Sunday, March 2, 2008

Tradisi Sains dan Teknologi Dalam Islam

Nemu tulisan terkait sains dan teknologi dalam perspektif Islami, menarik untuk dikaji. Terlebih ada beberapa pointers di bagian akhir yang berguna buat dijadikan titik awal penelitian.

Sains dan Kemandirian Muslim

Agus Purwanto, DSc.*)

Pendahuluan
        Sejarah ilmu pengetahuan mencatat bahwa dunia Islam pernah mencapai penguasaan yang gemilang di bidang sains, teknologi, dan filsafat di masa Dinasti Abbasiyah. Pada masa itu tradisi intelektual dan spirit pencarian serta pengembangan ilmu pengetahuan, yang diawali dengan translasi massif atas karya-karya ilmiah para filsuf Yunani kuno tertancap kuat, tumbuh dan berkembang pesat.

        Dunia Islam melahirkan sederet nama ilmuwan masyhur. Mereka itu seperti Al Biruni (fisika, kedokteran), Jabir Haiyan (kimia), Al Khawarizmi (matematika), Al Kindi (filsafat), Al Razi (kimia, kedokteran), Al Bitruji (astronomi), ibnu Haitsam (teknik, optik), ibnu Sina (kedokteran), ibnu Rusyd (filsafat), ibnu Khaldun (sejarah, sosiologi), dan banyak lagi yang lain.
        Sumbangan dunia Islam pada kemajuan ilmu pengetahuan di dunia modern menjadi fakta sejarah yang tak terbantah. Bermula dari dunia Islamlah, ilmu pengetahuan mengalami transmisi, diseminasi, dan proliferasi ke dunia Barat, yang mendorong munculnya zaman pencerahan (renaissance) di Eropa. Melalui dunia Islam, Barat mendapat akses untuk mendalami dan mengembangkan ilmu pengetahuan.

Spirit al-Qur’an
        Ketika masa keemasan Islam berakhir bersamaan dengan runtuhnya kekuasaan Islam di Andalusia pada 1491, masyarakat Barat kemudian mengambil alih. Barat dengan sains dan teknologinya terus memimpin peradaban sampai saat ini sementara Islam terus dalam kegelapan dan ketakberdayaan. Bahkan selama kurang lebih tiga abad negara-negara muslim dijajah oleh kolonialisme Barat yang diperankan oleh Portugis, Spanyol, Inggris, Belanda, Perancis, Jerman dan Amerika Serikat. Lebih memilukan lagi, sesama negeri muslim sulit bersatu dan mudah diadu seperti kasus paling aktual resolusi PBB nomor 1747 tentang nuklir Iran yang juga disetujui negeri muslim Indonesia dan Qatar.
        Kini umat Islam mencoba bangkit dari keterpurukan dalam sains dan teknologi. Umat Islam, untuk saat ini harus mengkaji kembali kekuatan mereka berupa sains dan kemudian melahirkan teknologi, yang mereka genggam erat selama abad 8-15 M.

        Umat Islam di masa lampau telah meletakkan ilmu pengetahuan pada posisi yang benar dan memandang sebagai pemilik yang sah. Pandangan ini mempunyai landasan yang kokoh yakni hadis nabi Muhammad saw, "Ilmu itu adalah harta (kearifan) yang hilang dari orang beriman, di mana pun dan kapan pun mereka menemukannya, mereka harus memungutnya kembali". Di dalam riwayat lain disebutkan: "Jika engkau menginginkan kebahagiaan dunia, maka carilah dengan ilmu. Jika kau mencari kebahagiaan akhirat, maka cari juga dengan ilmu."
        Sedangkan landasan dari kitab suci juga tidak kurang banyaknya. Spirit umat Islam awal adalah wahyu pertama yang memerintahkan umat Islam agar membaca, membaca, dan membaca (QS 96: 1-3). Ayat tersebut dan hadis-hadis terdahulu yang memerintahkan pentingnya menuntut ilmu dan hendaknya jadi pelecut umat Islam agar kembali mencintai ilmu pengetahuan, sains dan teknologi. Dorongan seperti ini tidak dimiliki oleh umat beragama apapun di dunia ini.
Problem Aktual
        Fakta-fakta kegemilangan sains masa lampau dan landasan-landasan normatif bagi umat Islam untuk menguasai sains cukup banyak dan jelas tetapi realitas lapangan memperlihatkan hal sebaliknya. Umat Islam tidak mempunyai kepedulian yang memadai terhadap sains, bahkan lebih ekstrim umat Islam memperlihatkan kecenderungan sikap antisains. Sains seolah tidak terkait dan tidak mengantar umat Islam ke surga sebagaimana zakat, anak yatim, kaum duafa dan pendirian masjid. Banyak umat Islam mempunyai pemahaman dan persepsi bahwa sains adalah kafir dan membawa pada kekafiran karena merupakan produk orang kafir (baca Eropa dan Amerika).
        Pandangan salah tersebut tidak hanya terjadi di kalangan awam berpendidikan rendah melainkan juga sebagian elit umat. Akibatnya tidak ada dukungan yang memadai untuk pengembangan sains. Jurusan-jurusan sains dan teknologi di perguruan tinggi islam didirikan seolah hanya untuk menampung mahasiswa baru dan strategi bisnis jangka pendek. Di kalangan mahasiswa, masuk jurusan eksakta (sains dan teknologi) hanya faktor latah dan gengsi sesaat karena setelah itu mereka kembali pada kecenderungan umum umat Islam yakni meninggalkan dan anti sains.

