Showing posts with label bali. Show all posts
Showing posts with label bali. Show all posts

Monday, November 15, 2010

Rencana berolahraga, dan karakter 'performing friendly' nya Bali

Sedari kecil, salahsatu olahraga yang saya cukup kuasai adalah berenang, walaupun bisanya cuma gaya dada. Sayangnya terkait kesibukan dan kemalasan, selama sembilan tahunan tigggal di Jakarta nyaris nggak pernah berenang sama sekali; nggak ada temen, jadi nggak ada waktu. Lagian berbeda dengan olahraga jenis lain dimana kita bisa sekaligus bersosialiasi, maka saat berenang dan tidak bisa multi-tasking, maka beramah-tamah dengan sesama perenang cenderung rada lebih sulit secara teknis.

Semenjak pindah ke Bali, dan membiasakan Zayan untuk kenal dengan air, maka kegiatan mengunjungi kolam renang kembali menjadi suatu kegiatan cukup rutin, walaupun pada kesempatan ini saya lebih sering duduk di sisi kolam dan browsing di netbook, sementara isteri menemani Zayan bermain air.

Keadaan berbalik ketika kemudian isteri memutuskan untuk memakai hijab, dan "free pass" kami ke kolam renang salahsatu hotel di Denpasar ini hilang karena tetangga yang notabene adalah manajer di sana pindah kembali ke Jakarta. Untuk menjaga tingkat ketertarikan Zayan terhadap air maka kamipun mulai secara rutin mengunjungi kolam renang umum di pertokoan Tiara Dewata (satu-satunya kolam renang dalam area shopping mall di Indonesia?), dan sayalah yang kemudian berganti tugas menjadi pengasuh Zayan bermain air.

Satu-dua kali nemenin Zayan, rasanya cukup puas dengan ikutan maen aer saja. Namun lama kelamaan rasanya penasaran juga untuk nyebur dan berenang beneran. Kalau mantan presiden RI BJ Habibie saja konon melakukan 8 kali bolak-balik renang setiap pagi untuk menjaga stamina, dan efeknya positif, kenapa nggak coba ditiru?

Berenang kembali

Akhirnya saat itupun tiba; pada kali ke tiga atau ke empat menemani Zayan, setelah kelar memandikan Zayan sayapun meminta izin pada isteri buat betulan berolahraga dahulu sambil coba-coba apa bisa ngikutin Habibie dengan rutinitas 8 kali bolak-balik. Dan sayapun kembali berenang.

Hasilnya? Luar biasa... hancurnya! Untuk menempuh satu panjang lintasan pun (belum bolak-balik) badan rasanya copot onderdil disana-sini... napas ngos-ngosan, tenaga terkuras, dan rasanya sangat nggak nyaman!.... Namun demi kemajuan dan kesehatan maka akhirnya kali pertama itupun dipaksakan supaya bisa 4 kali bolak-balik sisi panjangnya kolam renang Tiara Dewata. Cukup 4 kali, itupun bukan non-stop tapi disela jeda sangat panjang antara sekali tempuh dengan lainnya. Kali pertama berenang itupun ditutup dengan keletihan fisik yang amat sangat, plus rasa tidak nyaman yang sangat mengganggu; otot lemas, badan sakit, sistem syaraf agak-agak "meriang" seperti kalau sedang demam, dan pusingnya seperti sedang migrain. Walhasil hari itupun seharian penuh rasanya nggak enak badan, seperti nyaris pingsan, dan lemesnya sampai dua - tiga harian.

Namun walaupun pengalaman pertama tersebut sangat tidak menyenangkan, minggu berikutnya kembali saya jajal berenang. Herannya kali ini, walaupun tetep diselingi waktu istirahat yang lama, namun 4 kali bolak balik ternyata tidak sampai membuat migrain; dan sayapun kembali menemukan ritme yang dibutuhkan untuk berenang dengan enak. Hari itupun saya akhiri setelah berhasil menempuh 6 kali bolak-balik berenang; masih dengan badan lemas, kehabisan napas, namun tanpa migrain atau sakit di otot.

Kali ke-tiga, 4 kali bolak-balik ditempuh dengan napas ngos-ngosan tapi minus ketidak nyamanan yang biasanya menyertai, makanya diteruskan lagi ke 6 kali bolak-balik, dan di lintasan terakhir malah sempat "sprint". Selain napas ngos-ngosan, nyaris tidak ada efek negatif lain yang muncul, malah rasa lemas pun hilang hanya dalam hitungan menit! Kemampuan energy recovery yang meningkat cepat ini ternyata dibarengi juga dengan peningkatan power, dan semangat positif; saya mulai bisa push-up lagi secara rutin, dalam kuantitas yang mengalahkan prestasi saya di masa masih rajin b'gaul dengan Ganesh di awal-awal masa kerja, atau semasa saya masih SMA dulu. 

