Dari empat psychic yang jadi kontestan, ternyata masing-masing punya "tools" yang berbeda-beda dalam menjawab tantangan, tapi masing-masing memang punya bidang tertentu yang mereka paling kuasai.
Misalnya ada satu peserta wanita yang mengandalkan intuisi dan visualizing; mencari informasi berdasarkan perenungan (mirip dukun menunggu wangsit turun), dan dia bisa menebak dengan tepat ruangan mana yang kosong berdasar penglihatan yang ia terima waktu meditasi sebelum tes dimulai. Ia juga bisa membaca dengan cukup baik koneksi antara kedua orang yang dijadikan obyek pembacaan, melalui perenungan dan menunggu informasi datang kepada dirinya.
Ada juga peserta lain yang mengandalkan kemampuannya membaca karakter seseorang dari sentuhan; yang mana kurang berhasil diaplikasikan pada saat tes ruangan kosong, karena ia kurang bisa menangkap baik feeling dari para subyek yang ditempatkan di ruangan-ruangan tersebut. Ia berhasil menebak satu ruangan memiliki isi, dari perasaan "joyful" yang dimiliki orang di dalam ruangan tersebut (yang memang diatur moodnya supaya gembira dengan mendengarkan musik-musik yang riang melalui ear phone). Namun ia salah menebak ruang mana yang kosong; adapun ruangan yang kemudian ia pilih, ternyata berisi seseorang -- yang memang mengatur emosinya supaya "kosong" dengan cara bermeditasi!
Ada juga satu peserta lainnya yang gagal menangkap impresi yang kuat dari masing-masing ruangan, dan akhirnya ia mencoba melakukan teknik "remote viewing" dengan membayangkan dirinya melayang diatas kelima buah ruangan tersebut dan menerawang isinya (ruangan2nya memang tanpa atap); ia sempat menangkap kesan kosong yang mirip antara ruangan 1 (jawaban benar) dan ruangan 4. Namun karena tidak yakin dengan teknik yang baru kali itu ia pakai tersebut, maka ia memilih jawaban bukan dua-duanya, padahal nyaris benar.
Beberapa hal yang menarik dari pertunjukan tersebut:
- ESP ada dalam beragam bentuk, dan ada beragam cara maupun pendekatan untuk memecahkan masalah yang sama
- Rata-rata cenayang (psychic) merasa memiliki kemampuan ESPnya secara alamiah karena bakat, bukan pembelajaran
- Bahkan yang mengaku cenayang terlatih sekalipun, tidak selalu bisa membaca informasi yang mereka terima dengan akurat, atau menggambarkan dengan baik situasi yang terjadi sebenarnya
Terkait butir nomor 2, melihat karakteristik manusia kebanyakan yang tidak sama satu dengan lainnya; ada yang mancung, ada yang pesek -- dan walaupun mungkin bisa diakali dengan operasi plastik tapi secara genetik tidak ada perubahan -- maka kemungkinan besar kemampuan ESP seseorang juga sangat terkait dengan kualitas dari "sesuatu" dalam dirinya tersebut. "Sesuatu" yang masih misterius dan gampangnya diistilahkan sebagai "indera ke-enam" oleh masyarakat umum. Pada mereka yang memiliki kemampuan ESP yang kuat, maka dianggap ia memiliki indera ke-enam tersebut. Padahal kalau mengacu pada butir nomor 1, berarti setiap orang sebenarnya memiliki indera ke-enam ini, hanya kualitasnya berbeda-beda satu sama lain.
Terkait butir nomor 3, ada indikasi kuat bahwa informasi di dunia ESP ini bentuknya masih sangat abstrak dan belum terpetakan maupun tersimulasikan. Ini mirip seperti kisah ketika seorang raja di masa lampau membawa tiga orang ahli pikirnya ke dalam suatu ruangan gelap pekat dan dari posisi yang ditentukan diminta mengambarkan seperti apakah hewan asing yang ada di dalamnya itu; ahli pertama bilang, bentuknya seperti pohon kelapa; bulat menjulang tinggi, ahli kedua bilang bentuknya seperti ular, meliuk dan elastis, sedangkan ahli ketiga bilang, mahluknya tipis seperti daun! Padahal mereka semuanya menggambarkan gajah yang sama, hanya karena gajah bukanlah hewan yang mereka ketahui maka informasinya jadi simpang siur.
Jika gambar bisa diproduksi salinannya dengan cukup akurat, suara juga, bau, rasa, dan bahkan tekstur juga bisa direplikasi dengan cukup tepat, maka tidak demikian halnya dengan feeling atau perasaan. Kita rasanya sudah mengenal baik perasaan-perasaan semacam gembira, sedih, marah, takut dan lainnya terkait perasaan; karena masing-masing memiliki ciri yang khas. Namun demikian tak jarang juga kita salah mengartikan atau salah "membaca" perasaan orang lain karena satu dan lain hal, atau bingung membaca perasaan sendiri.... misalnya, "gue sebenernya cinta nggak ya sama dia?", atau "what is this feeling that I have?", yang menunjukkan bahwa sebenarnya kita sendiri terkadang tidak mampu membaca dengan baik suatu informasi, jika informasi tersebut bukan sesuatu yang biasa kita hadapi.
