islam pernah mencapai penguasaan yang gemilang di bidang sains, teknologi, dan filsafat di masa Dinasti Abbasiyah. Pada masa itu tradisi intelektual dan spirit pencarian serta pengembangan ilmu pengetahuan, yang diawali dengan translasi massif atas karya-karya ilmiah para filsuf Yunani kuno tertancap kuat, tumbuh dan berkembang pesat.

        Dunia Islam melahirkan sederet nama ilmuwan masyhur. Mereka itu seperti Al Biruni (fisika, kedokteran), Jabir Haiyan (kimia), Al Khawarizmi (matematika), Al Kindi (filsafat), Al Razi (kimia, kedokteran), Al Bitruji (astronomi), ibnu Haitsam (teknik, optik), ibnu Sina (kedokteran), ibnu Rusyd (filsafat), ibnu Khaldun (sejarah, sosiologi), dan banyak lagi yang lain.
        Sumbangan dunia Islam pada kemajuan ilmu pengetahuan di dunia modern menjadi fakta sejarah yang tak terbantah. Bermula dari dunia Islamlah, ilmu pengetahuan mengalami transmisi, diseminasi, dan proliferasi ke dunia Barat, yang mendorong munculnya zaman pencerahan (renaissance) di Eropa. Melalui dunia Islam, Barat mendapat akses untuk mendalami dan mengembangkan ilmu pengetahuan.

Spirit al-Qur’an
        Ketika masa keemasan Islam berakhir bersamaan dengan runtuhnya kekuasaan Islam di Andalusia pada 1491, masyarakat Barat kemudian mengambil alih. Barat dengan sains dan teknologinya terus memimpin peradaban sampai saat ini sementara Islam terus dalam kegelapan dan ketakberdayaan. Bahkan selama kurang lebih tiga abad negara-negara muslim dijajah oleh kolonialisme Barat yang diperankan oleh Portugis, Spanyol, Inggris, Belanda, Perancis, Jerman dan Amerika Serikat. Lebih memilukan lagi, sesama negeri muslim sulit bersatu dan mudah diadu seperti kasus paling aktual resolusi PBB nomor 1747 tentang nuklir Iran yang juga disetujui negeri muslim Indonesia dan Qatar.
        Kini umat Islam mencoba bangkit dari keterpurukan dalam sains dan teknologi. Umat Islam, untuk saat ini harus mengkaji kembali kekuatan mereka berupa sains dan kemudian melahirkan teknologi, yang mereka genggam erat selama abad 8-15 M.

        Umat Islam di masa lampau telah meletakkan ilmu pengetahuan pada posisi yang benar dan memandang sebagai pemilik yang sah. Pandangan ini mempunyai landasan yang kokoh yakni hadis nabi Muhammad saw, "Ilmu itu adalah harta (kearifan) yang hilang dari orang beriman, di mana pun dan kapan pun mereka menemukannya, mereka harus memungutnya kembali". Di dalam riwayat lain disebutkan: "Jika engkau menginginkan kebahagiaan dunia, maka carilah dengan ilmu. Jika kau mencari kebahagiaan akhirat, maka cari juga dengan ilmu."
        Sedangkan landasan dari kitab suci juga tidak kurang banyaknya. Spirit umat Islam awal adalah wahyu pertama yang memerintahkan umat Islam agar membaca, membaca, dan membaca (QS 96: 1-3). Ayat tersebut dan hadis-hadis terdahulu yang memerintahkan pentingnya menuntut ilmu dan hendaknya jadi pelecut umat Islam agar kembali mencintai ilmu pengetahuan, sains dan teknologi. Dorongan seperti ini tidak dimiliki oleh umat beragama apapun di dunia ini.
Problem Aktual
        Fakta-fakta kegemilangan sains masa lampau dan landasan-landasan normatif bagi umat Islam untuk menguasai sains cukup banyak dan jelas tetapi realitas lapangan memperlihatkan hal sebaliknya. Umat Islam tidak mempunyai kepedulian yang memadai terhadap sains, bahkan lebih ekstrim umat Islam memperlihatkan kecenderungan sikap antisains. Sains seolah tidak terkait dan tidak mengantar umat Islam ke surga sebagaimana zakat, anak yatim, kaum duafa dan pendirian masjid. Banyak umat Islam mempunyai pemahaman dan persepsi bahwa sains adalah kafir dan membawa pada kekafiran karena merupakan produk orang kafir (baca Eropa dan Amerika).
        Pandangan salah tersebut tidak hanya terjadi di kalangan awam berpendidikan rendah melainkan juga sebagian elit umat. Akibatnya tidak ada dukungan yang memadai untuk pengembangan sains. Jurusan-jurusan sains dan teknologi di perguruan tinggi islam didirikan seolah hanya untuk menampung mahasiswa baru dan strategi bisnis jangka pendek. Di kalangan mahasiswa, masuk jurusan eksakta (sains dan teknologi) hanya faktor latah dan gengsi sesaat karena setelah itu mereka kembali pada kecenderungan umum umat Islam yakni meninggalkan dan anti sains.

        Pada tahun 1930-an Syeh Jauhari Thonthowi di dalam tafsirnya al-Jawahir menggugat dengan menyebutkan bahwa ulama menghabiskan waktu, tenaga dan materi hanya untuk urusan fikih dan mengabaikan ayat-ayat kauniyah. Padahal ayat-ayat hokum di dalam al-Quran hanya sekitar 150 ayat sementara ayat kauniah sekitar 750 ayat. Dus, ayat kauniyah lima kali lebih banyak dari ayat hokum. Keadaan ini sampai sekarang belum banyak berubah.
        Ada sebagian orang dengan serampangan berargumen bahwa tidak tumbuh dan berkembangannya sains di dunia islam disebabkan kemiskinan dunia Islam. Alasan ini jelas sangat lemah. Tidak sedikit di antara negara-negara Islam memiliki kekayaan sumber daya alam melimpah, sehingga sulit dikatakan negeri muslim sebagai negeri miskin. Islamic Educational, Scientific and Cultural Organization (ISESCO) pada tahun 2000 melaporkan, sebanyak 57 negara Islam yang tergabung dalam OKI memiliki sekitar 1,1 miliar penduduk atau 20 persen penduduk dunia mendiami wilayah seluas 26,6 juta kilometer persegi, dan menyimpan sebanyak 73 persen cadangan minyak dunia.