Not much sih, cuma 25x satu sesi, tapi ini sudah prestasi besar untuk saya, secara sebelum2nya untuk bisa beres 20x pun sudah dengan perjuangan berat, dan lemesnya bisa sampai seharian susah ngangkat tangan. Kalau sekarang? 25x dan masih tetap bertenaga, lalu dikasih istirahat 15 menitan juga sudah bisa lagi untuk 25x set kedua! 

Apa yang terjadi? Sepertinya kondisi 'hampir pingsan' di saat kembali berenang di awal cerita ini telah bertindak sebagai "break in" gerbang penghambat energy flow saya; menyakitkan, tapi sangat bermanfaat.

Next Step

Next step? Rutin lagi pelemasan, dan latihan pergerakan dasar nya Aikido sambil latihan pernapasan. "Coming soon"nya adalah beli sand bag buat latihan power, dan aktif latihan lagi nunchaku buat memperbaiki timing dan feeling; kebetulan juga beberapa kali ke lapangan Bajra Sandhi ketemu dengan beberapa praktisi seumuran yang sedang latihan bersama piranti yang satu ini di sana, siapa tau bisa ikutan.

Untuk mulai latihan rutin lagi Aikido sepertinya masih belum... soalnya agak khawatir sama cedera punggung; dulu waktu badan nggak seberat sekarang aja gw dapet LBP (Lower Back Pain) gara-gara rutin jatuh duduk kala latihan. Apalagi sekarang saat lebih overweight lagi dibandingin dulu. Minimal olahraga rutin apa aja dulu buat memperbaiki stamina, kebugaran, dan kesehatan, nanti kalau berat badan dah turun baru dipikirkan lagi.

Performing Friendly

Oh iya, di taman Bajra Sandhi Denpasar ini, selain ada praktisi Nunchaku, kadang ada juga praktisi Capoeira yang latihan di sini, selain tentunya Yoga, Sepak bola, bulu tangkis, ketangkasan bersepeda (BMX), sampai ke cheer leaders, skate board, dan inline skate. Falun Dafa dengan aktivitas olah pernapasannya pun selalu hadir di sini. 

Satu fenomena yang menarik yang teramati, adalah mereka ini masing-masing asik dan terlihat santai saja dalam mempraktikkan dan berlatih skillnya tanpa ada rasa jengah atau feeling ingin show off... Para pengunjung taman yang melintas pun sepertinya tidak merasa kegiatan2 tersebut sebagai suatu keanehan; kalau suka ya silakan nonton, dan yang ditonton pun nggak jadi salting, sedangkan kalau nggak berminat ya tinggal lewat tanpa berkomentar, dan yang berkegiatan pun asik dengan kegiatannya sendiri. 

Mungkinkah attitude "performing friendly" ini muncul karena rata-rata penduduk Bali akrab dengan kegiatan kesenian dan pementasan? Jadi untuk performing di muka umum bukanlah lagi hal yang asing? Bisa jadi. Tapi apapun penyebabnya, yang pasti inilah salah satu sisi 'easy-going' kehidupan di Bali yang saya suka. (byms)

Monday, October 25, 2010

Tiga pasang kacamataku

Semenjak nemu tukang reparasi kacamata patah deket kost di Denpasar sini, gw jadi hobby benerin kacamata-kacamata tua yang rata-rata penyakitnya sama: patah di sambungan tengah. Cukup dengan 35 ribu rupiah saja, kualitas las sambungan tempat langganan gw ini jauh lebih bagus dibanding yang gw dapet di Jakarta. Walhasil sekarang ini gw punya 3 set kacamata; satu yang baru beli (gara-gara frame lama tiba-tiba patah), dua dari masa silam. Yang baru ini yang dipake sehari-hari buat ngantor, cadangan satunya buat kalau di rumah, terutama menemani aktivitas nonton tv sebelum tidur. Kalaupun sampai patah lagi relatif nggak bikin nyesel.

