Sebetulnya sudah cukup lama juga akhir-akhir ini sepertinya diingatkan kembali mengenai hal yang satu ini, berulang kali... semoga bukan pertanda akan terjadi musibah buat gw, keluarga, maupun keluarga jauh... Baca tulisan Death List juga, sepertinya koq masih belum siap ya saya buat mati?
Dan kalau dulu dengan beraninya gw bisa bilang nggak takut mati, asal di jalan yang benar.... sekarang setelah ada anak dan isteri koq jadi malah takut sama mati ya? Terutama setelah ada anak; bukannya nggak sayang isteri , tapi secara doi dah dewasa bisa lebih tahan banting lah... cuma itu lho... kalau liat Zayan lagi tidur, bercanda, atau lagi rewel sekalipun... koq jadi ada perasaan nggak rela gitu, kalau sampai dia atau saya suatu saat harus "pergi" duluan...
Jadi inget ortu dulu suka rada lebay dan over-worries sama gw dan saudara2 lain... and now here I am finding myself in the same postition. Check-mate dude.
Pantesan juga orang yang sudah berkeluarga biasanya lebih serius ya... soalnya udah bukan dirinya sendiri doang yang harus dipikirin...
Salut buat para ortu yang sudah menghadapi dan berhasil melewati masa-masa over worries tersebut dengan bijak. (bay)
Gambar dari Wikipedia
Gambar dari Wikipedia
iiih, bagus nih kayaknya kalo lagi gini bayu and agung disatuin..
ReplyDeletewakakakakakakak..
paaaasss kloooop!
kalau menyangkut anak, kami setiap saat hingga hari ini.
ReplyDeletekang tian and teh efin mah orang tua yg luaaar biasaa!
ReplyDeletekesabaran dan konsistensinya aku acungin jempol deh. Insya allah sehat2 terus ya kang tian dan keluarga. Amiin!
Belum ngalamin nih kang rasanya kayak apa.. :D
ReplyDelete*merit aja belum,hehe..
Huehehe, welcome to the mid 30 crisis, makin banyak denger berita temen seangkatan 'berangkat' duluan, mau nggak mau jadi mikir :-)
ReplyDeleteternyata saya tidak sendiri memikirkan ini... ^_^
ReplyDelete*jadi merasa lebih gimanaaaa sama perasaan ortu terhdp kita dulu kan bay ? hehehe
makasih ida, supportnya. :)
ReplyDeleteearly 40s crisis (baca: puber kedua) menanti, gung. :D
ReplyDeletebetul gung, mendadak isyu dan resiko "berangkat duluan" ini menjadi real... hehehe, sama toh?!
ReplyDeletememang masa-masanya berarti ya da? hehehe
ReplyDeleteIya sepertinya ini sih never ending worries ya kang, sampai akhir hayat? Duhh... :D
ReplyDeleteTeruntuk para ayah (dan ibu), semoga oleh Alloh SWT dimudahkan urusan mengelola anak, keluarga, dan kekhawatiran kita terhadap mereka, amiiiin
Akan datang masanya Ihda, nggak usah takut duluan... ntar aja takutnya :D
ReplyDeleteya begitulah, serasa skak-mat; jadi makin merasa berjibun dosa sama orang tua sendiri.....
ReplyDeletenu matak enggal tobat... =)
ReplyDeletebanyak2 berdoa kang bayu
ReplyDeleteWah Kang, saya belum berkeluarga atau punya anak aja mikir, yang saya pikir cuma satu: bagaimana ibu saya nantinya?
ReplyDeleteKematian bagi saya adalah sebuah hadiah besar yang semua orang akan dapat,puncak perayaan hidup. Tetapi caranya yang akan berbeda. Nah kalau bisa berharap sambil berdoa, saya nggak mau sakit, biarkan saya mati tenang ketika bermeditasi atau pas lagi mendengarkan Mozart (The Magic Flute kayaknya seru). Semoga Tuhan baca postingan ini, ga sekarang bacanya tp, puluhan tahun yang akan datang :)
insyaalloh :)
ReplyDeleteiya, sama harus bisa ikhlas ya wik?
ReplyDeletehahahaha, semoga terwujud cita-cita berpulang dalam ketenangannya sa
ReplyDelete