Monday, September 15, 2008

Terjebak "Comfort Zone" atau... ?

Masih dari Mario Teguh The Golden Way, kali ini soal "comfort zone" dan bagaimana ia seringkali dijadikan alasan ketidakberkembangan kita.

Terkait comfort zone, seringkali apa yang para motivator tekankan bagi para slackers adalah; "jangan terjebak dalam comfort zone". Alias, jangan sampai enggan untuk berjibaku, hanya karena kita sudah merasa nyaman dengan apa yang biasa kita lakukan / apa adanya kita.

Namun sebenernya kalau mau mempertanyakan lebih dalam lagi, bisa ada pengertian baru lho... Pertanyaannya, "Benarkah kita malas bergerak karena merasa nyaman di comfort zone kita?" 

Let's see... kalo gaji masih pas-pasan, lingkungan kerja nggak kondusif, karir nggak jelas, rumah belum kebeli, jangankan liburan malah selalu kekurangan duit.... so...

WHAT COMFORT ZONE???

Kalau belum achieve apa-apa udah merasa comfort sih sebenernya namanya bukan terjebak comfort zone, tapi dogol. (bay)

36 comments:

  1. tfs .. kangBayu
    sedang berusaha tidak terjebak :)

    ReplyDelete
  2. berasa puasanya? haus dan lapar, kekeke

    ReplyDelete
  3. bukan comfort zone, stuck zone.... :p

    ReplyDelete
  4. sayah juga .. ga berani maju maju ...

    ReplyDelete
  5. berarti pada intinya kita tak pernah mencapai comfort zone, karena pada dasarnya manusia tidak pernah puas.

    atau kalau orangnya "nerima" layaknya kebanyakan orang Jawa, maka hidup susah, gak liburan, gaji pas-pasan dijalani, sambil pasrah.

    Makasih untuk pencerahannya ya Kang, mengingatkan saya untuk segera cari kerjaan baru, hehehe...

    ReplyDelete
  6. Hmmm...berarti saya selama sudah terjabak dgn confort zone ... sudah nyaman dgn apa adanya ...

    ReplyDelete
  7. yak...betulll
    comfort zone itu apa ?


    yang jelas siy semua itu ada kompensasinya...

    ReplyDelete
  8. gw juga terjebak comfort zone kerja di pemerintah....

    ReplyDelete
  9. kalo menurut saya, achievement itu ada dua jenis; subyektif dan obyektif.

    subyektif berarti terkait cita-cita pribadi, sesuatu yang boleh beda tiap-tiap orang, boleh tinggi setinggi apapun. sedangkan obyektif berarti dibandingkan standar umum, misalnya: kemampuan sandang, pangan, papan dibandingkan standar kelayakan nasional misalnya... atau ilmu kesehatan... atau logika.

    apakah berhasil menjadi pengemis tapi si pelaku cuma bisa makan tiga hari sekali bisa dianggap suatu achievement yang ok? dari segi standar pangan nasional, ini sangat kurang... dari segi kesehatan, ini menjurus kearah kurang gizi.... terlepas dari apakah si pelaku sudah merasa puas atau belum, he's in trouble. jadi untuk hal-hal primer seperti ini, saya cenderung menganggap antara satu sama lain tidak akan terlalu berbeda yah standard of achievementnya...

    ReplyDelete
  10. perlu self-check juga sa. ada kalanya kita perlu bekerja keras karena standar kesejahteraan hidup kita memang masih perlu ditingkatkan.... tapi ada kalanya juga kita perlu membatasi diri dari melakukan hal yang berlebih... misalnya: kalau mobil di garasi udah tiga, tapi keukeuh pengen nambah dua lagi supaya matching sama warna baju.

    kadang kita terlalu mengidentikkan bersyukur dengan nrimo, padahal salahsatu cara bersyukur padaNya adalah dengan memaksimalkan asset-asset yang sudah ia pinjamkan pada kita untuk dikelola... mau itu harta, skill, akal-pikiran, kesempatan, masa muda, dll. itu asset, itu tanggung-jawab, bukan hadiah.

    setelah berusaha sungguh-sungguh hasilnya gimana? nah itu yang harus bisa disikapi dengan pasrah! =)

    ReplyDelete
  11. merelakan tidak liburan demi comfort zone...lho...