Uniknya, walaupun kacamata baru dibuat berdasarkan perhitungan yang diperbarui, ternyata dia bikin ketegangan berlebih buat otot mata gw dan mengakibatkan munculnya pusing rutin di belakang kepala... pusing yang awalnya kirain gara-gara penyakit, sampai akhirnya terdeteksi sedemikian gara-gara nggak sengaja lupa ganti kacamata waktu berangkat ke kantor. Hari itupun walhasil pusing rutin gw ilang tak berbekas! Akhirnya si kacamata cadangan inipun "naik kelas" menggantikan posisi kacamata baru. Resikonya memang penampilan jadi rada kurang keren sedikit, karena frame si kacamata cadangan ini sudah ngelupas sana-sini. Biar tetep rapi dan keren menghadapi klien, biasanya pas harus presentasi atau meeting aja kacamata barunya dipake; penglihatan lebih jelas, looks neat, dan karena cuma sebentar jadi nggak sampe bikin pusing.

Cadangan kedua (kacamata ketiga) masuk jajaran alternatif waktu ngubek-ngubek koper bawaan mudik dari Jakarta beberapa waktu lalu, ternyata nemu dua set kacamata terselip di saku nya koper. Yang satu, yang paling baru (sebelum yang beli di Denpasar), sayangnya sudah nggak tertolong lagi karena engselnya sudah sangat berkarat, plus karat dari frame nya membuat noda di lensa plastiknya dan nggak bisa dibersihkan. Payah ni frame, padahal beli di Ambas dulu keluar biaya lumayan mahal, ternyata materialnya busuk dan mudah berkarat! 

Adapun frame satunya yang paling tua diantara mereka, ternyata bisa diperbaiki walau ada sedikit cacat di lensa kacanya akibat terbentur. Tapi minimal sekarang berarti punya dua kacamata cadangan; lebih aman buat mata bolor seperti punya gw, karena dalam kondisi minus seperti sekarang, kalau liat dunia tanpa kacamat itu seperti cuma ngeliat "overview" dari dunia yang sebenarnya; referensi dalam garis besar, minus detail.

Kalau kacamata utama disimpen di kantor, kacamata cadangan #1 dipakai sehari-hari, maka kacamata cadangan #2 ini gw simpen di kompartemen bagasinya motor; kalau-kalau ada masalah dengan kacamata yang gw pakai, minimal bisa nyampe pulang ke rumah dengan selamat.

Berapa pasang kacamata yang anda punya saat ini, dan dipakai rutin? (bay)


Thursday, August 12, 2010

Zayan mendadak demam tinggi!

Selepas dari weekend yang seru, Zayan tiba-tiba sakit; panas tinggi sampai mengigau, pas bangun pun nggak mau lepas dari pelukan mamanya. Padahal pagi harinya masih asik berkeliaran di halaman dan ramai bermain dengan Gita, anak tetangga. Panas yang terukur hingga diatas 39 derajat ini tak urung membuat isteri khawatir. Akhirnya mereka berduapun berangkat ke RS Kasih Ibu Denpasar untuk memeriksakan Zayan, sementara saya baru menyusul pas jam makan siang.

Sampai di Rumah Sakit, kondisi Zayan terlihat memprihatinkan; anak yang biasanya lincah dan penuh kepenasaran ini kali ini tergolek lesu di pangkuan mamanya. Begitu melihat bapaknya datang, iapun kembali menangis tersedu dan minta digendong. Panas badannya langsung terasa, dan Zayan pun tidak henti menangis setelahnya. Dasar manja, mirip bapaknya.

Informasi dari dokter mengabarkan kalau mereka belum tahu penyebab dari sakitnya Zayan, soalnya ketika di-cek kondisi tenggorokan, tidak ada radang. Sedangkan untuk mengetahui apakah ini DBD, maka pemeriksaan darah baru bisa dilakukan tiga hari setelah pertama kali panas. Zayan pun akhirnya dipulangkan dengan hanya berbekal obat penurun panas (parasetamol), dan obat bantu pencernaan (untuk gangguan pencernaannya).

Sayangnya, tidak ada perkembangan berarti setelah kunjungan ke Rumah Sakit tersebut; panas Zayan masih tetap tinggi, dan obat hanya bantu menurunkan suhu sekitar 1 derajat saja. Besok harinya, setelah berkonsultasi dengan dokter anaknya, Zayan kembali dibawa ke Rumah Sakit Kasih Ibu Denpasar untuk pemeriksaan lebih lanjut. Kali ini ke dokter THT. Kondisi Zayan hari itu sebenarnya sudah lumayan membaik, buktinya waktu si bapak pertama kali nyampe parkiran pun, sudah ada teriakan khas Zayan "BAPAK YA?!?" dari balik pintu kamar. Tatapan matanya masih sayu, tapi sudah minta diajak maen di luar kamar, tanda perbaikan.