        Pada tahun 1930-an Syeh Jauhari Thonthowi di dalam tafsirnya al-Jawahir menggugat dengan menyebutkan bahwa ulama menghabiskan waktu, tenaga dan materi hanya untuk urusan fikih dan mengabaikan ayat-ayat kauniyah. Padahal ayat-ayat hokum di dalam al-Quran hanya sekitar 150 ayat sementara ayat kauniah sekitar 750 ayat. Dus, ayat kauniyah lima kali lebih banyak dari ayat hokum. Keadaan ini sampai sekarang belum banyak berubah.
        Ada sebagian orang dengan serampangan berargumen bahwa tidak tumbuh dan berkembangannya sains di dunia islam disebabkan kemiskinan dunia Islam. Alasan ini jelas sangat lemah. Tidak sedikit di antara negara-negara Islam memiliki kekayaan sumber daya alam melimpah, sehingga sulit dikatakan negeri muslim sebagai negeri miskin. Islamic Educational, Scientific and Cultural Organization (ISESCO) pada tahun 2000 melaporkan, sebanyak 57 negara Islam yang tergabung dalam OKI memiliki sekitar 1,1 miliar penduduk atau 20 persen penduduk dunia mendiami wilayah seluas 26,6 juta kilometer persegi, dan menyimpan sebanyak 73 persen cadangan minyak dunia.

        Knowledge is power demikian pernyataan tokoh modernisme Francis Bacon. Amerika, Eropa dan Jepang sampai saat ini menjadi kiblat kemajuan dunia karena sains dan teknologinya. Taiwan dan Korea merupakan dua negeri industri baru sedangkan Cina dan India dikenal luas sebagai kandidat kekuatan pemimpin baru ekonomi dunia dua dasawarsa mendatang. Negara-negara tersebut adalah negara yang mengembangkan sains fundamental dan kemudian terapannya secara konsisten.

        Israel negeri yang sangat kecil menjadi sangat digdaya karena kemampuannya dalam sains dan teknologi. 16% pemenang nobel fisika dan kedokteran adalah ilmuwan berdarah Yahudi. Sekitar 200 peluru berhulu ledak nuklir dimiliki oleh negeri ini. Sementara Iran yang baru dikucilkan oleh PBB dengan resolusi 1747 baru bisa membuat satu senjata nuklir sepuluh tahun lagi.

Jalan Sains: Terjal dan Sunyi
        Untuk menguasai sains ada dua langkah utama yang harus dilakukan. Pertama sosialisasi bahwa sains adalah bagian dari islam dan diisaratkan berulang-ulang di dalam al-Qur’an serta telah dipraktekkan oleh generasi muslim awal.  Kedua sosialisasi bahwa tidak ada jalan pintas bagi sains. Jalan sains adalah jalan panjang, terjal dan sunyi yang jauh dari hiruk-pikuk serta pola hidup glamour.