        Knowledge is power demikian pernyataan tokoh modernisme Francis Bacon. Amerika, Eropa dan Jepang sampai saat ini menjadi kiblat kemajuan dunia karena sains dan teknologinya. Taiwan dan Korea merupakan dua negeri industri baru sedangkan Cina dan India dikenal luas sebagai kandidat kekuatan pemimpin baru ekonomi dunia dua dasawarsa mendatang. Negara-negara tersebut adalah negara yang mengembangkan sains fundamental dan kemudian terapannya secara konsisten.

        Israel negeri yang sangat kecil menjadi sangat digdaya karena kemampuannya dalam sains dan teknologi. 16% pemenang nobel fisika dan kedokteran adalah ilmuwan berdarah Yahudi. Sekitar 200 peluru berhulu ledak nuklir dimiliki oleh negeri ini. Sementara Iran yang baru dikucilkan oleh PBB dengan resolusi 1747 baru bisa membuat satu senjata nuklir sepuluh tahun lagi.

Jalan Sains: Terjal dan Sunyi
        Untuk menguasai sains ada dua langkah utama yang harus dilakukan. Pertama sosialisasi bahwa sains adalah bagian dari islam dan diisaratkan berulang-ulang di dalam al-Qur’an serta telah dipraktekkan oleh generasi muslim awal.  Kedua sosialisasi bahwa tidak ada jalan pintas bagi sains. Jalan sains adalah jalan panjang, terjal dan sunyi yang jauh dari hiruk-pikuk serta pola hidup glamour.

        Dakwah dengan berceramah telah menjadi aktivitas harian di masyarakat kita. Sosialisasi sains bagian dari islam bisa disampaikan melalui ceramah-ceramah agama ini. Sekedar contoh ayat-ayat terkait dengan alam

Alam diciptakan dalam enam masa (QS 32:4)
Bumi diciptakan dalam dua masa (QS 41:9)
Penciptaan tujuh langit dalam dua masa (QS 41:12)
Awan dikirim ke bumi yang tandus (QS 32: 27)
Teknologi pembuatan baju besi dikuasi nabi Daud as (QS 34:10-11)
Rekayasa angin dan tembaga cair dikuasai nabi Sulaiman as (QS 34:12)
Sains dan rekayasa angin (QS 38:36; 41:16)
Dinamika udara dan awan (QS 35:9)
Pola air laut (QS 35:12)
Kesetimbangan langit dan bumi (QS 35:41)
Penciptaan pasangan materi-antimateri (QS 36:36, 42:11)
Dinamika benda langit (QS 36:38-40)
Perkapalan (QS 36:41-43; 42:33-34)
Relasi kapal laut dan gunung (QS 42:32)
Pola garis putih, merah dan hitam pekat di antara gunung (QS 35:27)
Materi-materi di langit, bumi dan antaranya (QS 42:12).
Api dari kayu hijau (QS 36:80)
Suluh api (QS 37:10)
Rahasia dan kekuatan petir (QS 41:13)
Fertilasi tanaman dan manusia (QS 41:47)
        Sosialiasi menjadi lebih konkrit bila kita dapat memperlihatkan naskah-naskah dari para sarjana muslim awal yang disebut di depan. Misalnya saja, bagaimana sebenarnya matematika yang dirumuskan al-Khawarizmi, astronominya al-Bitruji dan optic dari ibnu Haitsam. Tanpa contoh ini, sulit mengubah persepsi bahwa sains tidak ada kaitan dengan surga karena di saat awal Islam Rasulullah saw dan para sahabat tidak ada yang mengembangkan sains.
        Dengan tersosialisasinya pesan bahwa sains merupakan kesatuan dari islam maka diharapkan lebih banyak lagi mahasiswa yang mau menekuni dan memilih jalur sains dan teknologi sebagai profesinya. Selain itu diharapkan pengusaha muslim juga sadar untuk mengalokasikan dana bagi upaya pengembangan sains dan teknologi misalnya dengan memberi beasiswa mahasiswa potensial atau membuat funding bagi riset fundamental.

        Tanpa keterlibatan para pengusaha dan negara pengembangan sains tidak mungkin dilakukan. Akibatnya, terjadi braindrain ilmuwan cemerlang negara dunia ketiga termasuk negara muslim ke negara maju. Realitas ini makin membuat negara ketiga makin tertinggal dari negara maju  

        Selanjutnya perlu dikenali bahwa jalan sains adalah jalan panjang, terjal dan sunyi. Idealnya seorang ilmuwan telah melampaui pendidikan strata-3 lalu postdoctoral 2-3 tahun. Artinya, ilmuwan akan relatif matang setelah melalui fasa tersebut. Masa dan fasa tersebut harus dilalui di laboratorium dan perpustakaan yang jauh dari riuh-rendah publisitas.
Sebagai gambaran, universitas-universitas di Jepang buka selama 24 jam perhari. Laboratorium menjadi rumah kedua bagi mahasiswa S1 tingkat akhir ke atas. Diskusi antara mahasiswa dan profesornya seringkali berlangsung sampai larut malam dan profesor kadang juga bermalam dan tidur di laboratorium. Perpustakaan universitas kadang buka di hari Minggu. Jelas, di sinilah beratnya dunia ilmu bagi para mahasiswa yang cenderung ingin tampil cepat dan gegap gempita sebagaimana umumnya dunia politik dan selebriti.

        Tradisi sains adalah tradisi riset. Sedangkan tradisi riset akan melahirkan budaya mencipta dan memproduksi. Artinya, kemandirian material hanya bisa lahir dari budaya produksi dan menuntut penguasaan sains terlebih dulu. Tanpa tradisi riset dan produksi maka kita hanya akan mampu menjadi bangsa makelar yang bergantung kepada para bangsa produsen.

Penutup
        Penguasaan sains merupakan hal yang mendesak bahkan keniscayaan bagi negeri khususnya negeri muslim yang ingin eksis di percaturan global. Tanpa sains suatu negeri akan lemah dan menjadi negeri yang bergantung pada bangsa-bangsa maju. Indonesia yang luas dan kaya dengan sumber daya alam tetapi tidak menguasai sains dan teknologi akhirnya menjadi sangat bergantung pada Amerika dan Jepang.