Di tempat prakter dokter pun, Zayan sudah mau lagi jalan dan berkeliaran di ruang tunggu, suhu badannya pun sudah menurun walau masih agak panas. Setelah menunggu beberapa lama, akhirnya giliran kamipun tiba dan Zayan diperiksa oleh dokter sambil dipangku mamanya. Dari hasil pemeriksaan lanjutan ini, ternyata tenggorokan Zayan yang bermasalah; meradang parah! Maka dari itu Zayan pun akhirnya diberi resep antibiotika (Cefat) dan decongestan. Selama diperiksa, Zayan yang memang dasarnya parno sama dokter mengalami masa yang cukup traumatik karena kepalanya dipegangin tidak boleh bergerak selama pemeriksaan, walhasil nangis rada heboh lah dia. Tapi tangisan heboh inipun lantas berhenti kala pemeriksaan selesai. Setelah itu kamipun menunggu resep di luar. 

Berhubung nama Zayan belum dipanggil kasir, isteri punya ide untuk sekalian memerintahkan si suami buat memeriksakan diri ke dokter THT tersebut, mungkin heran dengan kadar budek selektif suaminya -- terutama kalau menyangkut masalah pengen beli ini pengen beli itu. Dan diperiksalah si suami dengan dokter yang sama. Saat itu Zayan sudah berhenti menangis

Tidak berapa lama kemudian isteri menyusul masuk ruangan untuk mengingatkan untuk bertanya soal kebiasaan ngorok suami. Zayan yang tadinya sudah anteng kalem, melihat bapaknya duduk di kursi pemeriksaan dokter THT, mendadak memasang muka jebleh dan mulai menangis kembali! Disambut tawa sang bapak, ibu, dan dokter serta suster.

Sampai dibawa di luar ruangan, tangis Zayan masih terdengar sampai beberapa lama, memilukan tapi lucu.

Kembali ke rumah, Zayan pun langsung diberikan obat dari dokter, dan malamnya bisa tidur tenang. Alhamdulillah, paginya Zayan sudah terlihat normal seperti biasa, dan malah ikutan sahur bareng. Semoga lekas sembuh ya nak (bay)

Wednesday, July 7, 2010

Bali Dress Code

Pertama kalinya datang ke kantor Mitrais Bali untuk lapor, berhubung belum paham mengenai dress code disini maka saya ngambil jalur aman: berpakaian "komplit". Bukan berarti biasanya saya kemana-mana cuma pake kaos kutung dan kolor, namun komplit disini artinya mengikuti dress code sesuai standar business attire yang formal; kemeja lengan panjang dimasukkan ke dalam celana kain ber-ikat pinggang, kerah terkancing plus dasi corak konservatif, sepatu kerja jenis loafers dress shoes, dan jaket semi jas berbahan kain berwarna hitam.

Disambut dengan receptionist yang ternyata hanya berseragam kaos kerah dengan warna corporate color nya Mitrais, sayapun langsung mengkonfirmasikan mengenai dress-code ini. Ternyata berhubung ini Bali maka standar casual saja sudah cukup; kemeja lengan pendek dan celana panjang is good, tapi kaos polo/berkerah dan jeans serta sepatu keds juga diperbolehkan.

Makanya hari pertama ngantor, sayapun nggak lagi dress up tapi lebih casual saja, dan memang rata-rata staff di kantor Mitrais pun bekerja dengan penampilan santai saja. Namun karena ternyata ditempatkan di kantor baru di daerah Suwung - Sanur, di lantai tiga pula, tempat the bigg bos Mr. David Magson berkantor, maka seperti ada peraturan tidak tertulis mengenai standar minimum berpakaian disini, terutama buat para staff yang levelnya sudah tinggi sehingga rutin ikut rapat atau bahkan bertemu client; dalam hal ini maka diterapkan standar yang lebih tinggi namun masih tetap relatif santai dibandingkan Jakarta.

