Suasana laut hari itu memang aneh... laut ditepi pantai ini terlihat tenang dan aman untuk melaut mencari ikan, namun ombak kecil datang saling silih silang beradu di pantai, dan mereka terlihat seperti memiliki sirip-sirip kecil, bukan pemandangan yang biasa Apa* temui manakala ia berangkat memancing di laut ini, di tempat dinasnya yang baru di Pameungpeuk. Dalam masa pemerintahan Presiden Soekarno ini, ia telah dialihtugaskan beberapa kali untuk mengawasi perkebunan, namun untungnya semua masih di daerah Garut Selatan, dekat dengan kota tempat ia berasal.
[*Apa (bapa) : panggilan akrab kepada ayah, dalam bahasa Sunda]
Tanpa peduli dengan kenyataan bahwa hari itu tidak ada nelayan yang melaut, Apa dan ajudannya pun berangkat kelaut dengan perahu kecil yang mereka dayung berdua...
Setelah lama memancing tanpa hasil sedikitpun, mereka lalu beranjak untuk kembali ke pantai karena laut pun tidak beranjak ramah... Disimpulkanlah, hari itu memang hari yang buruk untuk memancing...
Ketika perahu telah mendekati pantai dan tinggal beberapa kayuh lagi untuk mendarat, Apa mendapat perasaan aneh seperti ada yang mengawasinya, dan dengan penasaran ia pun menengok ke sekitar perahu untuk mengecek...
Apa yang ia lihat muncul dari laut didekat bagian belakang perahunya lantas membuat mukanya pucat dan secara refleks ia pun meloncat dari perahu ke air laut selutut dan berlari kearah pantai...
Berlari kencang melewati sepeda yang tadi membawanya ke pantai ini, melewati hutan yang tadi mereka lalui dalam perjalanan ke pantai, dan baru berhenti setelah bertemu dengan rumah penduduk terdekat...
Sambil terengah-engah dan lututnya masih gemetaran, Apa menenangkan diri... namun setelah sadar kalau ajudannya masih tertinggal di pantai ia pun dengan khawatir beranjak kembali kearah pantai... Ditengah perjalanan menuju pantai, ia mendapati ajudannya sedang terduduk di dekat pepohonan sambil terlihat gemetaran dan berusaha untuk menenangkan diri... Sang ajudan sayangnya (untungnya?) tidak melihat apa yang Apa lihat, karena terlalu tegang untuk membalikkan badan setelah melihat Apa terbirit-birit melompat keluar dari perahu... ia juga sebenarnya memiliki perasaan sama seperti Apa; seperti ada yang mengawasi...
Setelah mengecek situasi dan kondisi dari ajudannya, mereka berdua lalu menenangkan diri sejenak sebelum kembali ke desa...
Di desa, ketika orang-orang diceritakan mengenai pengalaman yang baru dialami, ternyata mereka tidaklah terlihat terlalu terkejut... karena menurut penanggalan mereka, hari itu ialah hari larangan untuk turun melaut, makanya tidak ada satu pun kapal nelayan yang pergi dari pelabuhan... Apa yang masih terhitung penduduk baru, tentu saja tidak mengetahui hal ini.
Apa tersenyum kecut... sambil dalam pikirannya terus terbayang-bayang mengenai bayangan hitam sebesar batang pohon kelapa yang mencuat dari laut beberapa meter di belakang perahu mereka tadi, dengan sepasang mata yang menatap dingin dipuncaknya... (bay)
foto dari http://www.wilsonsalmanac.com
Nessy ada di Pameungpeuk? (Pamengpeuk ini ada di.......?)
ReplyDeletepameungpeuk mah ada di garut kan?
ReplyDeleteNessy-nya punya kalender juga ya :)
ReplyDeletebay, bukan mau ngritik cerpennya nih, tp kalo kata "di" dipake sbg awalan yg menunjukkan posisi/lokasi, dipisah bay. jd yg bener: di puncak, bukan dipuncak. :) (kebiasaan meriksa kerjaan, harap maklum)
ReplyDeleteGarut selatan, lewatin Cikajang, terus kearah Selatan. Emang lon pernah Win?
ReplyDeletemakasih bu editor =) nanti saya bereskan
ReplyDeletekan abad informasi =)
ReplyDeletekalau boleh tahu, Nessy-nya keluar tiap tanggal berapa ya?
ReplyDeletenanti ngajak2 Kang Bayu dkk ke sana :)
Sebenernya banyak daerah punya legenda tersendiri soal "mahluk raksasa" ini, di Situ Ciburuy (Padalarang, Bandung) konon bersemayam lintah segede perahu. Kalo ditelusur di daerah Betawi juga pasti ada legenda yang mirip...
ReplyDeletehaduh, saya juga lon tau tuh wik.... pengennya sih ada waktu gitu sebulanan buat camping disana dan observasi =) pasti banyak cerita seru...
ReplyDeletesayangnya saya teh ga terlalu apal garut euy...*apalnya cipanas doang*
ReplyDeletesetelah dibaca2 lagi ceritanya dan dipikir2 ... mungkin gak itu sebenarnya periskop US Navy submarine? :)
ReplyDeletehmm... bisa aja sih dibuat gitu =) tapi di setting ini, kejadiannya kan tinggal bbrp meter dari pantai, kandas dong kalo submarine...
ReplyDeletekalo segede perahu, yg diisep ama lintah ini apa ya? tembok rumah? manusia raksasa? atau ternyata lintah ini adalah jenis lintah pemakan tumbuhan?
ReplyDeletemirip sama cerita kakek saya yg petualang.. bertemu dengan seekor ular kira2 20 meteran panjangnya, diameter badan selebar pohon cemara dewasa, berkaki empat, berambut seperti rambut kuda.. konon, itu memang yg dipanggil banyak orang sbg: naga..
ReplyDeletebinatang yg sudah lama punah.. kasihan ya..
tauk ness, mungkin ikan mas raksasa =)
ReplyDeleteAbis jahat sih! nahan putri di kastil istana! Kan kasian pangeran!
ReplyDelete[Disney minded mode: ON]
hayoh atuh di-share, kaburu paeh siah maneh ngke euweuh penerusna carita2 ti buyut
ReplyDelete