        Jembatan Suramadu dan lumpur Porong yang terkatung-katung juga merupakan akibat lemahnya penguasaan bangsa kita terhadap sains dan teknologi. Lumpur Porong yang berlarut-larut sesungguhnya mencerminkan aneka klaim hebat yang semu bangsa kita. Lumpur Porong menyodorkan realitas pseudoilmiah, pseudoilmuwan, pseudoinsinyur, pseudopakar, pesudoanalisa, pseudosolusi, pseudoserius serta pseudopolicy di depan kita.
Indonesia dengan penduduk mayoritas muslim dan menempati area seluas 8 juta kilometer persegi tidak bisa terus-menerus menyerahkan pengelelolaan aneka kekayaan alam yang melimpah kepada orang asing. Indonesia harus mandiri karenanya harus cerdas dan terampil khususnya dalam sains dan teknologi. Indonesia tidak boleh selamanya menjadi bangsa makelar dan kuli baik kuli di negeri orang apalagi kuli di negeri sendiri.

        Kita harus bangkit, mandiri, berdaulat dan berdiri sejajar dengan negara-negara lain. Syarat untuk itu tidak lain adalah iman dan ilmu (QS 58:11). Kedaulatan dan harga diri harus ditopang dengan kekuatan baik spiritual maupun material. Iman yang benar akan mendorong pada penguasaan sains. Sebaliknya pengabaian sains sebenarnya refleksi iman yang salah dan kebahlulan modern.

        Terakhir, meski tidak dianjurkan berperang tetapi kita harus kuat dan mampu mempertahankan diri dari serangan pihak lain termasuk dari kemungkinan serangan menggunakan peluru berhulu ledak nuklir. Aneka upaya diplomasi tetap akan tidak efektif bila kita lemah. Al-Qur’an surat al-Anfal ayat 60 menegaskan agar umat Islam mempersiapkan seluruh potensi dan kekuatan yang ada.

*) NBM: 547243, mantan ketua IMM-ITB, Doctor of Science, pekerja Laboratorium Fisika Teori dan Filsafat Alam (LaFTiFA) ITS.
Diunduh dari situs: http://jatim.imm.or.id/Wacana/Artikel/Sains-dan-Kemandirian-Muslim.htm

Monday, October 22, 2007

Jenis kepemimpinan dan cara memotivasi orang lain

Menurut sahibul hikayat, pada jaman Jepang sebelum kekaisaran Edo, berkumpullah para pemimpin legendaris Jepang di suatu taman. Ketika kemudian seekor burung hinggap di dahan dekat mereka berkumpul, bertanyalah seorang guru Zen pada mereka;

"Apa yang akan anda lakukan kalau burung itu tidak mau bernyanyi?".

Jawaban yang kemudian dilontarkan masing-masing pribadi, dianggap menggambarkan dengan baik karakter dari para pemimpin tersebut:

Oda Nobunaga menjawab "Bunuh kalau tidak mau bernyanyi!". Toyotomi Hideyoshi menjawab "Buat ia ingin bernyanyi". Tokugawa Ieyasu menjawab "Tunggu, sampai ia bernyanyi".

Oda Nobunaga memiliki latar-belakang sebagai turunan bangsawan, dan dibesarkan sebagai bangsawan. Dalam usahanya menyatukan Jepang, Nobunaga dianggap memakai cara yang paling keras dan kejam. Toyotomi Hideyoshi, sebagai anak petani yang miskin namun kemudian memiliki kedudukan penting dibawah kepemimpinan Nobunaga, dianggap memiliki karakter yang impulsif dan pandai memanfaatkan situasi. Sedangkan Tokugawa Ieyasu, keturunan ningrat yang memilih untuk tunduk pada Nobunaga dan Hideyoshi di masa mereka berkuasa, baru menunjukkan taring nya pada saat kedua pemimpin tersebut telah meninggal, sehingga dianggap memiliki kesabaran yang sangat tinggi1.

Dalam aplikasi keseharian pun, kita bisa banyak bercermin dari kisah ini dalam hal gaya kepemimpinan.

"Uh, karena gw bukan pemimpin jadi pepatah ini nggak berlaku dong?"

Radang Usus Buntu!2. Sebenarnya setiap individu adalah pemimpin, baik itu pemimpin keluarga, pemimpin perusahaan, pemimpin komunitas, atau minimal pemimpin untuk dirinya sendiri! Jadi jangan banyak ngeyel dan dengerin aja! Awas lo kalo berisik!

Jenis-jenis Kepemimpinan



Seperti kalimat terakhir pada alinea sebelumnya, untuk bercermin pada Nobunaga yang keras dan kejam, mungkin setiap orang bisa melakukannya asalkan memiliki kekuatan yang relatif superior dibandingkan lainnya.

"Hanya duit seribu atau dua ribu rupiah pasti kecil artinya bagi anda, tapi bermanfaat besar bagi kami, yang memilih untuk meminta belas kasihan anda daripada harus mencopet, menjambret atau merampok!" kata sekelompok pengemis hard-core pada para penumpang metromini.
"Bagi duit buat anak-anak beli minum euy, mun henteu, digaradah siah!" kata okem sekolah pada juniornya.
Dan lain-lain contoh... Pada dasarnya, ancaman kekerasan adalah termasuk cara paling primitif dalam "memotivasi" orang lain/kelompok.

Sedangkan untuk bercermin pada Tokugawa soal kesabaran, maka caranya lebih sulit karena terkait kepada kontrol diri yang kuat untuk menahan diri. Bagi mereka yang introvert, atau phlegmatis, mungkin gaya kepemimpinan penyabar seperti ini bukanlah pilihan tapi keterpaksaan. Keterpaksaan karena ketidakmampuan untuk bersikap keras dan tegas. Padahal dalam aplikasi praktisnya, kesabaran, apalagi menunggu, seringkali berbuah buruk kalau diterapkan dalam situasi-situasi yang umum...

Staff: "Pak, laporan belum selesai karena anu anu dan anu"

Boss: "Waduh, kapan dong bisa beres?"

Staff: "Ya nggak tau pak, soalnya masih harus nunggu anu anu dan anu"

Boss: "Oh ya sudah, saya tunggu deh"


Staff: "Pak, hari ini saya tidak masuk karena paman sakit keras"

Boss: "Lho, bukannya kata kamu sudah sembuh? Trus buat materi presentasi gimana?"

Staff: "Oh... eh... ini paman yang lain pak... terus soal presentasi... menyusul ya pak?"