Para Project Manager misalnya, cenderung lebih suka mengenakan kemeja lengan pendek yang dikeluarkan, dan celana jeans, dalam berhadapan dengan client sekalipun. Walaupun untuk standar formalitas berada dibawah Jakarta, namun standar seperti ini sudah diterima baik untuk rata-rata pebisnis di Bali dimana kebanyakan terkait erat dengan bidang pariwisata. Hal ini tercermin dari standar berpakaian mereka sendiri. Selama sembilan bulan di Bali ini, malah saya belum pernah menemukan client yang datang ke meeting dengan penampilan rapi atau formal, apalagi pake dasi; paling banter ya mirip Project Manager kami inilah: kemeja lengan pendek, dan celana kain. Bahkan tak jarang mereka datang dengan pakaian yang lebih cocok buat jalan-jalan ke pantai, termasuk celana capri dan sendal Crocs; ini terjadi terutama pada client dari luar negeri yang memang datang ke Bali selain untuk bisnis adalah untuk berlibur juga.

Adapun saya sendiri, berhubung sering berhadapan langsung dengan si boss, dan koleksi kemeja lengan pendek saya minim, jadinya seringkali mengantor mengenakan kemeja lengan panjang, tapi lengannya digulung pendek, dan dipadu dengan bawahan jeans yang rada plain dan konservatif. Adapun kala kadang kalau harus berhadapan dengan client dari dunia fashion, maka mengacu pada style favorit semenjak masa kuliah dulu, saya mengenakan setelan "all black": kemeja hitam berbahan "jatuh" dengan lengan panjang tidak dikancing, dibiarkan tidak dimasukkan ke celana juga, dan dipadu dengan celana jeans hitam, sabuk hitam, dan sepatu serta kaos kaki hitam. Sejauh ini, gaya inilah juga yang jadi favorit isteri di rumah; "ganteng" katanya.

Adapun di waktu-waktu tertentu, kala sedang mood santai misalnya (atau kehabisan baju bersih) kadang saya mengenakan Polo shirt berkerah saja, tapi dimasukkan celana. Kalaupun terdesak harus ikut meeting agak penting, maka jaket semi jas saya selalu siap stand-by di kantor untuk hal-hal mendadak seperti itu.

Di Australia sendiri, tempat mayoritas client kami berada, maka untuk kota-kota besar terutama di daerah selatan, dress code yang berlaku adalah formal business attire, dalam artian fully dressed, sampai ke dasi dan dress shoes. Sedangkan di daerah yang lebih utara, Perth di pantai Barat misalnya, maka dress code nya jauh lebih santai dan mirip yang berlaku di Bali sini.

Bagaimana dengan di tempat anda? (bay)

image dari: http://centralstation.centralpenn.edu/

Bali Dress Code

Pertama kalinya datang ke kantor Mitrais Bali untuk lapor, berhubung belum paham mengenai dress code disini maka saya ngambil jalur aman: berpakaian "komplit". Bukan berarti biasanya saya kemana-mana cuma pake kaos kutung dan kolor, namun komplit disini artinya mengikuti dress code sesuai standar business attire yang formal; kemeja lengan panjang dimasukkan ke dalam celana kain ber-ikat pinggang, kerah terkancing plus dasi corak konservatif, sepatu kerja jenis loafers dress shoes, dan jaket semi jas berbahan kain berwarna hitam.

Disambut dengan receptionist yang ternyata hanya berseragam kaos kerah dengan warna corporate color nya Mitrais, sayapun langsung mengkonfirmasikan mengenai dress-code ini. Ternyata berhubung ini Bali maka standar casual saja sudah cukup; kemeja lengan pendek dan celana panjang is good, tapi kaos polo/berkerah dan jeans serta sepatu keds juga diperbolehkan.

Makanya hari pertama ngantor, sayapun nggak lagi dress up tapi lebih casual saja, dan memang rata-rata staff di kantor Mitrais pun bekerja dengan penampilan santai saja. Namun karena ternyata ditempatkan di kantor baru di daerah Suwung - Sanur, di lantai tiga pula, tempat the bigg bos Mr. David Magson berkantor, maka seperti ada peraturan tidak tertulis mengenai standar minimum berpakaian disini, terutama buat para staff yang levelnya sudah tinggi sehingga rutin ikut rapat atau bahkan bertemu client; dalam hal ini maka diterapkan standar yang lebih tinggi namun masih tetap relatif santai dibandingkan Jakarta. Para Project Manager misalnya, cenderung lebih suka mengenakan kemeja lengan pendek yang dikeluarkan, dan celana jeans, dalam berhadapan dengan client sekalipun. Walaupun untuk standar formalitas berada dibawah Jakarta, namun standar seperti ini sudah diterima baik untuk rata-rata pebisnis di Bali dimana kebanyakan terkait erat dengan bidang pariwisata. Hal ini tercermin dari standar berpakaian mereka sendiri. Selama sembilan bulan di Bali ini, malah saya belum pernah menemukan client yang datang ke meeting dengan penampilan rapi atau formal, apalagi pake dasi; paling banter ya mirip Project Manager kami inilah: kemeja lengan pendek, dan celana kain. Bahkan tak jarang mereka datang dengan pakaian yang lebih cocok buat jalan-jalan ke pantai, termasuk celana capri dan sendal Crocs; ini terjadi terutama pada client dari luar negeri yang memang datang ke Bali selain untuk bisnis adalah untuk berlibur juga.