        Dakwah dengan berceramah telah menjadi aktivitas harian di masyarakat kita. Sosialisasi sains bagian dari islam bisa disampaikan melalui ceramah-ceramah agama ini. Sekedar contoh ayat-ayat terkait dengan alam

Alam diciptakan dalam enam masa (QS 32:4)
Bumi diciptakan dalam dua masa (QS 41:9)
Penciptaan tujuh langit dalam dua masa (QS 41:12)
Awan dikirim ke bumi yang tandus (QS 32: 27)
Teknologi pembuatan baju besi dikuasi nabi Daud as (QS 34:10-11)
Rekayasa angin dan tembaga cair dikuasai nabi Sulaiman as (QS 34:12)
Sains dan rekayasa angin (QS 38:36; 41:16)
Dinamika udara dan awan (QS 35:9)
Pola air laut (QS 35:12)
Kesetimbangan langit dan bumi (QS 35:41)
Penciptaan pasangan materi-antimateri (QS 36:36, 42:11)
Dinamika benda langit (QS 36:38-40)
Perkapalan (QS 36:41-43; 42:33-34)
Relasi kapal laut dan gunung (QS 42:32)
Pola garis putih, merah dan hitam pekat di antara gunung (QS 35:27)
Materi-materi di langit, bumi dan antaranya (QS 42:12).
Api dari kayu hijau (QS 36:80)
Suluh api (QS 37:10)
Rahasia dan kekuatan petir (QS 41:13)
Fertilasi tanaman dan manusia (QS 41:47)
        Sosialiasi menjadi lebih konkrit bila kita dapat memperlihatkan naskah-naskah dari para sarjana muslim awal yang disebut di depan. Misalnya saja, bagaimana sebenarnya matematika yang dirumuskan al-Khawarizmi, astronominya al-Bitruji dan optic dari ibnu Haitsam. Tanpa contoh ini, sulit mengubah persepsi bahwa sains tidak ada kaitan dengan surga karena di saat awal Islam Rasulullah saw dan para sahabat tidak ada yang mengembangkan sains.
        Dengan tersosialisasinya pesan bahwa sains merupakan kesatuan dari islam maka diharapkan lebih banyak lagi mahasiswa yang mau menekuni dan memilih jalur sains dan teknologi sebagai profesinya. Selain itu diharapkan pengusaha muslim juga sadar untuk mengalokasikan dana bagi upaya pengembangan sains dan teknologi misalnya dengan memberi beasiswa mahasiswa potensial atau membuat funding bagi riset fundamental.

        Tanpa keterlibatan para pengusaha dan negara pengembangan sains tidak mungkin dilakukan. Akibatnya, terjadi braindrain ilmuwan cemerlang negara dunia ketiga termasuk negara muslim ke negara maju. Realitas ini makin membuat negara ketiga makin tertinggal dari negara maju  

        Selanjutnya perlu dikenali bahwa jalan sains adalah jalan panjang, terjal dan sunyi. Idealnya seorang ilmuwan telah melampaui pendidikan strata-3 lalu postdoctoral 2-3 tahun. Artinya, ilmuwan akan relatif matang setelah melalui fasa tersebut. Masa dan fasa tersebut harus dilalui di laboratorium dan perpustakaan yang jauh dari riuh-rendah publisitas.
Sebagai gambaran, universitas-universitas di Jepang buka selama 24 jam perhari. Laboratorium menjadi rumah kedua bagi mahasiswa S1 tingkat akhir ke atas. Diskusi antara mahasiswa dan profesornya seringkali berlangsung sampai larut malam dan profesor kadang juga bermalam dan tidur di laboratorium. Perpustakaan universitas kadang buka di hari Minggu. Jelas, di sinilah beratnya dunia ilmu bagi para mahasiswa yang cenderung ingin tampil cepat dan gegap gempita sebagaimana umumnya dunia politik dan selebriti.

        Tradisi sains adalah tradisi riset. Sedangkan tradisi riset akan melahirkan budaya mencipta dan memproduksi. Artinya, kemandirian material hanya bisa lahir dari budaya produksi dan menuntut penguasaan sains terlebih dulu. Tanpa tradisi riset dan produksi maka kita hanya akan mampu menjadi bangsa makelar yang bergantung kepada para bangsa produsen.

Penutup
        Penguasaan sains merupakan hal yang mendesak bahkan keniscayaan bagi negeri khususnya negeri muslim yang ingin eksis di percaturan global. Tanpa sains suatu negeri akan lemah dan menjadi negeri yang bergantung pada bangsa-bangsa maju. Indonesia yang luas dan kaya dengan sumber daya alam tetapi tidak menguasai sains dan teknologi akhirnya menjadi sangat bergantung pada Amerika dan Jepang.