Boss: "Oh ya sudah, saya tunggu kamu besok ya"

Staff: "Wah, pamannya di luar kota pak, paling minggu depan saya baru masuk"

Boss: "Oh... ya sudah, saya tunggu deh"


Toko: "Pak, barang yang diserpis butuh komponen ini itu dan kita lagi ngga ada stok"

Anda: "Yah... kira-kira kapan ada stok lagi pak?"

Toko: "Euh... belum tau pak, mungkin satu bulan lagi..."

Anda: "Oh... ya sudah saya tunggu deh"


Dan lain-lain... Kesabaran, sayangnya seringkali terlalu erat asosiasinya dengan inaktivitas, pasifisme, atau malah ketidak mampuan untuk tegas.

Sedangkan untuk bercermin pada Hideyoshi yang memilih untuk mempengaruhi orang lain, mungkin merupakan pilihan yang paling baik, namun sekaligus yang paling sulit.

Jika cara kekerasan sekedar membutuhkan kekuatan yang relatif superior, dan kesabaran membutuhkan kontrol diri yang kuat untuk menahan diri, maka mempengaruhi orang lain membutuhkan kemampuan si individu untuk memotivasi individu lainnya, alias menanamkan motivasi. Dalam hal ini, si individu harus mampu membuat orang lain memiliki dorongan yang besar untuk mencapai hasil yang telah ia ditetapkan.

Pemotivasian dan Masalahnya

Dalam sistem manajemen, cara paling mudah untuk memimpin orang lain adalah dengan menerapkan sistem reward & punishment yang tepat. Pada banyak kasus, bahkan punishment saja sudah cukup. Namun jangan harap dengan cara ini anda bisa menjadi pemimpin yang disayangi atau dihormati oleh bawahan. Begitu struktur komando runtuh atau berubah, bisa-bisa andalah yang akan balik ditekan dengan cara yang sama.

Sistem manajemen yang baik, adalah sistem yang mampu membangkitkan motivasi pada para anggota manajemen untuk bersungguh-sungguh dan dengan maksimal mencapai tujuan yang telah digariskan oleh manajemen. Jadi ketika tujuan akhir tercapai, maka masing-masing pelaku turut merasa puas karena merasa telah memenuhi tujuan pribadi mereka juga.
"People are motivated to do things because they want to, not because someone else thinks it is a good thing to do. Motivation results from actions that satisfy inner needs. Being forced to do something and doing it, is not indicative of being motivated".(3)
Motivated employees, atau pekerja yang termotivasi, cenderung menunjukkan kinerja kerja yang tinggi. Karena itulah motivated employees di masa modern ini tak jarang dianggap sebagai tulang punggung dari suatu perusahaan. Masalahnya, menanamkan motivasi pada orang lain merupakan suatu skill yang penuh tantangan...
"Of all the functions a manager performs, motivating employees is arguably the most complex. This is due, in part, to the fact that what motivates employees changes constantly (Bowen & Radhakrishna, 1991)".(4)
Jadi karena motivasi bagi tiap orang bisa berbeda-beda, maka seorang pemimpin harus memiliki skill dan kepekaan untuk bisa melihat apa sajakah faktor-faktor yang menjadi motivasi utama dari para bawahannya. Dan para pemimpin lainnya yang setara, atau malah atasannya.

Jenis Dorongan Motivasi

 Dalam ilmu psikologi, ada serangkaian test yang bisa dilakukan untuk mencari tahu dorongan utama dari seseorang dalam ber-karir. Dalam hasilnya, biasanya akan diketahui beberapa faktor dorongan yang dominan bagi individu terkait. Termasuk dalam jenis dorongan yang diujikan, antara lain:
  1. Jaminan keamanan kerja (job security, bukan work safety)
  2. Atensi simpatik terhadap masalah pribadi
  3. Kesetiaan pada pemberi kerja
  4. Kerjaan menarik
  5. Kondisi kerja yang baik
  6. Disiplin yang pengertian
  7. Bayaran yang baik
  8. Promosi dan kesempatan berkembang dalam organisasi
  9. Perasaan keterlibatan dalam sesuatu
  10. Penghargaan atas pekerjaan yang terselesaikan baik.
Memang bukan faktor dorongan yang absolut... namun cukup lengkap dan luas untuk bisa dijadikan patokan dasar.

Sayangnya (lagi), nggak setiap pemimpin punya kemampuan untuk menyelenggarakan tes psikologis seperti ini. Kalaupun bisa, maka hasilnya belum tentu akurat. [Ih serba salah ya?]

Lantas gimana dong?

Cara Memotivasi Orang Lain

Untuk yang satu ini gw masih dalam tahap conscious unawareness, alias gw tau kalo gw nggak ngerti. Yang gw tau, sebagian temen gw sering menjadikan gw sebagai narasumber untuk referensi. Entah itu dalam hal tontonan, elektronik, atau restoran. Nggak jarang, banyak yang tertarik atau malah fanatik buat ikut membeli sesuatu atau melakukan sesuatu karena terpengaruh oleh tulisan yang gw buat. Why? It's just happens. Tapi hal ini bisa dijadikan patokan kalau sebenernya gw dah punya skill untuk memotivasi orang lain...

Hambatan utama yang gw rasa, adalah waktu menjabat jadi manajer dan punya beberapa staff... Should I kill them for not doing what I instructed? Should I be patience with them and get me killed by my boss instead? Or could I make them want to do what I want them to accomplish? Pertanyaan yang sebenernya nggak terkait kerjaan aja karena pada situasi lain yang lebih informal pun bisa muncul...

Gimana caranya bikin pacar mau nonton bareng film yang elo nanti-nantikan tapi bukan jenis favorit dia? Ancem nggak diapelin? Mungkin yang ada malah elo yang di PHK (Putus Hubungan Kekasih) karena berani ngancem.

Gimana caranya minta bantuan temen buat ngerancangin logo tanpa harus terkesan pushy dan desperate? Ancem musuhan? Bisa-bisa kabar kesemena-menaan elo ini yang tersebar ke seantero milis yang elo ikuti di dalam dan luar negeri. Psycho!

Gimana caranya supaya temen mau ikutan aktif terlibat dalam acara sosial dari komunitas? Ancem di black-list dari komunitas? Bisa-bisa elo yang didepak dari kursi ke-PiJey-an.