Adapun saya sendiri, berhubung sering berhadapan langsung dengan si boss, dan koleksi kemeja lengan pendek saya minim, jadinya seringkali mengantor mengenakan kemeja lengan panjang, tapi lengannya digulung pendek, dan dipadu dengan bawahan jeans yang rada plain dan konservatif. Adapun kala kadang kalau harus berhadapan dengan client dari dunia fashion, maka mengacu pada style favorit semenjak masa kuliah dulu, saya mengenakan setelan "all black": kemeja hitam berbahan "jatuh" dengan lengan panjang tidak dikancing, dibiarkan tidak dimasukkan ke celana juga, dan dipadu dengan celana jeans hitam, sabuk hitam, dan sepatu serta kaos kaki hitam. Sejauh ini, gaya inilah juga yang jadi favorit isteri di rumah; "ganteng" katanya.

Adapun di waktu-waktu tertentu, kala sedang mood santai misalnya (atau kehabisan baju bersih) kadang saya mengenakan Polo shirt berkerah saja, tapi dimasukkan celana. Kalaupun terdesak harus ikut meeting agak penting, maka jaket semi jas saya selalu siap stand-by di kantor untuk hal-hal mendadak seperti itu.

Di Australia sendiri, tempat mayoritas client kami berada, maka untuk kota-kota besar terutama di daerah selatan, dress code yang berlaku adalah formal business attire, dalam artian fully dressed, sampai ke dasi dan dress shoes. Sedangkan di daerah yang lebih utara, Perth di pantai Barat misalnya, maka dress code nya jauh lebih santai dan mirip yang berlaku di Bali sini.

Bagaimana dengan di tempat anda? (bay)

image dari: http://centralstation.centralpenn.edu/

Monday, June 14, 2010

Mama yang aneh...

Zayan meraih buku dari rak yang baru terpasang, bukunya mama, kemudian sambil duduk dan memperhatikan buku, iapun mengeluarkan pernyataan/pertanyaan favoritnya:

Z: "Apa?!"

Bapak pun tergerak untuk menjawab pertanyaan si bocah; walaupun mungkin belum mengerti keseluruhan informasi yang terungkap, namun anak usia 1-2 tahun sebaiknya diajak berbicara dengan benar untuk memperkenalkan mereka pada kosa-kata dan struktur bahasa.

B: "Itu buku mama, Zayan"

Z: "Apa?!"

B: "Buku untuk dibaca"

Z: "Apa?!"

B: "Isinya tentang mengapa bayi menangis... kan mama pengen tau kalau kamu sering nangis itu sebenernya kenapa?"

Z: "... Aneh! Aneh!"

B: [melongo sejenak, lalu ketawa ngakak!]

Jadi mamamu aneh ya nak, sampai harus baca buku segala demi mengetahui kenapa kamu sering menangis?

Duh bocah... (bay)

Mama yang aneh...

Zayan meraih buku dari rak yang baru terpasang, bukunya mama, kemudian sambil duduk dan memperhatikan buku, iapun mengeluarkan pernyataan/pertanyaan favoritnya:

Z: "Apa?!"

Bapak pun tergerak untuk menjawab pertanyaan si bocah; walaupun mungkin belum mengerti keseluruhan informasi yang terungkap, namun anak usia 1-2 tahun sebaiknya diajak berbicara dengan benar untuk memperkenalkan mereka pada kosa-kata dan struktur bahasa.

B: "Itu buku mama, Zayan"

Z: "Apa?!"

B: "Buku untuk dibaca"

Z: "Apa?!"

B: "Isinya tentang mengapa bayi menangis... kan mama pengen tau kalau kamu sering nangis itu sebenernya kenapa?"

Z: "... Aneh! Aneh!"

B: [melongo sejenak, lalu ketawa ngakak!]

Jadi mamamu aneh ya nak, sampai harus baca buku segala demi mengetahui kenapa kamu sering menangis?

Duh bocah... (bay)