        Jembatan Suramadu dan lumpur Porong yang terkatung-katung juga merupakan akibat lemahnya penguasaan bangsa kita terhadap sains dan teknologi. Lumpur Porong yang berlarut-larut sesungguhnya mencerminkan aneka klaim hebat yang semu bangsa kita. Lumpur Porong menyodorkan realitas pseudoilmiah, pseudoilmuwan, pseudoinsinyur, pseudopakar, pesudoanalisa, pseudosolusi, pseudoserius serta pseudopolicy di depan kita.
Indonesia dengan penduduk mayoritas muslim dan menempati area seluas 8 juta kilometer persegi tidak bisa terus-menerus menyerahkan pengelelolaan aneka kekayaan alam yang melimpah kepada orang asing. Indonesia harus mandiri karenanya harus cerdas dan terampil khususnya dalam sains dan teknologi. Indonesia tidak boleh selamanya menjadi bangsa makelar dan kuli baik kuli di negeri orang apalagi kuli di negeri sendiri.

        Kita harus bangkit, mandiri, berdaulat dan berdiri sejajar dengan negara-negara lain. Syarat untuk itu tidak lain adalah iman dan ilmu (QS 58:11). Kedaulatan dan harga diri harus ditopang dengan kekuatan baik spiritual maupun material. Iman yang benar akan mendorong pada penguasaan sains. Sebaliknya pengabaian sains sebenarnya refleksi iman yang salah dan kebahlulan modern.

        Terakhir, meski tidak dianjurkan berperang tetapi kita harus kuat dan mampu mempertahankan diri dari serangan pihak lain termasuk dari kemungkinan serangan menggunakan peluru berhulu ledak nuklir. Aneka upaya diplomasi tetap akan tidak efektif bila kita lemah. Al-Qur’an surat al-Anfal ayat 60 menegaskan agar umat Islam mempersiapkan seluruh potensi dan kekuatan yang ada.

*) NBM: 547243, mantan ketua IMM-ITB, Doctor of Science, pekerja Laboratorium Fisika Teori dan Filsafat Alam (LaFTiFA) ITS.
Diunduh dari situs: http://jatim.imm.or.id/Wacana/Artikel/Sains-dan-Kemandirian-Muslim.htm

32 comments:

  1. wah.. keren nih. boleh dilink ya..

    ReplyDelete
  2. itu masa keemasan islam,
    sebenarnya menjadi mundur,
    ya karena kelakuan oknum2xnya sendiri sih,

    kalau lihat lawrence of arabia,
    menyatukan arab, masyallah,
    itu emang arab-arabnya sendiri yg (no offense)
    yang menghancurkan diri sendiri,

    mulai rebutan sumur, (kalo elo bukan dari bani kita,
    you must die, kalo ambil aer di sumur bani (suku) kita)
    rakus harta, (baru mau perang, ketika diiming-imingi emas)

    dan jangan salah, arab selaku pelaku di tim-teng,
    adalah suku2x yg beda2x.
    saudi beda sama turki, beda sama iran, beda sama irak,
    maroko, beda sama, tunisia, beda lagi sama uniemirat.

    so masa ini mereka hancur, ya karena ulah mereka sendiri,
    gak ada itu kepentingan bersama,
    yang ada saving their own butt (im so sorry)
    sejarah perang 6 hari di mesir membuktikan hal itu,
    sejarah perang yom kippur, membuktikan juga kelakuan mereka.
    dan sampe hari ini, oh-GOD,

    gak selesai2x itu palestina-arab,
    padahal sebenarnya bisa,
    but ya itu saving their own butt masing2x...

    sorry kalo agak OOT,
    Islamnya gak ada yg salah, IMHO,
    tapi pelakunya punya motivasi sendiri2x..

    kenapa israel sukses ?
    mereka Guyub, satu tujuan, learn that from 6 days war with arab.
    betapa intelejen mereka, mudah sekali mematahkan
    internal negara arab, karena elitenya rata-rata jumawa dan pongah.

    kenapa arab suksesnya sendiri2x ?
    ya karena ego mereka sendiri....

    my two cents ;)

    ReplyDelete
  3. Hm...soal teknologi...di blog gue ada tulisan ttg teknologi burqa dg blue tooth http://zbethz.multiply.com/journal/item/438/Bluetooth-ed_burqa_-_whats_the_point>

    Ada yg gue bold di berita itu: "A broadcasting burqa may not be explicitly forbidden by Islamic law -- since most interpreters of Shariah have never imagined such a thing"

    Lepas dari kontroversi burqa dan syariah, sepertinya manusia semakin punya cara saja untuk 'ngakalin' hukum Islam dg teknologi hehe...