Beragam aplikasi, tapi intinya tetep terletak pada hal yang sama: Kemampuan kita untuk memotivasi orang lain. Dan dalam hal ini, sayangnya, tidak ada suatu proses baku yang bisa ditiru untuk menjamin terwujudnya kesuksesan, melainkan hanya serangkaian ide dan tools yang bisa membantu seorang pemimpin untuk menanamkan motivasi pada mereka yang ia pimpin.

Tapi kalau dibakukan, maka prosesnya adalah seperti ini:
  1. Mencari tahu hal-hal spesifik yang memotivasi target anda. Hal ini bisa dicapai dengan menggunakan tools semisal psychological tests, quiz, wawancara, interogasi, atau dengan pengamatan diam-diam, kasak-kusuk ke temen deket target, hipnotist =P, dan cara alternatif lainnya.
  2. Mencari cara untuk menyelaraskan faktor dorongan motivasi target, dengan tujuan yang ingin anda capai. Coba cari "benang merah" antara hasil yang ingin anda capai, dengan dorongan motivasi si target, lalu buat si target menyadari keterikatan tersebut. Atau ciptakan kondisi / libatkan faktor external yang mungkin membantu munculnya dorongan motivasi pada si target.
Gimana dengan anda, punya panduan referensi, trik khusus atau pengalaman pribadi? (bay)

Footnote:
1 Sumber informasi: http://answers.google.com/answers/threadview?id=456283
2 Umpatan versi penyakit
3 Sumber: http://www.actioninsight.com/Article18.htm
4 Sumber: http://www.joe.org/joe/1998june/rb3.html

Ilustrasi cartoon:
http://www.jobschmob.com/images/cartoons
http://www.ganesha.org/hall/gallery.html

Bacaan lanjutan:
Google search: http://www.google.co.id/search?hl=id&q=motivational+factor&btnG=Telusuri&meta=

Sunday, October 22, 2006

Menyikapi perbedaan penentuan 1 Syawal 1427H

Di rumah mertua sini lagi ada sedikit perselisihan... topiknya apa lagi kalo bukan "Kapan Lebaran?". Soalnya semenjak Muhammadiyah menyatakan penetapan hari Lebaran (Idul Fitri) yang berbeda dengan keputusan Negara (via MUI), maka bibit-bibit perpecahan pun mulai muncul...

Mengapa Muhammadiyah menetapkan keputusan berbeda? Ini terjadi karena perbedaan cara perhitungan. MUI menerapkan sistem pemantauan terhadap "hilal" (tanda munculnya bulan baru), alias metode "rukyat", sedangkan Muhammadiyah cenderung mempergunakan sistem "hisab" (perhitungan).

Lantas kalau dikaitkan mengenai pemerintah Arab Saudi yang ternyata menetapkan 1 Syawal jatuh pada hari Senin, 23 Oktober 2006, gw gak terlalu peduli... kenapa? Bukannya karena sistem perhitungan mereka cacat, namun antara Arab Saudi dan Indonesia terdapat perbedaan letak geografis yang cukup significant, sehingga tidak secara otomatis apa yang berlaku di Arab Saudi, berlaku pula di Indonesia. Sedangkan bedasarkan sunnah Nabi, seorang muslim harus memakai perhitungan berdasarkan lokasi dimana ia berada, bukan berdasarkan perhitungan di Arab... Jadi dalam hal ini ummat muslim harusnya mengikuti keputusan yang dibuat oleh para alim ulama dari negaranya, kecuali kalau memang dianggap tidak ada yang kompeten.

Kalo dulu-dulu gw dan keluarga selalu kompak, dan selalu ngambil kata sepakat, maka keliatannya di keluarga mertua sistem ini kurang berjalan... Salahsatu ipar isteri, menyatakan pertimbangan bahwa menurutnya, MUI tidak menerapkan sistem perhitungan yang komprehensif dan cenderung hanya mengandalkan pada rukyat. Padahal ada beberapa metode yang harus ditempuh untuk penentuan hal ini... Jadi karena khawatir melaksanakan yang haram (jika ternyata benar 1 Syawal 1427H jatuh pada hari Senin, maka puasa hari itu diharamkan), maka ia memutuskan untuk menerima pendapat Muhammadiyah akan penentuan tanggal 1 Syawal; hari Senin, 23 Oktober 2006.

Duh bingung... Namun dengan tidak mengecilkan pendapat ipar (maupun negara), maka gwpun melakukan apa yang biasa gw lakukan kalau menghadapi ambiguity; Googling!

Hal pertama yang gw perlu ketahui adalah, "Bagaimanakah pendapat ormas dan orpol Islam lainnya mengenai hal ini?"

Jika pendapat Muhammadiyah dan Nadhlatul Ulama sudah sering diudarakan di TV, bagaimanakah dengan pendapat pihak lain? Pihak yang kredibilitasnya bisa gw percaya secara pribadi? Maka gwpun berusaha mencari tahu gimana keputusan dari Partai Keadilan Sejahtera, alias PKS; orpol Islam yang dalam kampanye dan aksi2 nya selalu melancarkan image positif, simpatik, dan santun.

Ternyata berbeda dengan pendapat ipar, Dewan Syariah Pusat PKS dalam website resmi PKS menyatakan keputusan untuk menetapkan tanggal 1 Syawal 1427H pada hari Selasa, 24 Oktober 2006, mengikuti keputusan negara. Lucunya, salahsatu hal yang mereka "garisbawahi" adalah perkara "berjama'ah".

Mengenai berjama'ah ini sendiri kebetulan sudah pernah gw temui pada beberapa wacana dari teman-teman MP maupun artikel-artikel di web, mengenai adanya hadist Nabi yang mengharuskan "berjama'ah" ini sebagai salahsatu aturan dasar penentuan. Tapi in the mean time, gimana sih pendapat ormas / orpol Islam lainnya?

Dari NU, Ketua Pengurus Pusat Lajnah Falakiyah Nahdlatul Ulama KH Ghozali Masroeri, di Jakarta menyatakan, melihat bulan dengan mata kepala (ru`yatul hilal bil fi`li) untuk menentukan awal bulan Qomariyah atau Hijriah, khususnya awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah, sesuai dengan perintah Nabi

Muhammad SAW. Adapun hisab atau perhitungan menurut cara ilmu pengetahuan (astronomi) hanya berfungsi sebagai pembantu belaka.