    ReplyDelete
  12. Udah dikaruniai rumah, ada asuransi, udah dikaruniai Mio, gaji pokok 2X UMR, belon lagi bila keluar bonusnya, cuman belon dikaruniai isteri..., belon nyaman lach hidup...
    He..he.......

    ReplyDelete
  13. he..he..kang bayu, comfort zone ini sy rasakan sering 'menjebak' ibu-ibu, mungkin sy juga, mudah2an tidak siy.. ketika telah menjadi ratu di rumah, apalagi klo pas suaminya mensupply kebutuhan dg amat cukup, biasanya emak2 jadi ga berkembang terutama otak sama attitudenya, malahan melakukan hal2 yg rada kontra produktif, kayak keliling mall & salon, trus omongannya jg kurang mutchu gitchu, yach soalan pamer2an siapa yg paling wah.. pusying dech.. maap klo salah menduga....

    ReplyDelete
  14. sesudah melalalang buana dari kerjaan ke kerjaan... gak ada salahnya, saya kira untuk bisa stick by di suatu perusahaan karena ada comfort zonenya :D

    ReplyDelete
  15. dodolzzz, dudulllzz hehehehe..masak gak mau berubah kearah yg lebih baik...piyee tooh

    hehehe malem kang...

    ReplyDelete
  16. comfort material atau comfort rohani ? kadang banyak orang melupakan yang kedua....

    ReplyDelete
  17. hmm tp gak salah kan ya kalo udah berada di comfort zone trs males kluar...
    *dr yg cinta comfort zone*

    ReplyDelete
  18. As long as you are comfortable and happy ya jalanin aja lah posisi/perusahaan dimana lo berada sekarang. Yg penting happy, keluarga happy, everybody happy.

    Tapi harus tetap punya pilihan atau plan B supaya kita bisa berkembang atau kalau sudah merasa uncomfort.

    ReplyDelete
  19. di arena beneran - kalau mau cari comfort zone sering kali bikin orang tidak comfort... kalau memaksakan kadang fatal akibatnya.

    ReplyDelete
  20. kalo aku sekarang mulai coba2 yang baru neh...dagang

    ReplyDelete
  21. setelah lompat jurang..
    pikir2 si stuck zone itu sebenernya banyak comfortnya juga sih..
    :P

    ReplyDelete
  22. Comfort zone is kasur kapuk yang udah bertahun-tahun nyaman ditidurin, udah tau selahnya, tapi setelah mencicipi kasur spring bed, ternyata lebih nikmat ya. maka mulai lah berpikir kalo kasur yg lebih mahal, pasti lebih nikmat. trus mulai mikir gimana cara beli nya. Untuk meninggalkan comfort zone lama, mungkin kita harus cicipin comfort zone yg baru........

    ReplyDelete
  23. harus sering-sering "dipancing" ya nar? =)

    ReplyDelete
  24. Yoi kang, biar lebih semangat keluar dari comfort zone lama, yang berarti juga harus mau nyoba hal-hal yang baru, trial dan errror. Nah disitulah ujian keimanannya, mau ga nyobain. Di taraf ini gw jg seringkali gagal duluan, berpolemik dalam diri sendiri, adalah hal yang paling menyebalkan. Naha jadi curhat nya...?

    ReplyDelete
  25. hmm... merasa sedang berada dalam comfort zone mungkin? =D

    ReplyDelete
  26. busyet saya terpukul telak hampir jatuh dari bangku comfort ini.... asli ngaku dah "dogol"

    ReplyDelete