    ReplyDelete
  4. kalo bicara etnis mah nggakan selesai dartz, makanya dasar keterkaitannya harus dibalikkin ke Islam. dan btw, nggak usah dependent sama dunia arab lah, islam kan nggak absolut berarti arab =)

    ReplyDelete
  5. iya kalau ulamanya tau cuma hapalan, maka hukum2 Islam mentok berenti di taun 70an, karena banyak hal di taun 80an keatas udah sulit dicari padanannya

    disangkanya islamic law itu emang purba yah? =P

    ReplyDelete
  6. masalahnya model-keislaman-science,
    itu dulu model awalnya ada di mereka,
    zaman baghdad-cordoba, hancurnya ya karena kelakuan mereka sendiri

    yg mesti kita tarik garis disini, kita mesti punya semangat yg sama dulu,
    kalo gak ya, wis balik kayak gitu lagi.
    gue pecinta sejarah soale kang bay :)
    hehe

    yah akhirul kata, jangan sampe kita kejeblos lubang yg sama :)

    ReplyDelete
  7. padahal beberapa intisari islamic law,
    brasal dari peradaban yahudi dan kristen,
    asli hal itu gak bisa disangkal,

    pas baca buku syariah bangking
    (lupa karangan siapa, tapi ygn pasti authornya adalah dari tataran english schoolar).

    lalu aturannya jadi carut marut,
    berubah, dimodifikasi, dll,
    gara2x kepentingan politik,
    wah seru deh.

    intinya, yg asli, ditinggalkan,
    kemudian islam datang.

    kesimpulang gue,
    Islam itu sendiri,
    sebenernya, kalo mau di analogikan,

    seperti aliran retro modern dari jew and christian,
    rejuvenation,restoration dari old order yang belum finish banget2x, aturannya.




    ReplyDelete
  8. lha Tuhannya (dulu) sama... terang aja aturannya kerasa familiar =D

    Lagian yang mengkotak2an menjadi "Jew Teaching" dan "Christian Teaching" kan manusianya sendiri... di mata DIA sih, tetep satu label... dan diberikan dalam jenjang setara "SD", "SMP", "SMA", dst, yang diakhiri dengan;

    "Hari ini telah Kusempurnakan agamamu dan telah Kucukupkan nikmat untukmu serta telah Kuridhai Islam sebagai agamamu" (QS 5:3).

    TAMAT

    ReplyDelete
  9. ini mah sebenarnya Tuhan dengan berat hati merelakan, memberi tahu ke Manusia, tata cara yg paling Ia sukai.
    Artinya sama aja ngrelain ngasi clue pas ujian ke peserta ujian.

    ReplyDelete
  10. maksud aku, kang, dalam konteks sejarah.
    dimana pola pikir, cara berpikir, pertama kali muncul di society mereka,
    bukan disociety yg lain.
    ex: pengamatan bulan bintang, aturan sosial, etc2x.
    gak ada maksud mengkotak-kotak-an.

    ReplyDelete
  11. Dartz, Tuhan nggak maen dadu waktu nyiptain manusia, pun waktu meridhoi Islam jadi agama manusia. Gw nggak setuju kalau dibilang Tuhan "berat hati". Ini mungkin pandangan yang penuh ke-rendah dirian dari manusia, tapi secara kontekstual nggak sesuai dengan sifat Alloh SWT.

    True, ngeliat sifat manusia yang kadang banyakan busuknya daripada bagusnya, kita bisa ber-rendah hati dan menganggap Tuhan pun merasakan hal yang sama; berat hati melihat Islam diacak2 mahlukNya sendiri. Tapi jangan lupa, dari bahan dasar manusia yang sama, bisa bermunculan kualitas2 keimanan yang luar biasa, sehingga pada hakekatnya, sampai2 Malaikat yang nggak mungkin salah saja harus "sujud" kepada Adam A.S.