(http://www.republika.co.id/online_detail.asp?id=269234&kat_id=23)

Sedangkan dari Persis, didapatkan juga hal yang sama; 1 Syawal 1427H jatuh pada hari Selasa, tanggal 24 Oktober 2006. (http://www.persis.or.id/site/index.php?option=com_content&task=view&id=28)

Oke, ternyata sebagian besar dari ormas/orpol Islam ini menyatakan "rukyat" (melihat bulan secara visual) sebagai dasar penentuan mereka. Lantas pertanyaan berikutnya adalah, "Gimana sih sebenernya posisi atau kedudukan antara dua metode; rukyat vs. hisab ini?"

Kembali ke Googling... dan dapet satu artikel yang isinya cukup komplit walaupun dipasang bukan di website yang gw kenal... Dan beginilah runtutan fakta yang bisa gw telaah....

FirmanNya:
Mereka bertanya tentang hilal. Katakanlah:: "Sesungguhnya ia adalah penentu waktu bagi manusia. (QS Al Baqarah:189). 
Sabda Nabi:
Berpuasalah kalian dengan melihatnya, dan berbukalah dengan melihatnya. (Hadits).
Berdasarkan dua sumber hukum itu saja sudah tertera jelas bahwa cara perhitungan / penentuan awal bulan Islami adalah melalui metode melihat hilal secara visual.

Lalu bagaimanakah jika ternyata hilal tidak bisa dilihat pada saat diperkirakan sudah waktunya berganti bulan?

Dari Abu Umair bin Anas dan paman-pamannya dari kalangan kaum Anshar , berkata:
"Awan menutupi kami pada hilal Syawal. Maka pagi tersebut kami berpuasa. (Kemudian) datanglah kafilah pada sore harinya, Mereka bersaksi kepada Rasulullah, bahwa kemarin
mereka melihat hilal. Maka Rasulullah memerintahkan orang-orang untuk berbuka saat itu juga, dan keluar besok paginya untuk shalat Id". [15] 
Jika belum terlihat hilal, maka teruslah berpuasa! Dan karena para pengamat MUI di pelosok tanah air ini per-Maghrib hari Minggu 22 Oktober 2006 ini belum ada yang melihat hilal, maka berarti untuk wilayah Indonesia tanda pergantian bulan belum terlihat, jadi pada hari Senin 23 Oktober 2006 kaum muslim masih diharuskan untuk berpuasa.

Lantas pertanyaan berikutnya, "Bagaimanakah penyelesaiannya jika ternyata antara para ahli ada yang berbeda pendapat?"

Sabda Rasulullah:
"Puasa kalian adalah pada hari kalian berpuasa. Dan berbuka kalian, lalah pada hari kalian berbuka. Dan hari penyembelihan kalian, ialah hari ketika kalian (semua) menyembelih."
Ash Snan'ani, ketika mensyarah hadits ini berkata: "Dalam hadits ini, dalil yang menetapkan hari raya sesuai dengan (kebanyakan) manusia, karena orang yang sendirian mengetahui hari raya dengan ru'yah, wajib baginya untuk mengikuti orang lain dan diharuskan shalat, berbuka dan kurban bersama dengan mereka". [14]

Ternyata untuk penentuan bulan baru yang terkait dengan ibadah-ibadah khusus (Sholat Id, Qurban) maka faktor bersama-sama adalah penting! Dan bukankah Islam berulangkali menempatkan masalah berjama'ah ini sebagai suatu prioritas?

Dan dalam hal ini, walaupun Republik Indonesia bukanlah negara Islam, namun karena pemerintah Republik Indonesia memiliki dewan yang dianggap cukup credible untuk menentukan penanggalan Islami (termasuk penentuan jatuhnya tanggal 1 Syawal), maka keputusan negara memiliki kedudukan yang prioritas. Apalagi metode yang mereka pakai adalah metode yang memang kuat landasan hukumnya.

Lalu jika kembali ke pembahasan diawal mengenai "khawatir melaksanakan shaum yang haram pada tanggal 1 Syawal, jika ternyata negara membuat keputusan yang salah", ternyata ada hadistnya juga dari Nabi:

Nabi bersabda tentang para penguasa:

"Shalatlah bersama mereka. Jika mereka benar, maka (pahalanya) untuk kalian dan mereka. Jika mereka salah, maka pahalanya untuk kalian (dan) dosanya untuk mereka"

Jadi, kesalahan dan kelalaian pemerintah, tidak ditanggung kaum Muslimin yang tidak melakukan kelalaian atau kesalahan. [17]

Jadi dalam hal ini, Nabi menjamin bahwa seorang muslim berada dalam posisi yang aman, jika dikaitkan terhadap kemungkinan kesalahan keputusan pemerintah / penguasa. Sedangkan sikap memutuskan untuk tidak berpuasa pada hari Senin, 23 Oktober 2006 karena khawatir melaksanakan sesuatu yang haram, dan tokh bisa diganti (qodho) dengan shaum dilain waktu, gw anggap sebagai suatu sikap yang kurang tegas...

Jadi sebagai kesimpulan akhirnya:

Berdasar pada metode rukyat, plus hadist Nabi mengenai keutamaan melaksanakan 1 Syawal bersama-sama, dan anjuran Nabi untuk mengikuti keputusan pemerintah, maka gw pun memilih untuk mengikuti 1 Syawal-nya Pemerintah RI: pada hari Selasa, 24 Oktober 2006.

Sekian, kalau ada rekan-rekan yang memutuskan untuk merayakan 1 Syawal 1427H pada hari Senin 23 Oktober 2006 ini, silakan... anda pasti punya pertimbangan tersediri yang anda yakini benar... Lagipula tanggung-jawabnya tokh bukan dengan teman/sahabat/lingkungan, tapi terhadap our own conscious dan dengan Alloh SWT. Yang pasti, sekarang gw udah nggak galau lagi karena keputusan gw udah berdasarkan pengertian, bukan ikut-ikutan semata. (bay)

Catatan:

[14] Subulus Salam (2/134).

[15] Hadits dengan lafadz ini dikeluarkan oleh Abu Dawud, Kitab Shalat, Bab (Idza Lam Yakhrujil Imam Ul 'Id...) no. 1.157.

[17] Majmu' Fatawa (25/206).

Sumber2 dalil tersebut dikutip dari: http://forsitek.brawijaya.ac.id/index.php?do=detail&cat=fatwa&id=ftw-hariraya, dicopy dari: Majalah As-Sunnah Edisi 07 [Tahun VIII/1425H/2004M]




















Tuesday, September 19, 2006

Motivasi adalah pemilahan makanan untuk konsumsi akal pikiran kita

Aargh... sulit banget mo kerja, kalau kepala terus-terusan dibisiki dengan pesimisme dan justifikasi alasan-alasan "kenapa saya akan gagal".