Jika dengan perasaan diri sendiri saja terkadang kita masih merasa asing, maka bagaimana misalnya dengan bentuk informasi eksternal yang lebih kompleks? Informasi mengenai lokasi seseorang / suatu barang yang hilang misalnya? (yang obyeknya memang ada tapi lokasinya tidak diketahui si cenayang). Yang mana informasinya mungkin saja sudah diterima si cenayang, tapi tidak mampu ia kenali dan terjemahkan? Maka salahsatu challenge paling besar dari ESP adalah bagaimana kita bisa mengenali, membaca, dan menginterpretasikan arti dari informasi-informasio misterius yang masuk lewat jalur "indera ke-6" kita tersebut.
Maka dari itu pula banyak ramalan, yang paling terkenal dari Nostradamus sekalipun, selalu dibuat tidak dengan akurasi yang tinggi namun melainkan hanya serangkaian informasi yang "open ended" dan terbuka untuk interpretasi -- yang kemudian rawan perekayasaan hingga pemanipulasian oleh pihak tidak bertanggung-jawab karena sifatnya yang multi interpretatif tersebut.
Apakah kemampuan ESP ini bisa diasah? Sudah tentu, hanya saja tidak berarti otomatis kemampuan anda akan berkembang drastis. Seperti tertera pada butir nomor 3, mereka yang cenayang professional pun seringkali menemui kesulitan dalam mempraktikkan kemampuan yang mereka terus latih secara rutin tersebut. You might get better, but not necessarily mean good enough.
Apakah belajar meningkatkan kemampuan ESP itu buang-buang waktu? Buat mereka yang harapannya tidak realistik, iya! Dalam artian, jika mereka berharap dengan mengandalkan ESP maka masalah hidupnya tiba-tiba lenyap, tidak usah belajar buat lulus sekolah tinggal nebak-nebak jawaban a/b/c/d di lembar jawaban, atau berharap bisa mengetahui masa depannya sehingga tidak akan pernah bernasib buruk, dan selalu tepat nebak togel, maka mereka akan menghadapi masalah besar. Nostradamus bukan milyarder, dan banyak dukun kaya justru karena imbalan "jasa konsultasi" dari pada client yang percaya dengan interpretasi-interpretasi si dukun akan wangsit-wangsit yang konon diterimanya. Secara umum dan telah terbukti, keberhasilan hidup manusia itu jauh lebih erat hubungannya dengan usaha keras, bukan dengan wangsit.
Jadi apakah memiliki kemampuan ESP itu perlu? Lah... pada kenyataannya tiap-tiap dari kita sudah punya kemampuan ini secara alamiah koq?! Tinggal bagaimana kita menyikapinya.
Yang paling baik, karena pada kenyataannya kita diberikan banyak indera-indera oleh Yang Maha Kuasa, semuanya untuk digunakan secara simultan; selain panca indera ada juga akal pikiran plus hati (inikah indera ke-6 kita?), dua-duanya bekerja baik kalau digunakan secara simultan. Ilmu dan iman, knowledge dan hunch, informasi faktual dan insting, jika kedua komponen konkrit-abstrak ini berjalan berdampingan, maka biasanya akan muncul hasil yang luar biasa... karena manusia adalah mahluk yang multi-dimensi. (byms)
Image dari: http://science.howstuffworks.com/esp.htm
tergantung situasi sih bay, ada situasi2 tertentu yang membutuhkan kemampuan ESP ini, tapi tidak setiap situasi
ReplyDeletebarangkali bisa memberikan sedikit contoh wik?
ReplyDeletemisalnya buat nyelidiki pelaku pembunuhan atau pelaku kejahatan gitu. Kalau ga ada clue sama sekali kan susah. Paling gak ESP bisa jadi alternatif buat "membuka jalan" menuju ke arah penebakan siapa pelaku sebenarnya. Asal jangan dijadikan satu2-nya alasan buat menuduh orang yang justru ga bersalah.
ReplyDeleteYupp, sama seperti halnya dengan MFE (Micro Facial Expression) di review soal serial "Lie to Me"; harus dikombinasikan dengan penyelidikan juga
ReplyDeleteBerbeda dengan intuisi ya?
ReplyDeleteIntuisi ada yang datang karena pengalaman ekstensif atas suatu hal, bukan semata-mata karena bisa "melihat" jawabannya :)
ReplyDeleteMisalnya: nebak karakter seseorang; kalau anda terbiasa bergaul dengan jenis orang tertentu, biasanya anda bisa dengan cepat mengidentifikasi sifat orang-orang dari jenis tersebut, inilah intuisi berdasarkan pengalaman ekstensif. Sedangkan dengan ESP maka begitu ketemu seseorang, tau-tau anda bisa dengan cukup yakin merasa dia punya "sesuatu" :)
misal ketemu dengan kang bayu, langsung merasa bahwa kang bayu ini punya "kelebihan" :)
ReplyDeletedi sekitar perut terutama....? itu sih gak butuh ESP wik :P
ReplyDeleteoh itu bukan ESP tho :))
ReplyDelete