    ReplyDelete
  12. iya dartz, betul, tapi apakah yang dibilang pola pikir, dan cara berpikir ini muncul secara mandiri, atau justru karena ada tuntunanNya via Nabi2 dan Rasul2? kalau sekedar by-product, mungkin jadinya memang seolah2 Islam "niru" kebudayaan para pendahulunya tersebut, tapi kalau ternyata sumber dari segala produk kebudayaan tersebut adalah Agama nya, bukankah berarti it's just a "higher education"? =)

    ReplyDelete
  13. contohnya:
    apakah sikat gigi di bulan puasa itu haram? pertanyaan itu2 aja dari tahun 70an sampe sekarang.. itu2 aja..

    ReplyDelete
  14. niru ?
    sing bilang niru siapa kang ?
    sejarahnya itu begitu,
    islam adalah agama penutup, penyermpurna,
    yang bilang niru itu siapa coba,
    ketakutan2x yang aneh ah...

    ReplyDelete
  15. says who malaikat gak mungkin salah ?
    malaikat TIDAK mampu berpikir dalam tataran pikir manusia,
    apa lagi tataran pikir Allah kang.

    kalau malaikat itu mahluk, dan dia BISA berbuat salah.
    kalo gak, ngapain dia nentang keputusan Allah, diawal2x manusia hendak dijadikan Khalifah di dunia ?

    kalau dulu belum ridho, lalu akhirnya diridhoi,
    kalau dulu belum rela, akhirnya direlakan,
    apa keseluruhan prosesnya gak bisa dibilang dengan "berat hati" ?

    bertentangan dengan sifat yg mana kang ?

    Kang, Allah itu Maha Adil, semua dikasi,
    yang jahat dikasi harta, yg baik juga dikasi harta,

    tapi gak semua bisa dicintai oleh-Nya,
    Islam adalah tata-cara yang paling Ia sukai,
    dan Ia merelakan tata-cara itu diberikan disempurnakan,
    dan diberitahukan pada manusia.

    ReplyDelete
  16. Ada di Al-Qur'an dartz, Malaikat gak mungkin salah, karena sifatnya hanya sebagai pesuruhNya:

    “Artinya : Mereka tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (At-Tahrim : 6)

    Terkait paragraf kedua, Malaikat bertanya, bukan menentang:

    ''Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: ''Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.'' Mereka berkata: ''Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?''. Tuhan berfirman: ''Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui''(Al-Baqarah:30)

    Last, dasar mu berpendapat bahwa dulu Alloh SWT berat hati, belum ridho, belum rela Islam turun, itu apa dartz? Ini yang bikin gw bingung... Soalnya perlu disepakati dulu, kita mau bahas hal ini berdasarkan Islam? Atau sekedar adu pendapat pribadi? =)

    ReplyDelete
  17. bukan mempertanyakan Islam sebagai penutup dan penyempurna... mari balik keawal lagi deh =)

    kutip:

    "padahal beberapa intisari islamic law,
    brasal dari peradaban yahudi dan kristen,
    asli hal itu gak bisa disangkal,"

    elo ngangkat "intisari islamic law" dan make kata "peradaban", maka yang gw tangkep dari tulisan elo ini adalah: "intisari islamic law berasal dari peradaban yahudi dan kristen" (cmiiw) -- ini riskan salah persepsi karena jadinya ambigu: Islamic law diturunkan Alloh SWT dan RasulNya? Atau sekedar mengadopsi aturan-aturan dari peradaban yahudi dan kristen?. since elo mention nya peradaban dartz, bukan agama.

    walaupun besar sekali kemungkinan agama akan mempengaruhi peradaban, ini dua domain yang berbeda; agama itu God-made (setidaknya dalam kasus ini), sedangkan peradaban itu Man-made.

    ini yang bikin gw terus menerus mempertanyakan karena khawatir ada ambiguity; jadi sebenernya definisi elo akan "peradaban" itu gimana sih? =o

    ReplyDelete
  18. bay, bagus nih kalo diterjemahin ke inggris... :D

    ReplyDelete
  19. silakan, ngga usah sungkan-sungkan dj =D

    ReplyDelete
  20. yep.. kayaknya darto salah nyusun kalimat.. dan kalo emang bener salah nyusun kalimat, berarti diurut2 lagi, jadi harus banyak koreksi tulisan.. anyway, konteksnya lari2 juga.. yg satu ngomong by Quran, yang satu ngomong by history.. ibarat kata:
    yg satu ngomongin metromini, yg satu ngomongin jembatan layang..

    bayu thinks:
    apapun yg ada di Quran (memang) pernah ada di rule2 agama nasrani dan yahudi. means datengnya dari Boss.. dimana sejarah (yg dibahas darto) hanyalah merupakan sedikit saja bagian dari agama..

    darto thinks:
    yang ada di Quran adalah hasil pemikiran pada peradaban nasrani dan yahudi yang disempurnakan, dan tapi ga disebut datengnya dari mana, sehingga membuat persepsi seakan pemikiran pada peradaban ini adalah hasil karya manusia.. dan ini yang bisa jadi ambigu..