Rasa takut, yang secara natural membantu manusia untuk menjaga keselamatan diri, tak jarang tumbuh besar tak terkendali menjadi suatu de-motivasi yang menghantui seorang manusia kemanapun ia pergi. Dan banyak orang nggak sadar, kalau akal-pikirannya sebenarnya mudah tersusupi hackers dan crackers, seandainya ia tidak melindungi dirinya dengan semacam "firewall".

Jika di dunia IT, istilah-istilah tersebut mengacu pada serangan dan counter-serangan berbasis data, maka bentuk hacking dan cracking pada akal-pikiran mengacu pada penyusupan ide-ide yang berbahaya... baik dalam melemahkan kekuatan sistem akal-pikiran, maupun dalam mencemarinya dengan buah pemikiran jahat, sehingga si akal-pikiran tidak lagi digunakan untuk tujuan yang baik.

Pelemahan potensi akal-pikiran melalui penyusupan motivasi negatif, cenderung membuat si akal-pikiran jadi kaweur, khawatir berlebih, dan kehilangan kemampuan untuk fokus pada pencarian jalan keluar. Hal ini terjadi karena yang bisa ia kalkulasikan setelah tersusupi ini, adalah semata-mata seberapa besar kerugian yang akan ia raih ketika mengambil keputusan yang salah. Akibatnya, karena merasa terancam bahaya, akal-pikiran lantas memilih untuk mencari amannya saja; do nothing, evading, atau even quitting.

Saat-saat inilah, si akal-pikiran yang telah tercemar perlu diberikan antidot dan obat, supaya bisa kembali ke kinerja optimalnya. Bisa melalui internal correction (secara sadar membenahi ulang struktur data akal-pikiran), atau melalui bantuan eksternal; mencari hal-hal yang bisa dilakukan/dikonsumsi untuk menimbulkan kembali semangat dan motivasi hidup.

Saat-saat seperti inilah, materi-materi yang sifatnya motivasional sangat berguna. Untungnya ada internet, maka tinggal fire-up Google.com untuk lantas browsing ke situs-situs hasil pencarian dengan keyword semisal: Roy Sembel, Safir Senduk, Gede Prama, motivational article.

Salahsatunya, yang berhasil membangkitkan semangat saya:

Akal-pikiran itu powerful, but innocent. "Kita" sebagai penguasa si akal-pikiran harus pintar-pintar memilah makanan pemikiran untuk bahan konsumsinya, sekaligus menerapkan pemograman yang tepat untuk sistem operasinya. Karena jika dikondisikan untuk optimis, maka si akal-pikiran akan membantu kita untuk mencari solusi, sedangkan jika dikondisikan untuk pesimis, maka si akal-pikiran akan membantu kita untuk mencari pembenaran dan ide-ide destruktif. (bay)

Saturday, September 16, 2006

Oleh-Oleh Ngopi Bareng Safir Senduk

Sore hari kemarin, henpun gw berdering... sempet bingung ngeliat nomernya yang asing, tapi oh well gw terima aja, sapa tau another side job. Suara diseberang sana memperkenalkan diri sebagai Iwan, nama yang familiar tapi gw lupa dari circle mana beliau berasal. Setelah konfirmasi, oh, rupanya temen baru yang dikenalin Dira waktu gw dan keluarga sowan ke tante Mea.

Ternyata, ada undangan untuk acara ngobrol dan ngopi bareng Safir Senduk di restoran yang Iwan manage, dan tentu aja gw sambut dengan suka cita! Setelah daftar dan confirmed, gwpun menyusun janji dengan pacar isteri tercinta untuk hadir awal, karena katanya, cuma ada 50 goodie bags dan sistemnya first come first serve. Secara isteri adalah maniak Goodie Bag (yang walau lagi sakit bisa maksain dateng ke kawinan sekedar pengen tau apa souvenirnya), maka masalah ketepatan waktu ini cukup vital.

Pas dateng ke Pizza Marzano, ternyata pada jam 5 sore itu 80% seat sudah terisi! Untung aja nama gw dan Ade ada di-list, sedangkan beberapa pengunjung yang dateng langsung tanpa reserve, terpaksa banyak yang ditolak karena keterbatasan jumlah seat tersebut.

Acara pertama adalah presentasi dan coffee tasting dari Excelso Coffee, pembawa acara (maap, lupa namanya) menjelaskan mengenai produk kopi Excelso baru dari daerah Toraja. Selain itu, turut dijelaskan juga pengetahuan dasar mengenai karakter inti dari dua jenis utama kopi; Arabica dan Robusta.

[Btw, ternyata Robusta made in Indonesia termasuk yang terbaik di dunia dan jadi bahan baku penting dari kopi-kopi espresso dan cappucino di seluruh dunia.]

Robusta memiliki karakter rasa pahit, dengan aroma yang kurang kuat, sedangkan Arabica, memiliki karakter rasa masam yang kuat, dengan aroma yang lebih kuat. Karena perbedaan karakter inilah maka banyak produsen kopi yang lantas mencampur dua jenis tersebut hingga mendapatkan takaran yang menurut mereka paling pas perpaduan rasa, karakter body, serta aromanya. Para sesi acara ini, pengunjung juga berkesempatan untuk mencoba langsung perbedaan dari dua jenis kopi ini supaya lebih mengerti yang dimaksud. Kopi2 Excelso sendiri dijual dalam bentuk bijih untuk menjaga kemurnian rasa dan kualitasnya.

Tips keuangan dari Safir Senduk


Ketika tiba waktunya Safir maju, ruangan sudah penuh terisi, dan rata-rata pengunjung pada antusias untuk mendengarkan nasihat dari salahsatu penasihat keuangan ngetop negeri ini, yang namanya kian melambung. Topik utamanya adalah bagaimana menjadi kaya walaupun hanya berprofesi sebagai pegawai. Inti dari tips yang kemudian dijabarkan sebenarnya simple sekali:

"bukan pada seberapa banyak penghasilan, tapi pada seberapa besar kemampuan kita menabung"

Sebagai ilustrasi, Safir menceritakan pengalaman pribadi berurusan dengan salahsatu maskapai penerbangan nasional. Diceritakan oleh pihak perusahaan, bahwa banyak pilot senior mereka yang memiliki gaji hingga 30 juta rupiah sebulan... tapi kemudian hidup setelah satu minggu hanya dengan uang 750 ribu! Kenapa? Karena gaji yang luar biasa besar itu ternyata sudah dihabiskan di minggu pertama... Sedangkan di sisi lain, banyak dari kita yang penghasilannya terbilang pas-pasan, namun bisa memenuhi kebutuhan hidup dengan baik... Jadi intinya tetap kembali ke masalah money-management.

