Ti'ah dalam usianya yang masih balita duduk dengan tenang dipundak Abah*, sambil pandangannya menerawang kearah "balong gede". Dalam usianya itu, belumlah ia bisa mengerti betul perbedaan antara "balong", kolam ikan yang biasa didapati di kampung-kampung, dengan badan air maha luas yang orang sebut sebagai "laut".
[*Abah: Panggilan lain untuk "bapak" dalam Bahasa Sunda]
Ti'ah dan abah saat itu sedang berada di pesisir pantai Pameungpeuk. Bersama beberapa orang pengangkut barang, mereka hampir mencapai tujuan akhir setelah jauh berjalan dari Garut. Di kisaran tahun 1916 itu, jalan setapak yang mereka lalui bisa menghemat perjalanan hingga satu-dua hari, dibanding jika harus mempergunakan jalan memutar biarpun sambil menumpang pedati.
Tak lama kemudian Ti'ah melihat sesuatu yang menarik perhatiannya diarah laut, dan pupil matanya pun membesar.
Ia lalu menepuk lengan abah yang sedang memeganginya dan berbicara dekat pada telinga abah... "Abah, itu saha di balong?" (Bapak, itu siapa di kolam?)
Abah menengok kearah telunjuk tangan Ti'ah yang mengarah ketengah laut, dan ia pun terhenyak kaget...
Sambil membaca istighfar, ia pun menginstruksikan pada Ti'ah untuk diam, serta menginstruksikan rombongan untuk untuk tidak berbincang-bincang lagi dan berjalan lebih cepat... keringat dingin terasa keluar dari pundak abah...
Dan walau tidak begitu mengerti mengapa ia harus diam, Ti'ah duduk dengan tenang sambil terus memandangi sang "tamu" di balong... sesosok tubuh hitam legam dengan rambut kribo yang melebar seperti "ayakan" (tampi beras) di lepas laut sana...
Sosok yang terlihat berdiri agak jauh dari batas pantai, terendam air laut hingga ke batas pinggang, dengan badan yang menjulang tinggi dari permukaan laut. Sosok misterius ini terlihat berulang kali membungkuk kearah ombak yang datang...
Segera setelah mereka meninggalkan daerah pantai tersebut dan masuk ke daerah hutan, abah pun bisa bernapas lega... lalu di desa tujuan mereka, mereka mengadakan acara syukuran atas keselamatan mereka. Saat itulah Ti'ah bisa mendapat penjelasan yang cukup memuaskan... abah bilang kalau mereka saat itu sangat beruntung, karena angin sedang mengarah dari laut kedarat dan bukan sebaliknya... jikalau tidak, entah apa yang akan terjadi seandainya raksasa itu mencium bau mereka.
foto dari: http://www.stevequayle.com/Giants/charts/charts.html
further reading:
+ http://www.mysteriousworld.com/Journal/2003/Summer/Giants/
+ http://ourworld.compuserve.com/homepages/dp5/ape2.htm
+ http://media.mnginteractive.com/media/paper36/0105bigfootgraf.gif
+ http://www.mtblanco.com/html/tour.html