    Jadi, konteks lingual keduanya bener2 tulalit, gak nyambung, meski masih di koridor atribut yang sama..
    Sehingga, bila X ditambah Y sama dengan 57, maka tangen Y adalah setengah dari cosinus R.. Kira-kira begitulah skinerja simbiosis mutualisme antara kupu-kupu dan permen karet..

    ReplyDelete
  21. ini subyektif, dut.. ("dut" yg fotografer)..

    ReplyDelete
  22. kalo ga salah, yg menentang itu dari bangsa jin.. geng senior..
    manusia adalah mahluk yang tidak lepas dari kesalahan.. yg lepas dari kesalahan itu siapa dong? hihi..

    ReplyDelete
  23. setuju... orang islam mentok di ´syariah´. pdhal, syariah yg kita kenal sebenernya jg subyektif, bukan? isn´t it ´codified shariah´ described by ´the salafian´? jdnya yg gak penting jg keliatan penting bgt, pdhal msh byk hal yg lbh penting bwt dibahas kayak masalah pendidikan, intelektualitas, poverty eradication, the image of islam in the world, n justice for women... aaaaaaaaaggggggghhhh...

    ReplyDelete
  24. hihihi, bener, gw setuju ma elu, nesh. gw mau nambahin lg, bahwa sebenernya istilah ´islam´ sendiri baru ada di dekade akhir periode dakwah Muhammad saw, kalo gak salah menjelang atau setelah hijrah (hrs baca lagi nih guw). sebelumnya, Muhammad secara resmi belum mengklaim bhw agamanya adalah Islam dan umatnya adl ummat Islam. Dia cuma mengajak orang2 supaya menyembah satu Tuhan, Tuhan yg dulu disembah oleh Ibrahim hingga Isa (Jesus). Maksud gw, kita hrs melihat Islam itu sebagai arti integral dari kata ´damai´ (salama) atau ´submission´, yg artinya bila kita benar2 menerima bahwa kita adalah makhluk Tuhan (submit ourselves), maka kita akan menjadi damai menerima apapun takdir yg kita jalani, dan berusaha utk menjadi ´the best you could be´.

    My point is, menurut gw, Islam adalah sebuah ´state of condition´, bukan klassifikasi agama. Misalnya, apakah org yg mengaku Islam dan menyiksa istrinya dengan alasan menjalankan shariah adalah Islam? Menurut gw bukan, krn org yg suka kekerasan gw rasa bukan orang yg damai, yg berarti adalah dia bukan orang Islam.

    ReplyDelete
  25. yep..
    islam itu diri..
    islam itu nafas..
    islam itu ada.. dan tiada..
    islam itu sebuah dan tak terhingga..
    islam itu bukan agama.. karena islam itu tak beratribut dan/atau beridentitas..

    btw, deeeejjjjaaaaayyy!!! Bikin pelem yooook!

    ReplyDelete
  26. indeskay.. indeskeeuuww.. umbrella is swimming pool..

    ReplyDelete
  27. bener, nesh. kita akan terperangkap kalo kita terus2an bikin klasifikasi n tuding2an: kafir lu, lu bukan islam, gw lebih islam dari lu, lu yahudi, dll. cape deeeee... gak maju2 ni orang islam.

    btw, ayoooooooooookkkkkkkkkk. gw mau2 aja. tp gw jauh banget nih nesh. lu bangsa orang yg menerima skrip dari jauh bukan? hehehehe...

    ReplyDelete
  28. Perbincangan yag menarik,saya salut pada semuanya,salam sejahtera semoga keberkahan dan perlindungan Allah menyertai kita semua Amiin...

    ReplyDelete
  29. aamiiiinn..... kebaca lagi jadi kepikiran lagi deh... makasih dah diingetin =)

    ReplyDelete