Lantas bagaimana dengan kita yang gajinya jauh lebih kecil dari bilangan tersebut? Bagaimana saat pengeluaran bulanan lebih besar dari penghasilan sehingga selalu defisit? Hal ini bisa saja diakali dengan menekan pengeluaran. Lantas gimana jika pengeluaran tidak bisa ditekan lagi? Dalam salahsatu bukunya, Safir menawarkan alternatif dari penekanan pengeluaran, melalui beberapa cara yang dianggap ampuh untuk mencari penghasilan tambahan, berikut diuraikan secara singkat:
  1. Menjadi karyawan di tempat lain (pada waktu luang misalnya)
  2. Menjual Barang dan Jasa
  3. Menjual keahlian (keahlian menulis misalnya)*
  4. Membuka usaha sendiri
  5. Ikut dalam MLM
  6. Ikut dalam Investasi bagi hasil
  7. Ikut dalam Investasi penghasilan tetap (deposito c.s.)
  8. Turut berjualan investasi (misalnya menjadi pialang saham)
Terkait dengan penjualan keahlian(*), maka ada beberapa hal yang patut dipertimbangkan supaya hasilnya bisa optimal; penetapan target pasar, pengiraan selera pasar, serta yang juga vital; spesialisasi dan self-branding!

Gimana itu spesialisasi dan self-branding? Berbeda dengan anggapan umum untuk melahap semua jenis pekerjaan di semua jenis pasar, maka Safir justru lebih mendukung kearah spesialisasi pada suatu bidang tertentu. Dengan spesialisasi, maka masyarakat akan lebih mudah untuk mengaitkan nama kita dengan profesi yang kita tekuni. Profesi penasihat keuangan? Maka yang akan teringat adalah nama-nama semisal Safir Senduk atau Roy Sembel... Profesi Seksolog? Maka akan muncul nama Naek L Tobing atau dr. Boyke... Ahli Telematika? Onno W Purbo atau... *ehm*... Roy Suryo. Masing-masing dari individu tersebut, semuanya konsisten dan setia dengan profesi yang mereka geluti, nyaris tak ada yang dikenal memiliki profesi ganda. Merekalah contoh dari orang-orang yang berhasil mendapatkan asosiasi terhadap suatu profesi, akibat spesialiasi dan usaha self-branding yang gencar.

[btw, katanya gw identik dengan tulisan soal review makanan ama musholla ya? =)]

Kembali ke masalah money-management, maka menurut Safir ada suatu aturan baku untuk mengatur pos pengeluaran sehingga hasilnya efisien dan benar. Berikut ini paparan singkatnya:
  1. Sisihkan 10% diawal gajian untuk menabung!!! Kenapa diawal? Supaya nggak kepake ke hal-hal yang lain... Tabungan yang sehat, adalah yang berjumlah sekitar 2-3 kali gaji bulanan untuk kehidupan sehari-hari, dan lebih lagi kalau mencakup dana sekolah anak, dana kesehatan, dll.
  2. Cicilan utang; rumah, mobil, dll. yang jumlahnya tidak boleh lebih dari 30%. Jika lebih, berarti anda dalam masalah.
  3. Sisihkan 10% untuk Asuransi! Kegunaan asuransi? Selain dari berfungsi ganda sebagai tabungan (pada beberapa jenis asuransi), asuransi berfungsi terutama, untuk meng-cover masalah-masalah yang sifatnya musibah atau bencana. We can't stop living even after facing a disaster.
  4. Terakhir, 50% dari gaji, alokasikan untuk biaya hidup sehari-hari. Jumlah ini terdengar sedikit? Sebenernya nggak, karena sebagian dari biaya hidup kita, mo itu pakaian, kendaraan, sudah dicover pada pos pengeluaran nomer 2: Cicilan Utang.
Satu pertanyaan cukup menggelitik dari salahsatu peserta, adalah mengenai definisi dari kata "kaya", dan Safir pun menjawab dengan mencontohkan image "kaya" stereotipe sinetron yang menipu (rumah gedong, mobil either BMW atau Mercedes, nyaris selalu warna item, pemilik rumah masih berusia muda, di rumah pake dasi, isteri selingkuh sama brondong)... Safir menjelaskan lebih lanjut, bahwa sebenarnya, istilah "kaya" yang dimaksud adalah lebih pada kemampuan seseorang tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan layak. Misalnya? Cukup dana untuk hidup, cukup dana untuk punya rumah tinggal, cukup dana untuk punya kendaraan pribadi, nyekolahin anak, beribadah, dan (sukur-sukur) termasuk juga liburan tahunan rutin.

Acara yang full informasi ini diakhiri pada sekitar pukul 7 malam, seperti rencana. Walaupun gak makan berat, tapi perut ternyata kenyang karena sepanjang acara pihak Pizza Marzano tak henti-hentinya mensupply para hadirin dengan garlic bread, mini pizza, pizza slices, dan ice black currant tea... yummi!

Dan walaupun kalah dalam acara tanya-jawab dengan hadiah voucher makan @ 100 ribu rupiah di Pizza Marzano, gw dan ade setelah acara tetep dapet voucher makan juga, dan langsung dari resto managernya, hehe. Thanks lho Wan! Waktu kami pamitpun, sempet dikenalkan juga dengan regional managernya Pizza Marzano untuk sedikit bincang-bincang sekaligus gw nyampein soal appraisals dan complaints yang gw dapet dari temen-temen di lingkup circle MPID dan Epicurina.

Sayangnya, acara Reader's Digest ini rupanya merupakan acara yang terakhir untuk bulan ini, karena selama bulan suci Ramadhan kelak, tidak akan ada acara kumpul-kumpul seperti ini lagi. So, selamat menyambut bulan suci Ramadhan ya! Semoga sudah cukup segala persiapan lahir & bathin nya jadi ibadah kelak bisa berlangsung maksimal dan lancar! Amiiin.